Maaf jika aku egois.
Alen♪
❤💜💛💚💙
"Arka gak gak setuju ma," suara itu tenang, namun sorot mata cowok itu menggambarkan ketidak sukaannya.
"Mama nanti baka--"
"Jadi ini alasan kepada mama kepingin Arka cepet-cepet pulang?"
Serasa ada beton yang menghantam bertubi-tubi di dada Arka. Kenapa wanita ini tiba-tiba ingin memberitau jika dirinya akan menikah.
Siapa yang tidak terkejut?
"Apa yang perlu dijelaskan memangnya? Sekarang Arka tanya, apa mama gak sayang papa? Ma, papa baru meninggal enam bulan yang lalu!" mata itu bertemu, menyiratkan kepedihan yang teramat dalam.
Arka membuang mukanya. "Dan tiba-tiba mama mau menikah lagi? Semudah itu kah? Secepat itu kah mama melupakan papa?" suara itu kian melirih. Alya diam.
"Oh, apa jangan-jangan mama sudah memiliki hubungan sebelumnya dengan laki-laki itu?"
Dan Alya tetap diam.
Setelah diam beberapa saat, Alya membuka suaranya, "kamu nanti akan dengar nak, semuanya nanti akan jelas. Mama hanya butuh waktu untuk menjelaskan semuanya." dan wanita itu pun masuk ke kamarnya dengan senyuman kepedihan.
Pedih rasanya melihat mamanya mengeluarkan air mata karenanya.
Dan Alen yang mendengar itu hanya bisa membeku di depan kamarnya melihat semuanya. Arka menghampiri adiknya itu dan memeluknya. Meluapkan segalanya.
"Entah kenapa gue gak rela mama menikah lagi."
"Sama bang, gue juga demikian. Walau pun begitu bang, kita harus dengar penjelasan mama terlebih dahulu."
❤💙💚💛💜
Setelah keributan siang itu, Arka dan Alen memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan di pusat Kota Jakarta. Sejukanya AC di mall itu menyambut mereka berdua.
Sesekali Arka melirik Alen. Cewek disampingnya itu sangat tenang, bahkan setelah kejadian tadi. Seakan tidak terjadi apa-apa.
"Apa ucapan abang tadi gak sopan?"
"Hm."
"Gue kayaknya harus minta maaf begitu?"
"Hm."
Arka mendesis mendengar kata-kata "hm" yang keluar dari mulut Alen. Kadang manja kadang cuek. Alen Menyebalkan.
Untung adek sendiri.
"Hm...hm...hm kek Nissa Syaban aja, coba jawab 'Iya' kek, atau 'gak' kek." Alen mendengar dengusan abangnya itu keras, membuat sudut bibirnya terangkat sedikit. Namun Alen hanya diam. Keadaan lalu hening.
"Mau makan?" tawar Arka setelah sekian lama hening. Alen menggeleng dan menunjuk kedai es krim. "Itu..."
"Lets go..." mereka berdua pun ngacir ke kedai itu, dan duduk di salah satu kursi yang di sediakan. Mata cewek itu berbinar. Es krim adalah makanan favoritnya. Segera dia mengambil buku menu dan memilih-milih. Tak lama, seorang pelayan pun datang.
"Lo mau rasa apa?"
"Rasa Oreo," cowok itu mengangguk. "Dua ya mba..." pelayan itu pun menulis di notenya.
"Mau makan disini apa dibungkus?"
"Dibungkus aja mba," jawab Arka.
"Kok dibungkus?"
"Dibungkus supaya nanti makannya bisa sambil dibuat jalan-jalan." Alen hanya ber-oh-ria mendengar penjelasan kakaknya.
"Di tunggu sebentar ya," lalu diangguki oleh kedua orang itu, dan pelayan itu pun pergi.
"Masih ikut lomba-lomba melukis?" Alen hanya menggeleng sebagai jawabannya. "Lah kenapa?" sambung Arka.
"Bentar lagi ujian bang."
"Tapi masih ngelukis 'dia' kan?" kini Arka menaik-turunkan alis matanya. Alen hanya berdecak kesal. Yang dimaksud 'dia' adalah orang yang Alen suka. Dan abangnya itu senantiasa membuatnya kesal dengan terus menggodanya.
"Di godain mulu adeknya ih!" Alen lalu menyubit tangan Arka yang berada diatas meja.
"Ih sakit!"
"Biarin."
Arka tertawa kecil melihat ekspresi Alen. Alen yang melihat itu semakin kesal.
"Kalo lagi marah tambah cantik deh..." Arka kembali terkekeh, sedangkan Alen kini mulai malu. Arka semakin tertawa melihat pipi adiknya bersemu.
"A—apa sih, receh, basi," dan ekspresi Alen kini tengah menunduk malu. Astaga, seandainya Alen bukan adiknya, mungkin dia sudah memacarinya dari dulu. Sangat menggemaskan.
"Ini pesanannya, ini notanya..." setelah menerima pesanan dan membaca nota harga, Arka langsung saja merogoh sakunya dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.
"Ayo, mau belanja?" tawar Arka lagi sambil berjalan menjelajahi mall.
"Baju gue banyak, gak usah bang," ucap Alen, lalu kembali memakan es krim cup-nya itu.
"Terus mau apa? Main? Makan?"
Alen tiba-tiba berhenti, membuat Arka ikut berhenti. Mata Alen terpaku kebenda itu. Kalung emas, lalu menatap Arka. "Lebih baik lo beliin itu buat mama, sebagai permintaan maaf lo, gimana?"
"Ide lo bagus juga."
❤💙💚💛💜
Sesampainya dirumah, Arka langsung meminta maaf kepada orang tua tunggalnya itu–Alya, dan memberikan kalung cantik yang ia beli bersama Alen di mall. Alya nampak senang ketika mendapatkan hadiah dari anak sulungnya.
"Terima kasih Arka, maafin mama udah buat kamu sedih," cowok itu tersenyum lega karena mamanya tidak marah atau pun kecewa kepadanya karena sikapnya yang tidak sopan tadi.
"Arka, Alen karena anak-anak mama udah lengkap, mama bakalan jelasin semuanya se--"
Tok...tok...tok...
Ucapan Alya terputus ketika mendengar ketukan itu. Tanpa disuruh, Alen langsung saja bangun dari sofa, dan menuju pintu utama.
Ceklek...
"Pak haris?"
❤💙💚💛💜
16 Mei 2019
Tsafita Zulfa
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Teen FictionIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...