Aku hanya ingin kamu menghargai kehadiranku.
Dirga♪
❤💜💛💚💙
Senyumnya tidak kunjung pudar setelah pulang dari rumah kediaman Yunda, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Pukul tiga pagi ia pulang dari rumah Alen dan memutuskan untuk sekalian tidak tidur dan mengisi sisa waktu tidurnya dengan push rank game online-nya. Walaupun semalam tidak tidur, namun keceriannya tetap bertahan.
Setelah mengeluarkan emosinya dengan menangis, ia dengan Alen lalu berpelukan, bercerita, tertawa bersama dengan Alen, mengingat kejadian malam tadi membuatnya tidak bisa berhenti menyuguhkan senyuman manisnya, bahkan dirinya nyaris seperti orang kesambet setan bucin di pagi hari.
Menuruni tangga dengan sedikit berlari dan menuju meja makan yang diatasnya sudah tersuguhkan roti bakar kesukaanya. Segera saja Dirga menghampiri meja makan, duduk, dan melahap rotinya.
"Ini den susunya." Bi Tria memberikan segelas Susu kepadanya, dan langsung di teguk setelah selesai sarapan. Baru saja dirinya ingin beranjak, suara bariton itu menghiasi pendengarannya.
"Semalam kemana? Pulang jam tiga pagi, kamu dari mana? Club?" ucap pria itu sambil duduk di kursi yang biasa ia duduki. Seketika seluruh kebahagiaanya memudar digantikan dengan rasa takut. Takut jika ketahuan karena semalam ia menghabiskan malam dengan Alen.
"Apa kerumah calon saudari tiri kamu?" Dirga menegang takut. Dia diam dan takut untuk menengok ke arah Haris. Pria itu memasang wajah antagonisnya.
"Jangan menaruh perasaan kepada calon saudari tiri kamu Dirga! Papa sudah bilang ke kamu jika papa akan menjodohkanmu!" kalimat tegas itu membuat hati Dirga teriris pedih. Dirga sudah tau, pasti pria itu memata-matainya.
Dengan segala keberanian yang ia punya, dia pun bertanya, "papa, kenapa Dirga harus dijodohkan, Dirga bisa nentuin cewek mana yang nantinya akan Dirga gandeng—"
"Dan itu saudari tirimu, Alenia..." pria itu pun meneruskan ucapan anaknya, "Dirga, kamu tau? Tujuan papa mengadopsi kamu adalah untuk memperkuat perusahaan, itu saja. Dan kamu harus menuruti apa kata papa!"
Sakit karena dirinya selama ini tidak dianggap sebagai sebagai anak. Sakit ketika keinginannya tidak dihargai, namun itu tidak melunturkan rencananya untuk memiliki Alen.
❤💙💚💛💜
Setelah selesai berkutat dengan tugas membersihkan kelas, dia menghampiri kedua sahabat ceweknya yang tengah asyik berbincang ria membahas pelajaran.
"Gue gabung nih." Alen duduk di kusinya. "Ngomongin apa nih?"
Bukannya menjawab pertanyaan Alen, Anala malah balik bertanya. "Eh Al, mata kamu kayak panda, kamu semalem gak tidur?" Alen yang langsung menjadi bahan perhatian kedua cewek itu dan hanya bisa tersenyum kaku mengiyakan dugaan Anara yang selalu bisa menebak apapun yang ia lakukan.
"Biasa, drakor," bohongnya. Anara hanya ber'oh'ria saja setelah itu, dan melanjutkan pembicaraanya dengan Anala. Anara juga mengajak Alen untuk gabung ke obrolan mereka.
Jika diingat-ingat tadi malam, entah mengapa ia begitu senang. Walaupun kantuk menyerangnya saat ini, tidak bisa ia pungkiri jika dirinya menikmati kebersamaan malam tadi dengan Dirga.
"Alen..." yang tadinya ia menghadap belakang, menghadap ke bangku Anara dan Anala, kini berbalik menghadap Erga yang sedang berjalan kerahnya dengan gelas di gengamannya.
"Ini kopi, muka lo keliatan lemes, di minum ya," tiba-tiba Erga datang dan duduk di bangku sebelah Alen, yaitu bangku Dirga yang dulunya adalah bangkunya. Alen meminum kopi itu dengan perlahan.
"Lo hari ini kenapa? Keliatan beda," mendengar itu, Alen menggeleng. "Apanya yang beda, gue B aja hari ini."
"Keliatan kayak banyak pikiran gitu."
"Gue masih bingung harus ambil keputusan apa sama mama dan pak Haris. Gue pengen cerita banyak ke lo..."
Dan sebelum Erga bertanya lagi, si pemilik bangku datang dengan tas yang tertenteng di tangan kanannya. Erga langsung saja berdiri dari duduknya dan mengacak rambut Alen lembut tanda ia akan pergi. Namun perhatian Alen bukan mengarah padanya saat itu, melainkan ke arah Dirga yang tersenyum kepadanya.
"Nanti gue chat, kita jalan aja besok gimana?" Alen hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Erga sedikit pun. Tatapan itu masih terpaku ke Dirga.
Dan Erga merasakan, jika kehadirannya tidak anggap ada adalah hal yang paling menyakitkan.
❤💙💚💛💜
Alen tidak memutuskan pandangannya dari cowok yang kini tengah mengelap keringatnya dengan pakaian yang dikeluarkan begitu saja. Cowok itu tersenyum, dan Alen langsung saja memberikan sebotol air minum untuknya. Kalian tau cowok itu siapa? Ya, itu Erga.
Setelah pulang sekolah, Alen dan Erga tidak langsung pulang, menunggu sekolah sepi. Erga dan teman-temannya yang satu ekskul voli dengannya memutuskan untuk bertanding voli sebelum ujian sekolah dimulai. Dan disinilah Alen, duduk sendirian dibangku penonton, tepatnya di lapangan Indoor.
"Seger?" cowok yang tengah asik menyiram air ke kepalanya itu hanya tertawa sebagai jawabannya, dan itu membuat Alen tersenyum geli karena itu. Erga benar-benar lucu.
"Mau pulang atau lanjut main volinya?" tanya Alen.
Erga lalu meneguk sisa air dibotol itu, lalu menaruhnya dimeja. "Sekali pertandingan ini kita pulang, lo gak papa kan nunggu gue lagi?"
"Iya gak papa kok."
Setelah itu, Erga kembali melanjutkan permainannya. Mata Alen selalu mengikuti pergerakan Erga yang selalu bergerak kesana kemari mengejar bola yang melayang ke areanya.
Alen tidak pernah bosan ketika melihat cowok itu bertanding. Alen akui, Erga adalah pemain voli yang sangat baik. Cara bermainya, caranya mengelap keringat, caranya bersorak gembira ketika mendapatkan score, caranya mengacak rambutnya sendiri ketika kesal karena kehilangan score, membuat Alen terkadang tertawa sendiri karena tingkah cowok itu.
"HAYO NGAPAIN LO!"
"Astaga Dirga! Kaget!" Alen memukul punggung Dirga yang kini sudah duduk disampingnya. Cowok itu hanya tertawa geli karena pukulan Alen yang tidak ada apa-apanya. Ketika melihat Dirga, Alen selalu mengigat kejadian kemarin malam, dan itu membuatnya salah tingkah.
Benar-benar tidak bisa terlupakan.
"Lo ngapain disini kayak orang gak jelas " dengan sisa tawanya Dirga bertanya, Alen hanya menjawab dengan menunjuk Erga yang tengah berada di lapangan. Peka akan hal itu, Dirga tersenyum.
"Pulang sama gue gimana?"
"Tapi Dir—"
"Erga kan juga masih main."
"Dia duduk disini karena nunggu gue, gue pulang sama dia!" Erga langsung saja menjawab hal itu. Tatapan tidak sukanya membuat Alen tidak enak hati.
Erga yang tiba-tiba datang membuat Dirga sedikit terkejut. Nampaknya pertandingan sudah diakhiri. Dia kalah sigap.
"Ayo balik," dan Erga menarik tangan cewek itu menjauh, menjauhin Dirga yang kini tengah meredam amarah. Sesekali Alen menoleh ke belakang, menatap Dirga yang masih duduk terpaku di bangku penonton.
"Gue harus bertindak cepat dari Erga!
❤💙💚💛💜
Tsafita Zulfa
7 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Teen FictionIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...