Kamu adalah bagian kisahku yang tidak akan aku lupakan.
Alen♪
❤💙💚💛💜
Awan-awan unggu bergantung dilangit yang kini tengah berwarna orange. Kedua orang itu menatap matahari yang sebentar lagi tenggelam. Empat puluh tiga yang cantik. Sunset.
Mereka sekarang berada di halaman samping, duduk di bibir kolam yang dulu menjadi tempat bermain dan tempat yang membesarkan mereka, panti asuhan.
"Gue masih gak nyangka bakalan ketemu sama lo lagi Al." Dirga tersenyum ke cewek di sebelahnya. "Lo tetep kayak dulu, gak pernah berubah. Cuek."
Alen sedikit merapikan poninya yang tertiup angin. "Ya mau gimana lagi, emang modelannya udah gini." Dirga tertawa kecil. Tangan itu lalu melemparkan makanan ikan ke kolam. Alen bisa melihat ikan-ikan itu bergerumbul, berebutan makanan kecil-kecil itu dengan mulut mangap-mangap.
"Jadi, lo diadopsi keluarga Dirgantara? Gimana, seru gak lo di adopsi sama keluarga lo yang sekarang"
Cowok itu tersenyum. "Ya seru kok, berasa kayak punya keluarga yang utuh banget Al." Dirga melemparkan kembali makanan ikan di genggamannya. "Tapi itu sebelum mama meninggal." cowok itu memejamkan matanya lama, lalu membukanya dengan pelan. Terselip rasa pilu disetiap tingkahnya.
Mata cowok itu berubah menjadi sendu. "Di umur gue yang ke delapan tahun mama meninggal, dan papa menjadi stres. Papa yang dulu humoris berubah jadi seseorang yang egois," dia menarik nafas lalu melanjutkan perkataanya. "Sejak mama meninggal, gue di didik sama papa menjadi Dirga yang penurut dan tegas, berbeda dengan mama yang yang mendidik gue menjadi Dirga yang apa adanya. Papa sama sekali gak pernah ngasih gue kesempatan untuk berpendapat tentang apa yang gue inginkan. Menurutnya, apa pun yang dia putuskan adalah yang terbaik. Terkekang sama peraturan-peraturannya. Kelihatan sadis mungkin."
Sedetik kemudian cowok itu pun tertawa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jadi curhatkan."
Melihat itu, Alen berujar setelah beberapa detik terdiam. "Gak papa kali, gue pendengar yang baik kok." Alen lalu memejamkan matanya menikmati sinar matahari yang mengenai wajahnya.
"Berarti lo dapat perhatian lebih. Aturan-aturan itu tanda kasih sayang papa lo ke lo dan keputusan-keputusan yang papa lo berikan pasti semata-mata demi kebaikan lo," lalu cewek itu membuka matanya dan menoleh ke arah Dirga, mendapati cowok itu sedang mengangguk-anggukan kepalanya paham. Wejangan-wejangan Alen memang sangat memberikan dampak positif kepada Dirga.
"Mau ngelakuin satu hal Al?"
tanya Dirga tiba-tiba. Alen yang tidak paham mengangkat satu alisnya, seolah berkata 'Apa itu?'Cowok itu berdiri dari duduknya dan menarik tangan Alen untuk berdiri juga dari duduknya.
Dirga mengeluarkan sesuatu kantung dari saku celananya. Dia pun membuka kantung itu dan merogoh dalamnya. Sekarang terdapat batu-batu kecil berwarna-warni di genggamannya. "Mau main?"
Alen tersenyum. Bukan senyum kaku yang seperti biasanya, tapi tersenyum tulus sambil menerawang pada masa lalu mereka.
Dan disaat itu juga, Dirga menaruh hati pada Alen. Teman kecilnya dulu.
❤💙💚💛💜
Bocah laki-laki berumur tiga tahun itu menatap beberapa orang dengan tatapan tidak tertarik. Mereka adalah teman sekamar Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Teen FictionIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...