Senyuman manis itu membuat mataku terpaku olehmu.
Erga♪
❤💜💛💚💙
Alen pulang. Selepas dari rumah tua, Erga langsung saja mengantarkan Alen pulang ke rumahnya. Wajahnya semrawut tak karuan, mood untuk bersama dengan Alen sirna karena pembahasan mereka tentang Dirga, dan pernyataan yang sebelumnya sudah ia tebak.
Erga hancur saat ini, dan tanpa ia sadari air matanya mengalir.
Lima tahun yang sia-sia, semuanya sirna.
Melaju menuju bagasi dan mematikan mesin motornya, lalu turun menuju pintu utama. Namun pandangan cowok itu beralih ke rumah kosong di sebelah rumahnya yang ramai orang. Banyak truk-truk barang berderetan disitu dan beberapa orang bayaran yang bertugas memindahkan barang disana.
"Erga! Siniii..." Erlita memanggil dari rumah tersebut yang tidak jauh dari kediamannya. Erga yang di panggil pun segera menghapus air matanya, menengok dan menghampiri bundanya itu.
"Ada apa bun? Ini kok pada rame-rame?"
"Kita bentar lagi punya tetangga baru, kamu nih masa gitu aja gak peka," ucap Erlita gemas. Erga yang mendengar hal itu menghela nafasnya pelan lalu bergumam, "Salah aja trus jadi cowok, yang gak peka lah, yang ini lah yang itu lah..."
Plak!
"Gak usah ngedumel." Erga mengaduh kesakitan mendapat hadiah kecil dari Erlita. Erga merengut kesal.
"Oh ini toh Lit anakmu?" suara itu tiba-tiba menghiasi pendengaran Erga. Seorang wanita seusia bundanya itu keluar dari rumah kosong itu yang Erga yakini jika itu adalah calon penghuni rumah besar ini.
"Oh iya, ini loh San anak keduaku, namanya Erga," ujar Erlita kepada wanita yang kini dihadapannya yang bernama Santi, sahabatnya masa SMA dulu.
"Anakmu ganteng-ganteng ya Lit, cocok jadi mantuku," ucap Santi yang tengah memandangi Erga dengan kagum. Sedangkan yang dipandang hanya memasang wajah malas.
Percakapan ibu-ibu yang penuh basa-basi.
"Oh iya, Erga kenalin ini tante Santi," dan Erga pun tersenyum ramah kepada Santi. "Oh iya, anakmu mana San?"
Santi yang mendengar pertanyaan itu langsung saja meminta izin untuk pergi memanggil anaknya yang tengah sibuk juga merapikan barang-barang.
Erga tidak sadar jika ada seseorang yang memperhatikannya begitu dalam dari jendela rumah itu. Seorang gadis manis yang fokusnya hilang ketika memandang Erga.
"Ayo nak, keluar, ada teman mama, mama mau kenalin kamu ke dia." gadis yang sibuk memandang Erga pun gelagapan ketikan mendengar ujaran mamanya.
"Ayo nak, sebentar aja kok." dan tanpa persetujuan anaknya, Santi pun menarik lengan gadis itu dan keluar dari rumah tersebut, menghampiri Erga dan Erlita yang tengah berbicara.
"Er, kenalin dia anakku, Aliska Putriana." gadis itu tersenyum manis plus malu-malu kepada Erlita dan Erga. Erga yang melihat senyuman cewek itu sempat terpanah, dan cowok itu membalas juga dengan senyumannya yang tidak kalah manis.
"Cantiknyaaa, siapa namamu cantik tadi? Oiya Aliska..." Erlita mencubit pipi cewek itu gemas. "Kamu nanti mau sekolah dimana Ka? Kamu kelas berapa sih emangnya? Jurusan apa?" pertanyaan berderet itu muncul begitu saja dari mulut seorang Erlita.
"Rencananya di SMA Bangsa tante. Saya kelas 12 tante jurusan IPA."
"Kenapa gak sekolah di SMA Bagaskara aja, Erga sekolah disitu loh, lumayan kan bisa pulang pergi sama Erga."
Aliska cantik, manis, ya mungkin sebagai cowok normal pasti ya mau-mau aja, bahkan senang jika berboncengan dengan cewek seperti Aliska, hanya saja Erga tidak mau jika hal itu sampai terjadi, karena apa? Karena dia tidak ingin posisi Alen digantikan oleh Aliska.
Hanya itu Alasannya.
Namun, ketika ia memikirkan kembali kejadian bersama Alen tadi, rasanya posisi itu sudah tidak diperlukan lagi.
Karena sudah ada Dirga.
"Liat aja tante kedepannya, mungkin nanti saya bisa berubah pikiran dan ikutin saran tante." Aliska tertawa riang diikuti oleh Erlita dan Santi.
Mendengar tawa itu, Erga pasrah. Pasrah ketika Aliska sungguhan menuruti saran bundanya.
❤💙💚💛💜
Tsafita Zulfa
21 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Teen FictionIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...