Maaf jika hatiku terpaut dengannya, dan bukan denganmu.
Alen♪
❤💜💛💚💙
Malam senin yang buruk terjadi kepada Alen. Dia lupa jika hari ini mereka mengadakan pesta bantal, dan kedua sahabatnya Anala dan Anara main seenak jidat grasak-grusuk di rumahnya dengan menenteng sekresek snack ditangan mereka masing-masing.
Berhubung senin libur karena guru-guru tengah rapat mengenai pelajaran tambahan bagi kelas dua belas maka mereka pun mengadakan pesta bantal ini. Lebih tepatnya Anara dan Anala yang mengadakan pesta ini.
Tidak mau ambil pusing, Alen langsung saja menggiring mereka berdua ke kamarnya. Bukan apa-apa, cuma Alen tidak ingin jika kedua temannya itu sampai salting sendiri karena bertemu dengan cowok ganteng seperti Arka.
Dan seperti biasanya, setelah masuk ke kamar Alen yang luas, langsung saja meleparkan diri mereka berdua ke kasur Alen
"Sopan ya ente dateng-dateng langsung buat kamar orang berantakan." omel Alen pada Anara yang sudah mengacak-acak seprei tempat tidurnya. Sedangkan yang diomeli hanya memasang wajah tidak berdosanya.
"Peduli amat gue mah..."
"Anak curut kalian."
"Sejak kapan kamu jadi suka ngomong kasar begini, inini pasti ajarannya Erga." Anala mencibir. Alen hanya diam. Benarkah omongan Anala?
Entah, yang jelas ia tidak ingin kamarnya jadi bangkai Kapal Titanic.
"Nih siapin cemilan!"
"Kenapa gue berasa jadi babu sih?"
"Lo kan emang jadi babu kita untuk hari ini, terima nasib aja lo dari pada banyak bacot," oceh Anara. Anala lalu melanjutkan ucapan kembarannya. "Cepet sanaa, ratu haus nih..."
"Yeee... anak gak tau diri," kata Alen sambil mendengus. Satu kata yang mewakili perasaan Alen sekarang...
Menyebalkan.
❤💛💜💙💚
Jam menunjukan pukul dua dini hari. Anara dan Alana sudah tertidur diranjangnya yang memang berukuran king size yang bisa ditempati oleh dua sampai tiga orang.
Mengcover lagu, mengcover tarian Blackpink- Lets Kill This Love, dan ngevlog Mukbang ala-ala mereka yang abal-abal ngetes makan mie samyang mix keju mozarela, sampai Anala sakit perut dan bolak-balik ke toilet karena mie super pedas itu.
Alen masih terjaga dan mengingat hal-hal konyol yang mereka lakukan tadi, dan itu mengundang gelak tawanya. Ia berfikir, tak lama lagi mereka tidak bersama lagi. Perpisahan akan segera tiba dan perjuangan melanjutkan pendidikan akan memasuki tahap baru.
Matanya tidak ingin terpejam begitu saja. Ditemani kopi susu ia menikamati malam ini dengan damai. Sudah menjadi kebiasaanya untuk memikirkan apa yang telah ia lakukan di hari kemarin dan menyusun kegiatan di hari esok.
Tidak ada bulan ataupun bintang. Langit hanya menyediakan awan saja hari ini. Alen lalu menyeruput kopinya kembali. Tidak lama angin malam semakin lama bertiup kencang dan suara gemuruh dilangit pun menyertai.
Sebentar lagi akan hujan.
Alen yang berada di teras kamarnya pun segera masuk ke dalam kamarnya. Namun sebelum benar-benar masuk, Alen melihat sesuatu yang janggal di pagar rumahnya.
Seperti ada seseorang yang baru saja melompat masuk kedalam huniannya. Alen bergidik ngeri ketika seseorang itu berjalan menuju rumahnya. Apa itu orang jahat yang ingin merampok?
Ia melihat dengan teliti dari kamarnya yang tingkat. Dari kejauhan, paras itu semakin jelas terlihat.
Dan orang itu adalah Dirga.
Dirga langsung saja memanjat pohon yang pas bersebelahan dengan teras kamar Alen, lalu melompat ke terasnya, menghadapkan wajahnya yang tengah kacau dihadapan Alen yang kini sudah kembali berada di teras.
"Dirga lo apa-apaan kesini lagi!" bisikan tegas itu keluar dari mulut Alen. Bukannya apa, tapi ia takut kedua cewek yang tertidur dikamarnya bagun dan melihat kejadian ini.
Alen takut jika kedekatan mereka yang bisa dibilang melebihi batas wajar seorang teman di ketahui oleh kedua sahabatnya.
Ia tidak ingin kedua sahabatnya terlalu tau akan segala urusannya. Termasuk seorang cowok yang dekat dengannya. Dan terlebih, ia juga tidak ingin Dirga melakukan hal seperti ini lagi.
Cukup pada saat hari itu saja.
Dirga tidak menggubris pertanyaan Alen, dan memeluk cewek itu erat.
"Maaf untuk hal ini, tapi perlu lo tau, gue butuh pelukan lo Alenia...gue—gue capek, gue selalu kalah dihadapan papa."
Tubuh Dirga benar-benar hangat, dan bisikan lembut itu mengalun begitu saja ditelinga Alen, dan bau alkohol sedikit keluar dari mulut cowok itu. Alen luluh dan membalas pelukan cowok itu. Ia juga ikut rapuh melihat kondisi teman kecilnya terus-terusan seperti ini. Ia tidak ingin menanyakan apa permasalahan Dirga dan Pak Haris. Ia takut jika Dirga akan semakin sedih nanti.
Melihat Dirga yang akhir-akhir ini selalu sedih karena Pak Haris. Alen ragu, apakah nantinya jika papa kandungnya itu masuk ke kehidupannya akan berakhir bahagia atau bahkan malah berakhir seperti Dirga?
Alen menghapus pikiran buruknya itu. Mau tidak mau, ia harus menerima segalanya yang sudah ia susun bersama Arka.
"Minum berapa gelas?" tanya Alen refleks ketika mencium bau alkohol dari mulut Dirga.
"Cuma sedikit, empat gelas..." jawab dirga dengan suara seraknya, dan mereka berdua masih dalam posisi yang sama, yaitu berpelukan.
"Jangan ulangi lagi Dirga. Jangan sampai fisik juga yang sakit karena mental yang diganggu," dan Alen pun melepaskan pelukan itu. Dirga hanya mengangguk dan berbalik melihat langit sudah mulai dituruni oleh air langit.
"Lo mau cerita masalah lo ke gue? Cerita sini, tapi pelan-pelan ya. Soalnya ada si kembar," ucap Alen pelan mengingat ada dua manusia yang ada di kamarnya.
"Anara sama Anala ya?" Alen hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Gue pengen cerita banyak, cuma karena memang ada tamu spesial, sebaiknya gue pulang aja. Ini sudah larut banget dan hujan juga mulai turun. Oiya, lo jangan suka begadang. Inget, gue selalu merhatiin lo dari jauh Alenia." Dirga tersenyum manis dan hendak melompat ke pohon, bersiap untuk turun.
"Maksud lo?"
"Setiap malam gue selalu diseberang jalan sana untuk ngeliatin lo yang hobinya bertengger di teras atas." perlahan Dirga turun dari pohon itu. Alen menutup mulutnya refleks tanda ia terkejut.
Selama ini Dirga memerhatikannya sebegitu intens?
Setelah Dirga benar-benar menginjak tanah, pun berkata "Terima kasih atas balasan pelukan, maaf juga mengganggu malam lo lagi," senyum cowok itu terbit mengisyaratkan kebahagiannya mulai kembali lagi.
"Alen, banyak hal yang perlu lo tau tentang ini semua..." Dirga menunjuk dada kirinya. "Jaga hati lo buat gue ya," ia melambaikan tangannya sesaat, dan berbalik memanjat pagar kediaman Alen menuju motornya, dan melaju kencang melawan hujan yang makin lama makin deras.
Pembicaraan yang singkat namun penuh makna.
Alen memegang dada kirinya. Degub jantungnya berdebar kencang.
"Apa Dirga punya..."
Alen menggelengkan kepalanya kecil, menghapus fikirannya yang sudah terlalu jauh.
"Gak mungkin calon saudara tiri gue punya perasaan ke gue."
❤💛💜💙💚
Tsafita Zulfa
4 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Novela JuvenilIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...