34 | ErgaAlen✨ : Hanya Kita

166 37 0
                                    

•Aliska X Alen•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Aliska X Alen•

❤💙💚💛💜

Kaki jenjang cowok itu melangkah mantap menapaki lantai koridor sekolah itu. Tangan yang awalnya tergantung bebas, tidak lama digenggam erat oleh seseorang yang tidak asing lagi dalam hidupnya.

Tangan yang dahulunya sangat sulit untuk mengulurkan sebuah bantuan, dan tangan yang dingin seperti sifatnya.

Orang itu Alen. Ia memantapkan jiwa dan raganya untuk berangkat ke sekolah. Mau tidak mau, karena ujian akhir sekolah akan dilaksanakan hampir dua minggu lagi. Selain untuk mengejar ketertinggalan bimbel dan beberapa kisi-kisi, ia juga tidak ingin menyusahkan Arka dan menghindari mamanya terus. Untuk masalah Dirga, ia tidak ingin mengingat peristiwa itu, dan ingin menjaga jarak terlebih dahulu dengan Dirga.

Lengan cowok itu sedikit teremas ketika langkah kaki mereka hampir sampai menuju kelas. Erga sedikit menoleh ke arah Alen yang kini menunduk. Dengan cepat Erga menghadapkan dirinya dengan Alen dan mendongakkan wajah itu dengan sentuhan jarinya yang berada di dagu Alen.

"Ada gue," lirih Erga, tanpa ba-bi-bu, Erga merangkul Alen dan masuk ke kelas dengan ceria, menebarkan aura positif ke cewek itu sehingga rasa hangat terasa mengalir, dan Alen suka sensasi itu.

"Lo duduk bareng gue ya disini, biar Rio duduk sama Dirga." Erga menarik kursi Rio, isyrat agar Alen duduk disitu. Masalah tempat duduk, Erga sudah mengaturnya sejak kemarin—ketika Alen tidak masuk. Ia sudah membujuk Rio agar mau duduk dengan Dirga nantinya.

Kelas masih cukup sepi karena ia berangkat ke sekolah cukup pagi. Alen melirik sebelah bangkunya yang dulu, masih kosong karena pemilik bangku itu belum datang. Dengan begini setidaknya ia sudah bisa mencipkan jarak kecil dengan Dirga.

Hingga sebuah suara aduan lantai dan sepatu yang bersentuhan terdengar. Mata cantik itu mengalihkan pandangannya yang sebelumnya ke sebelah bangku lamanya, kini mengarah ke cowok yang tengah berdiri di ambang pintu sambil menatapnya lekat.

Menyadari itu, Erga langsung menarik Alen keluar dari kelas itu, dengan begitu saja melewati Dirga yang terdiam.

Rasa penyesalan tumbuh di dalam hati itu. Dirga merasa bodoh dengan ulahnya.

❤💙💚💛💜

"Jauhi gue sama Alen, lo ngerti?!" geram Erga. Aliska yang melihat itu hanya bisa menangis. Erga marah besar kepada cewek itu. Cowok itu sudah menceritakan kebusukan Aliska dalam kejadian malam itu.

"Hiks gue, gue bisa jelasin kenapa gue la—"

"Basi, gue muak sama lo." Erga membuang wajahnya kesembarang arah. "Dengan mohon sekali, lo jauhin hidup gue dan Alen, jangan ganggu kami."

"Kenapa lo gak bisa ngerti perasaan gue?!" teriak Aliska, wajahnya yang menunduk kini terangkat, menunjukan kepedihan yang terpancar disana.

"Rasa lo ke gue mengerikan! Lo sampe tega ngebuat Alen kayak gitu! Itu cuma obsesi Aliska," nada ucapan Erga sedikit meninggi. "Rasa lo ke gue gak beralasan." Aliska hanya menangis, tidak menjawab. "Gue harap lo mengerti," dengan pelan, ia menghembuskan nafasnya sedikit lega, sepertinya Aliska mengerti akan ini.

"Untuk kali ini, hiks ... gue mau minta satu hal sama lo, sekali aja." Erga menatap mata sembab itu dengan sayu. "Gue mau lo gak benci gue." Erga terdiam, lalu mengangguk, dan pergi meninggalkan Aliska di taman belakang sekolah yang sepi. Biarlah ia meninggalkan Aliska disini, sebagai tanda penolakan atas rasa yang Aliska berikan padanya.

Jauh di lubuk hati Erga, ia sama sekali tidak ingin membenci, menjauhi, bahkan tidak ingin mengabaikan Aliska. Namun semua perbuatan dan usaha cewek itu untuk mendekatinya dengan cara yang licik membuat hatinya sangkal.

Sore itu ketika ia melihat cuplikan rekaman CCTV, hatinya begitu saja remuk hingga berserakan. Serpihan-serpihan kenangannya dengan Aliska tidak bisa membayarkan sebuah mahkota Alen yang hampir terenggut.

Namun dibalik remuknya hati, Erga masih bersyukur, karena hancurnya dirinya menemani Alen. Setidaknya mereka tidak hancur sendirian. Ada seseorang yang saling melengkapi, Ada seseorang yang menguatkan, dan seseorang yang rela berkorban.

Cengiran itu muncul ketika melihat senyuman itu tersuguh. Segeralah ia berlari kecil ke arah bangku di depan ruangan OSIS itu.

"Pasti lo kepanasan nunggu di parkiran," ucap Erga sambil membenahi poni Alen yang sedikit tidak rapi.

"Iya, makanya gue lari kesini." Alen lalu berdiri dari duduknya. "Lo kok lama banget sih, emangnya dari mana?" Erga merangkul Alen dengan santainya. Mereka lalu berjalan menuju parkiran.

Ya, saat ini hingga haru kelulusan nanti, Erga kembali berboncengan kembali dengan Alen. Mengabaikan perintah ibundanya-Erlita yang senantiasa menyuruhnya untuk berboncengan saja dengan Aliska. Biarlah Erga memilih, dia juga kini dalam vase tidak peduli kepada tetangga ceweknya itu.

"Kepo banget sih." Erga menoleh ke Arah Alen. "Ada misi rahasia lah tadi bareng si Rann," bohongnya. Tidak mungkin ia memberi tahukan segalanya kepada Alen. Yang ada Alen malah akan terus memaksanya bercerita sampai akar mengenai keterlibatannya Aliska. Cukup dia dan Arka yang tau.

"Ahh yang bener?" tanya Alen mulai sedikit curiga.

"Iyaaa Alien kutubbb," telunjuk Erga menoel hidung Alen. Membuat empunya memukul tangan itu refleks. "Ih gatel nanti kalo lo pegang." Alen tertawa kecil.

"Udahlah ayo pulang, yang ada kita gosong di tempat ini."

Kebersamaan masih terasa, namun rasa di dada masih terpendam. Entah harus sampai kapan mereka menyembunyikan perasaan satu sama lain. Semua tergambar jelas, namun mereka seakan memaknainya dengan kata lain. 'Hanya kita' adalah ucapan tepat, bagi mereka yang mencintai dalam diam.

❤💙💚💛💜

Tsafita Zulfa
20 November 2019

ERGALEN [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang