18 | ErgaAlen✨ : Dear Alen

174 37 3
                                    

Segenggam cinta dan impian lama yang terpendam sesungguhnya hanya untukmu.

Erga♪

❤💜💛💚💙

06.00 WIB.

"BANGUN PANTEK!"

Suara alarm karya Sean, Rann, dan Raga terdengar dari ponsel disamping Erga. Erga sengaja memakai suara-suara mereka untuk dijadikan alarm agar dia langsung terbangun dari tidurnya, karena suara ember pecah itu mempan untuk membuatnya melek. Dengan sekuat iman, dia bangun dari mimpi indahnya dan duduk, lalu merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku. Matanya merem-melek menyesuaikan cahaya lampu kamarnya yang terang.

"ERGA BANGOOON!" teriak Raja dari lantai bawah. Namun dia diam saja, tepatnya malas menjawab teriakan itu. Tumben banget pagi-pagi gini kakaknya sudah meneriakinya, biasanya hari libur seperti ini, seluruh keluarganya membiarkan dirinya menjadi kebo.

Dia mengelap cairan disudut bibirnya, iler. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya layaknya orang mabuk dan turun tangga dengan tangan menggrepe-grepek dinding.

"Lo udah bangun?" suara itu tidak dia hiraukan. Namun sedetik kemudian dia melotot.

"Masya Amplopppp!" Erga menjerit, dan tidak lama dia meringis meyadari jika aroma kembang melati plus air comberan keluar dari mulutnya.

Memalukan.

"Ini kan hari minggu, ngapain lo kesini pagi-pagi buta kek gini?" tanyanya. Cewek itu adalah Alen.

"Lo inget ini?" Alen pun mengambil ponselnya dan mengutak-atiknya sebentar, lalu menyerahkan ponselnya ke Erga dengan malas. Dan Erga pun langsung menerima ponsel itu, dan membaca pesan singkat.

From : Erlanga

Gue tau lo lagi sedih, besok pagi gue mau nunjukin tempat rahasia, tempat yang belom pernah lo datangin sebelumnya.

Dia membaca pesan singkat itu dengan pipi merona. So what sekarang dia lagi vase malu karena pesan itu.

Biasanya juga malu-maluin.

"Gue tau lo pasti bakalan ngebo kalo hari minggu, jadi lebih baik gue yang datengin lo." Erga menggaruk tengkuknya tanda malu. Dia sama sekali lupa dengan pesan singkatnya yang ia kirim tadi malam.

"Al! Si Erga sudah bangun belom?! Kalo belom seret aja dianya, ceburin ke kolam berenang dibawah sana!" teriak ibu Erga–Erlita dari arah dapur.

Seketika menjadi pagi yang menyedihkan mendengar teriakan itu.

Apa salah hamba ya gusti...dosa apa kuping gue denger toa masjid pagi-pagi beginiiii!

❤💙💚💛💜

Motor itu melaju dengan sedang. Sinar matahari tidak begitu terik, burung-burung menyertai mereka menuju tempat yang mereka tuju, berdua.

"Kita mau kemana Erga?" tanya Alen. Erga sedikit menoleh ke arah belakang. Rambut indah cewek itu berkibar liar dibelakang sana.

"Kita lagi mencari jawaban Al!" dibelakang sana Alen hanya memutar bola matanya malas. Sama sekali tidak tertarik dengan jawaban Erga yang sangat tidak ia mengerti dan tidak nyambung itu.

Erga melirik kaca sepionnya yang mengarak ke wajah cewek itu. Terlihat jutek, namun bisa membuat Erga senyum-senyum sendiri di tengah perjalanan mereka.

Pemandangan luar biasa indah memanjakan kedua mata mereka di sepanjang jalan. Udara sejuk membuat siapapun betah berada disana, dan terdapat bukit-bukit disekitar situ. Pepohonan tinggi menjulang, membawa mereka ke sebuah rumah bernuansa eropa klasik yang terlihat sudah tua.

Alen sempat berpikir, jika dia akan dibawa ke hutan, namun tebakannya salah. Ini bukan hutan, namun surga dunia.

Erga memberhentikan motornya. Mereka pun turun dan melepaskan helm. Erga mengandeng tangan Alen. Seakan terhipnotis, Alen pun mengeratkan gandengan tangan itu.

"Erga kita mau kemana?" tanya Alen. Erga berbicara pelan-tepatnya seakan berbisik. "Liat aja nanti."

Erga membuka pintu utama dengan kunci yang dia bawa. Mereka masuk kerumah tua itu. Alen hanya diam saja walaupun dalam hati dia tengah bertanya-tanya. Ini rumah siapa?

Rumah itu sangat besar dengan cat dinding berwarna pastel simpel. Ternyata di dalam ruangan itu terdapat banyak benda yang dibiarkan begitu saja tertata dengan debu yang menghiasinya.

Memasuki loby, kini menuju ruang tamu. Dan menarik tangan cewek itu ke sebuah foto berukuran besar, foto seorang wanita cantik tengah duduk dan tersenyum.

Erga terseyum memandang foto itu lekat-lekat seperti ada sesuatu yang tersirat di dalamnya, lalu menoleh ke arah Alen yang juga menatap foto itu bingung.

Dia di bawa kesini untuk apa?

"Dia Ibu Kak Raja, tepatnya ibu kandung Kak Raja..." sambil menujuk foto. Alen membeku. Erlita, wanita itu lalu Ibu tiri Raja?

Masih setia menggenggam tangan Alen, Erga berbicara lagi, "Amara, ibunya adalah istri pertama ayah."

"Dan dia meninggal setelah melahirkan Kak Raja," lanjut Erga.

Alen meneliti foto wanita cantik itu. Wanita itu terlihat sangat mirip dengan Raja. Matanya hazelnya, hidung mancungnya, bibir tipis, dan rahang yang tegas. Sangat mirip. Beruntung jika Raja mewarisi semua itu.

"Dan ayah menikah dengan Bunda." Alen hanya diam saja mendengarkan penuturan Erga.

"Dan lo liat? Sekarang kita semua menjadi keluarga yang untuh, dan bahagia." Alen tidak peka dengan apa yang Erga bahas. Mengapa tiba-tiba saja ia membahas hal ini?

"Disini gue cuma pengen buka mata lo lebar-lebar Al, seperti yang gue bilang tadi, "kita mencari jawaban," disini mencari jawaban untuk masalah lo."

"Pikir deh jadi single parent itu susah, apa-apa sendiri, nyari uang sendiri, tanggungan banyak...apa lagi kalo anaknya pada sibuk, orang tua kita kesepian di rumah," cowok itu kini menggenggam kedua tangan cewek itu erat-erat dan memandang lekat mata hazel itu dengan penuh arti.

"Dan tiba-tiba orang tuamu sekarang sudah nemuin tambatan hati, kenapa kita harus larang kedua orang tua kita bahagia?" Alen mulai berpikir sekarang, ia seakan mendapat pencerahan, apa yang dikatakan Erga benar. Dia tidak seharusnya mengatur kehidupan orang tuanya. Dia tidak boleh egois.

"Kita sebagai anak harusnya mendukung orang tua. Lo harusnya bersyukur sekarang karena akan punya keluarga yang untuh." Alen yang mendengar itu tersenyum. Erga benar, seharusnya dia bersyukur karena itu.

"Gue rasa lo benar Er." Alen tersenyum manis sekali. "Gue harus ngelawan ego. Ini semua demi kebaikan bersama."

Erga memeluk Alen dan mengelus puncak kepala cewek itu. Sangat lembut. "Semuanya akan baik-baik aja," seketika pipi cewek itu merona malu, dan tidak lama membalas pelukan itu, sangat erat.

Tapi sayangnya ini bukan pelukan pertama dirinya dengan orang lain.

❤💙💚💛💜

Tsafita Zulfa
14 Juni 2019

ERGALEN [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang