•Aliska Putriana Ningrum-Aliska•
-Mina Twice-
❤💛💜💙💚
Seminggu sejak pesta bantal mereka lakukan, kini Alen, Anara, dan Anala segera berjalan menuju lapangan beserta semua siswa-siswi SMA Bagaskara yang lain. Pagi yang cerah ini, seperti biasa tiap hari Senin di adakannya upacara bendera.
Setiap hari Senin juga, Pak Hamrin selaku guru BK berkeliling ke seluruh penjuru sekolah untuk memeriksa atribut sekolah siswa-siswi yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan aturan sekolah.
"Heh, heh, bajunya dimasukan!"
"Ini cita-citanya mau jadi preman atau jadi apaan kok baju atasnya tidak dikancing!"
"Ini kok upacara malah pake songkok, kamu kira mau pengajian apa pake songkok!?"
"Dasi kamu mana? Pasti kamu jadiin gesper!"
"Ini rambut di jambul-jambul, coba botak kayak bapak, ganteng."
Suara itu yang selalu menghiasi telinga-telinga anak-anak bandel yang tidak mengikuti tatib.
Anara sedikit melirik ke barisan cowok. Sudah bisa ia tebak, ini pasti ulah Rann dan Sean. Bukan kali pertama Rann dan Sean berbuat masalah, hampir setiap harinya mereka mendapat ceramahan dari para guru-guru dikarenakan melanggar aturan sekolah.
"Rann kemaren rasanya lo beli dasi baru deh di koperasi, kok udah kagak ada aja?" tanya Sean berbisik-bisik.
"Sama adek gue dibuat lap ingus, jadinya sebagai calon dokter yang sangat menjaga kebersihan, gue buang aja lah."
"Si goblok, ya dicuci lah..."
"Halah, topi lo yang udah jadi tempat tidur kucing aja kagak lo cuci, gitu mau ngurusin barang orang..." Sean skakmat. Ia terdiam sejenak, mengumpati Rann yang mulutnya emang selalu bener.
Tap...tap...tap...tap
Suara langkah larian itu terdengar jelas. Kedua orang itu berlari dengan kencang menuju lapangan, karena upacara yang sebentar lagi akan segera dimulai.
"Lo baris disini aja, gue disana. Nanti habis upacara, gue bakalan anter lo ke per-AAAA SUAKIT PAK!" satu gerakan mengejutkan cowok itu, satu kata yang mewakili perasaan Erga.
Panas kuping aku mazzz...
"Pak ampun pak, kenapa kuping saya di plintir-plintir!" raut wajah Pak Hamrin mengisyaratkan kepuasan karena melihat ekspresi Erga yang konyol itu.
"Ini sebab kamu baru datang jam segini dan ngajak perempuan ini ngobrol," jawab Pak Hamrin dengan menunjuk-nunjuk Aliska.
"Heee, bapak ampun pak, saya tadi cuma nemen--"
"Halah nemenin-nemenin modus lo..." jika Erga sakti, ingin sekali ia memanjangkan kakinya dan menabok mulut Rann yang emang hobinya tukang manas-manasin orang.
"Pak ini bukan salahnya pak, ini salah saya karena saya minta tolong ke dia untuk mengarahkan saya ke kelas," kata Aliska menjelaskan." Maaf pak, Erga ngelakuin itu semua karena mendapat perintah dari pihak TU," lanjutnya lagi mencoba supaya Pak Hamrin mengerti. Pak Hamrin pun melepaskan jewerannya, dan refleks Erga menggosok telinganya kencang. Dalam hatinya ia bersyukur, kupingnya tidak copot, tidak cacat, dan masih bisa berfungsi.
"Kamu anak baru? Intro ke saya coba."
"Benar, saya anak baru pak. Nama saya Aliska Putriana Ningrum, kelas XII IPA C."
❤💛💜💙💚
Rann menyingkirkan kursi kantin di sebelahnya, lalu duduk di atas meja dengan seenaknya. Dihadapnnya sudah ada Sean, Bara, Raga, dan Erga yang tengah berdiskusi entah tentang apa, Rann tidak tau, yang Rann tebak mungkin sedang membicarakan anak baru berparas manis yang bersama Erga tadi. Pasti sahabat-sahabatnya itu tengah mengkepoin hubungan Erga dan cewek yang Rann tau bernama Aliska.
"Pada ngomongin apaan dah?" basa-basi Rann membaur pada topik pembicaraan.
"Inini Erga punya cewek baru, cantik kagak bagi-bagi lo ah." ucap Raga yang kini tengah bermain uno bersama Sean dan Bara.
"Dia itu bukan cewek gue, dia itu cuma tetangga gue yang bakalan nebeng gue nantinya, please lah ya, gue gak suka sama dia."
"Halah, Alennn mulu, pasti itu kan alasan lo gak buka ati lagi..." timpal Sean seenaknya. "Yes gue menang!" serunya ketika ia menang dalam permainan kartu uno. "Kang, nasgornya satu, nanti Raga sama Bara yang bayarin." Kang Ucup hanya tertawa mendengar itu dan segera menyiapkan pesanan Sean.
"Coba buka hati aja ke cewek itu, siapa namanya, Aliska?" tanya Raga, Erga hanya mengangguk sebagai jawabanya.
"Er, jangan goblok karena cinta dong, lo ganteng, gak seharunya lo sampe mendem rasa lima taun cuma karena alasan persahabatan lo. Sekarang lo liatkan, Alen deket sama Dirga, itu udah menggambarkan hubungan mereka, apa lo gak sadar?" jawab Bara panjang lebar. Erga ciut, kalau sudah Bara yang berbicara panjang lebar, berarti otak anak ini lagi miring seratus delapan puluh derajat.
Bahaya.
"Ah bodo amat pusing gue." Erga menenggelamkan ke lipatan tangannya yang berada di meja kantin itu.
Rann memutar bola matanya lalu menepuk bahu Erga. "Udah lo coba aja kali, sayang wajah ganteng kalo gak lo manfaatin."
Kepalan tangan itu mendarat di jidat Rann, sebuah jitakan ampuh Raga bisa membuat Rann meringis. "Sumpah dah, jitakan lo kayak palu thor, otak rasanya kayak mau terbalik!"
Bara tersenyum sinis. "Lo kagak ngaca? Emang nyatanya iya kan?"
Jleb...
Rann melongo. "Mulut lo ya, lo sekolah bawa otak gak sih?"
"Otak gue gue tinggal di rumah, rusak gara-gara gue jejelin rumus kimia." Bara menjawab. "Masih menetralisir kandungan pelajaran didalamnya, paling besok udah normal lagi. Kagak kayak otak lo yang ber-IQ jongkok."
"Sstttt, dari pada kalian ribut debatin otak kalian yang volumenya cuma seribu cc, mending kalian ngasih saran ke gue." raut wajah itu semakin kusut. "Gue potek guys..."
"Tadi kita ngoceh ngasih saran lo bilang "Ah bodo amat pusing gue!" sekarang kita diem, malah koar-koar minta saran."
"Si anying, dibilangin kok, move on ke Aliska aja, gue yakin lo pasti bakal bahagia!"
Erga kembali berfikir, mungkin sohib-sohibnya benar. Untuk melupakan cinta yang lama dia perlukan seseorang yang bisa membuat kita lupa akan yang lalu. Orang yang membuat kita sibuk memikirkannya, dan menggantikan segalanya.
"Coba aja dulu kali ya, kenapa enggak? Mungkin ini awal kisah yang bagus" gumam Erga merenung.
❤💛💜💙💚
Tsafita Zulfa
5 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Novela JuvenilIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...