Yang udah vote, tulung absen dong hihi
Tatapan nanar Je A menerawang jauh meski di hadapannya tengah berdiri sosok yang selalu dia rindukan. Dia sedang berusaha mengendalikan rasa sakit yang kini mencengkram hatinya dengan kuat. Meski pandangannya mulai mengabur karena desak air mata yang siap terjun, Je A tetap memaksakan sebuah senyum sarat akan kesakitan sebagai sapa rindu pada sang ayah disana.
"Apa ayah baik?"
Sementara Han Daeho spontan mendengus khas jengah mendengar sapaan bertele-tele itu. Niatnya meminta bertemu adalah menuntut apa yang sudah dia minta pada Je A beberapa waktu lalu. Dia sudah muak menunggu dan hidup serba kekurangan seperti sekarang. Baginya Je A adalah investasi besar yang dia berikan pada Baekhyun sebagai jaminan keuntungan dan dia jelas meminta apa yang selalu dia anggap hak sebagai investor.
"Kau ingin mendengar jawaban apa dariku?" Daeho menatapi penampilan kumuhnya seolah itu isyarat bahwa Je A bisa melihat jawabannya, "Kau pikir ini bisa disebut baik?!"
Je A menunduk sembari menelan ludahnya yang terasa sekeras batu. Semakin dia menahan tangis, semakin sulit untuknya menarik napas. Rasanya menyesakkan melihat bagaimana interaksinya dengan sang ayah. Bagaimana bisa uang dan kekuasaan membuat perasaan seseorang yang disebut ayah menjadi semati ini pada anaknya?
Dia merindukan Han Daeho setengah mati. Mereka lama hidup bersama dengan saling memberi kasih sayang yang kemudian dia sadari bahwa itu hanya sebuah hutang yang harus dibayarnya dengan harga diri dan kebahagiaan.
Lantas Je A mengeluarkan amplop dan meletakkannya di atas meja. Diarahkannya tatapan nanarnya kepada pria di hadapannya.
"Aku tahu bahwa waktu yang ayah berikan padaku tidak akan pernah bisa kubayar entah dengan uang seberapa besar pun itu. Aku sudah menulis apa saja yang bisa kuingat, tentang biaya hidup yang selama ini ku terima." Je A menyodorkan beberapa lembar kertas berisi daftar hal yang baru saja dia katakan. Dia berharap besar bahwa sang ayah berbesar hati untuk menerima maksudnya."Ayah bisa menulis apa saja yang belum ku tulis dan disana ada beberapa jumlah uang yang akan kucicilㅡ"
BRAK!!
Je A terlonjak di tempat saat Daeho menggebrak meja sampai beberapa orang yang melewati minimart tempat mereka bertemu ikut menoleh terkejut.
"Kau gila atau apa?!" Bentak Daeho geram, "Ada cara mudah daripada ini semuaㅡHan Je A, kau mau bercanda denganku?? Apa kau pikir uang yang ku keluarkan untuk hidupmu itu sedikit?!"
Daeho tertawa mencibir setengah menahan marah, "Jika caramu begini, sampai kau mati juga tidak akan bisa kau lunasi."
"Ayah?" Panggil Je A tercekat. Dia tidak menyangka bahwa masih sesakit ini mendengar sumpah serapah yang keluar dari mulut Daeho untuknya. Diusapnya pipi basahnya dengan kasar, "Jangan berkata begitu padaku. Bukankah aku anakmu? Ayah, duluㅡ"
"Kau anakku jika kau memenuhi keinginanku." Potong Daeho cepat, "Kau tahu apa yang paling membuatku marah?! Bedebah ituㅡByun Baekhyun!"
Je A menggeleng takut mendengar apapun yang diucapkan sang ayah.
"Dia tertawa di atas penderitaanku. Dia mendapatkan apa yang selama ini aku mau tanpa bersusah payah sedangkan aku??!" Wajah Daeho memerah karena amarah yang meluap-luap, "Kau tahu seberapa muaknya aku melihatnya dengan mataku! Lebih dari apapun aku bersumpah ingin melihatnya merasakan penderitaanku, dan aku akan mewujudkannya melaluimu! KAU DENGAR ITU?!"
"TIDAK!" Je A berdiri dengan kasar. Kedua tangannya saling mencengkram dress yang dia kenakan sebagai pelampiasan getar dalam tubuhnya, "Aku tidak akan membiarkan ayah menjadi orang jahat. Aku juga tidak mau menjadi alat ayah untuk membalas apapun itu pada Byun Baekhyun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE - Byun Baekhyun
FanfictionCOMPLETE // Mature Content. Byun Baekhyun tidak terlahir sebagai pria yang baik. Dia diktator yang tidak mengijinkan siapapun untuk menolak apa yang ia inginkan. Semudah meniup debu, dia bisa menghancurkan penentang seperti itu. Terutama saat ia men...