•Alenia Delisa Yunda-Alen•
-Lalisa BlackPink-
❤💙💚💛💜
"Gue menang pertandingan dan lo harus tepatin janji lo!" seru Erga. Matahari di siang itu masih bergantung indah di langit, di temani awan-awan putih. Di halaman belakang keluarga Yunda yang cantik itu. Erga sedang menemani cewek itu melukis.
Bau cat membanjiri indra penciuman Alen. Tangannya terhenti ketika Erga mengatakan hal Itu. Dan jika Alen sudah begitu, tandanya konsentrasinya sudah pecah. Alen meringis dan meruntuki nasibnya yang sebentar lagi harus menjadi boneka Erga.
Oh shit!!! batin Alen kesal sendiri.
"Huft, iya," jawab Alen acuh sambil melanjutkan lagi lukisannya yang setengah jadi. Erga mendengus. Alen tetep cuek bebek kepadanya.
"Cuek amat sih, lo gak ngasih ucapan selamat gitu ke gue?" Alen hanya diam saja. Sangat acuh.
Erga menggerutu. Dia mengetahui jika Alen tidak ikhlas tentang hal itu. Tapi toh Erga bodo amat, yang penting Alen akan menemaninya besok lusa.
Lukisan Alen sudah selesai. Hanya tinggal menunggu kering saja. Alen meninggalkan sketsel dan sebuah lukisan yang terduduk manis dihalaman itu, menghampiri Erga yang sudah selonjoran di karpet lembut berwarna biru soft Itu. Dan duduk di sebelahnya.
"Ni ya...gue ucapin, selamat atas kemenangan sekolah kita Er," senyuman itu mengembang, dan Erga memukul punggung Alen kuat. "Nah gitu dong!"
"Sakit goblok!"
Astagfirullah Alen ngomongnya.
Alen mengelus punggungnya yang sakit bekas kejahatan Erga. Sedangkan Erga tertawa terbahak-bahak melihat Alen meringis kesakitan.
Alen mulai jengah dengan tawa Erga yang sudah melewati kadar normal. Langsung saja Alen membuka kaus kakinya dan menaruhnya ke wajah Erga. Erga langsung meronta-ronta dan melempar kaus kaki itu ke sembarang tempat. "Ihhh bau!"
"Kaos kaki gue!" Alen memburu kaus kakinya yang sudah tergeletak dekat sketsel. "Tega!" kesal Alen.
"Bau anying kea TPA." Erga mencubit hidungnya, tidak ingin menghirup aroma dari kaos kaki Alen yang memang tidak bau sama sekali.
"Banyak komen lo titisan kera!"
Tik...tik...tik...
Suara rintik-rintik hujan diatas genteng membuat Alen kelimpungan. Dengan cepat dia mengambil lukisannya. Padahal tadi masih ada matahari yang cerah menggantung, mengapa sekarang langit sudah berubah menjadi abu-abu gelap dengan cepat?
"Er, bantuin gue, sketsel gue!" panik, Erga langsung saja melesat mengambil penyangga lukisan itu dan memindahkannya ke teras. Dan benar saja, hujan langsung turun dengan derasnya, mengguyur bumi dengan air yang tidak terkira.
"Udah, ayo masuk, ntar kalo disini terus lo bisa kedinginan," namun Erga tidak juga berpindah dari posisinya, malah asyik melihat ke arah langit gelap. Alen yang di sebelahnya memutar bola matanya malas. Alen tau jika Erga merencanakan sesuatu. Sudah lama berteman dengan Erga, Alen tahu akan hal itu.
Mungkin ada ikatan batin.
Alen berbalik dan mulai melangkahkan kakinya. "Tunggu!"
Sebelum terlalu jauh, Erga berhasil meraih pergelangan tangan Alen. Alen pun sontak berhenti dan kembali mendekati Erga. Alen mulai berpikir, tentang apa yang akan di lakukan Erga setelah ini.
"Ini. Pasti. Bakalan. Seru!"
suara Erga menggebu-gebu. Alen mengernyit bingung. Apa jangan-jangan...Erga langsung mendorong Alen ke dalam hujan. Erga langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang terasa geli.
"ER-LANG-GA!" Teriak Alen sambil meraup wajahnya yang basah diguyur air. Masih dengan sisa tawanya, Erga berucap, "apa sih panggil-panggil?"
Alen sudah menebak hal ini. Pasti Erga merencanakan sesuatu. Alen hanya memasang raut wajah marah, namun tak lama dia menghilangkan raut wajahnya itu, di gantikan oleh wajah lesu.
Melihat perubahan wajah Alen, Erga menghentikan tawanya. "Al..." dan pada saat itu juga, Alen jatuh, tergeletak di bawah hujan.
"ALEN!" Erga langsung menghampiri Alen, tanpa menghiraukan hujan yang mengguyurnya. Erga menepuk-nepuk pipi cewek itu sambil memanggil-manggil namanya. Namun tidak ada perubahan.
Erga kelimpungan.
"DOR!!!"
"Anjir taik ayam anget!"
dan Alen tertawa, renyah sekali, hingga membuat Erga tertawa juga. Ternyata itu hanya akal-akalan Alen untuk mengerjai Erga."Dasar, gue sampe khawatir! Awas aja lo ya!"
Alen menjulurkan lidahnya dan menjulingkan matanya, hingga itu memancing Erga untuk mengejarnya. Menikmati hujan di siang itu.
Dan mulai hari ini, mereka menyukai hujan. Hujan menjadi saksi bisu perasaan yang terpendam.
❤💙💚💛💜
Tsafita Zulfa
12 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Підліткова літератураIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...