8 | ErgaAlen✨ : Menjauh

236 48 1
                                    

Kamu menjauh, aku harap setelah aku tidak denganmu, aku akan merasa tetap baik-baik saja.

Erga♪

❤💙💚💛💜

Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan amat perlahan, ia berangsur turun. Cahaya merah telah mulai terbentang di ufuk barat.

Dia selalu ingat, Alen sangat menyukai senja. Erga yakin disana, cewek itu sedang menikmati cahaya orange yang menerpa wajahnya. Ah Erga selalu saja merindukan cewek itu.

Erga mengambil ponselnya yang tergeletak di meja teras. Erga menekan nomor dua agak lama dan langsung tersambung dengan nomor itu : speed dial nomor dua. Nomor satu adalah nomor telpon rumah.

Telinga Erga disambut suara merdu Acha Septiasa, membawakan My Heart. Gini-gini Alen kadang suka kelewat mellow, dan penggemar lagu-lagu pop yang mayoritas romantis.

Ini agak aneh sebenernya menurut Erga.

"Apaan lo nelpon gue?" suara disebrang terdengar sangat tidak ramah.

"Kuy lah sekarang kita makan bareng, gue lagi pengen banget nih makan sama lo!" terdengar helaan nafas di sebrang sana. Alen kembali berbicara. "Euh... gue capek habis jalan sama Dirga tadi, gue pengen semedi dikamar, nanti malam aja ya."
ah nama itu, Dirga. Hatinya mencelos ketika mendengar nama itu.

"Ya udah nanti malam gue ke rumah lo." dan secara sepihak Erga menutup telponnya dengan sedikit kasar, menatap langit senja dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Terbesit rasa kesal yang samar di raga itu.

❤💙💚💛💜

"Duduk sini." Alen menepuk-nepuk sofa di sebelahnya. Erga pun tersenyum mendengar itu dan menyodorkan bungkusan plastik putih ke tangan Alen.

"Lo beli ap—Yaaaa pizza..." ucapnya dengan kecewa.

"Gue capek-capek bawa kotak segede ini, lo bilang 'Yaaaa pizza' doang? Woy ini varian rasa baru!" mata Alen berbinar ketika mengetahui jika itu adalah pizza varian terbaru.

Sekarang mereka berada di teras halaman belakang rumah Alen. Menikmati gemerlap kelap-kelip bintang dengan bulan purnama yang tertutup awan. Seperti biasa mereka selalu saja membicarakan banyak hal, lebih tepatnya Erga selalu banyak mengoceh dan Alen yang selalu menjawabnya dengan jawaban seadanya.

"Gue kemaren jalan sama Rann ke Mall baru deket sini, seru loh Al!"

"Gak nanya."

"Ih lo mah gitu, pokoknya kita harus kesana kapan-kapan." sungut Erga. Erga bersorak riang ketika melihat raut wajah Alen yang mulai kusut.

"Berisik Er, mending lo makan nih pizza." Alen menjejalkan pizza besar ke mulut cowok itu yang kebetulan terbuka karena ingin melanjutkan perkataanya.

"Hega ... ho, huhe henyangh..." ucapnya tak jelas karena mulutnya full oleh pizza yang di jejalkan Alen.

"Habisin dulu geblek!" Alen menoel bahu cowok itu. "Kunyah dulu, farming dulu, tarik napas, keluarkan, tarik napas, kentutlah." mendengar itu Erga langsung terbatuk dan menepuk dadanya kuat. Dalam hati dia mengutuk Alen karena membuatnya tertawa dalam posisi menelan makanan.

"Nih minum." tangan itu tergerak untuk mengambil air minum dari Alen dan ia pun meneguknya.

Bur!

"BABI AIRNYA ASIN BANGET KEK UPIL!" Erga mengambil air putih di teko dan meneguknya. "ANJING SAMA AJA ASIN KEK KERINGET BARA." Cowok itu lari ke dapur dan mengambil sepotong semangka yang bertengger di kulkas.

Suara cekikian seorang cewek membuatnya semakin kesal. "Enak kan?"

Erga mengunyah semangkanya dan menelannya. "Gitu ya lo, gue bawain pizza enak anget malah balesannya di kasih air laut." Erga kembali mengambil sepotong semangka di dalam kulkas. "Air susu di balas sama air ketuban!"

"Tuba dodol, lo kira lahiran aer ketuban!"

Tiba-tiba terdengar seseorang membuka pintu belakang. Alen dan Erga pun menengok ke belakang. Wanita cantik yang masih berusia tiga puluh delapan tahun itu menghampiri mereka dengan senyuman khasnya.

"Alen, Erga ada temen kalian tuh di depan coba kalian samperin dulu." ucap Alya-Ibu Alen kepada kedua anak itu. Mereka berdua saling bertatapan bingung, menerka-nerka siapa yang datang.

Ganggu aja...
Erga menggerutu dalam hati.

"Cepetan, kasian temen kalian nunggu. Mama mau ke butik dulu yah, sebentar doang kok." memang Alya menopang hidup dan membiayai segala keperluan dengan karir butiknya ini.

Setelah itu Alya pergi meninggalkan mereka berdua.

❤💙💚💛💜

"Gue cabut dulu ya. Gue gak mau ganggu kalian berdua." ucapan dari seseorang itu terkesan kaku. Tidak seperti biasanya Erga berbicara seperti itu. Tanpa persetujuan Alen, Erga langsung saja meninggalkan rumah itu dan menghampiri motor ninja biru kesayangannya, menghidupkan mesinnya, dan keluar dari pekarangan rumah gadis yang ia sukai.

Langit yang harusnya berhiasan bintang dengan bulan purnama yang menemani malamnya kini tengah diselimuti awan tebal. Langit seakan tau perasaan Erga saat ini. Persis seperti bintang dan bulan yang tertutup awan, kini hatinya diselimuti rasa sakit.

"Alen, gue pengen ngajak lo makan malam dirumah gue bareng papa, maaf gue datang kesini pake acara mendadak. Lo mau kan?"

"Gue cabut dulu ya, gue ganggu kalian berdua."

Dirga mengajak makan Alen dan disitu Alen hanya menatap Dirga. Sangat terlihat, tatapan Dirga ke Alen adalah tatapan memohon, setelah itu Alen menengok ke arah Erga dan menatapnya cemas, seperti meminta persetujuan dari Erga. Erga tersenyum miris.

Ini kayak bukan Alen. Alen memang cuek ke semua orang kecuali kepada keluarganya dan gue. Tapi Dirga? Bukannya dia orang yang baru masuk ke kehidupan Alen? Kenapa semudah itu dia bisa curi semua perhatian Alen?
batinnya. Banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya sekarang. Semuanya sekarang terlihat sangat sulit.

Sekarang, Alen sudah mulai menjauh darinya setelah kedatangan Dirga. Ya, menjauh.

Tin tin...

"Mas gak liat apa! Sekarang udah lampu hijau!" Erga membuyarkan lamunannya setelah mendengar suara seorang bapak-bapak pengendara mobil dibelakangnya. Dia terlalu memikirkan Alen dan Dirga hingga tidak fokus kepada jalanan yang ramai.

❤💙💚💛💜

Tsafita Zulfa
4 Mei 2019

ERGALEN [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang