Terkadang kamu memang harus menelan sendiri cerita sedihmu.
Alen♪
❤💜💛💚💙
Marah dan kecewa. Pasti itu yang dirasakan jika orang yang disukai dekat dengan orang lain. Dan itu hal yang tengah dirasakan oleh Erga. Namun dia sadar diri, dia hanya sekedar sahabat Alen, mau sebagus apa pun posisinya, sesering dirinya bertemu dengan Alen, itu tidak merubah pandangan Alen yang sudah mengklaim jika dirinya hanya sebatas sahabat.
Miris.
Dia masih belum bisa melupakan kejadian tadi malam.
Namun Erga juga tidak bisa betah lama-lama untuk marah dan menghindar dari Alen. Jangankan betah untuk berlama-lama menghindar, Sekali Alen tidak terlihat di pelupuk matanya saja sudah dia cari.
"Erga, gue minta maaf ya..."
kalimat itu sudah Alen ucapkan berulang kali. Erga menghembuskan nafasnya kasar dan menengok ke arah gadis itu.Bah, muka cewek itu tetap saja datar, hanya saja suaranya saat meminta maaf terdengar dimanis-maniskan. Dan suara itu sangat buruk jika disandingkan dengan mukanya yang lempeng-lempeng tripleks itu.
Sumpah pengen nonjok rasanya.
"Lo bisa gak sih ngedrama dikit? Nunjukin puppy eyes kek, mohon-mohon kek, apa kek." Erga melipat tangannya di dada. "Jangan menatang-mentang lo alien kutub, lo bisa nunjukin muka dingin lo ke gue!"
"Gue. Gak. Sereceh. Itu. Tolong," tekan Alen di setiap ucapannya. Erga mendengus pasrah.
Suka-suka lo aja lah tai.
batin cowok itu. Kesal."Ya udah gue maapin, tapi jangan kayak gitu lagi ya kucrit, gue tendang juga ya lo ke Benua Afrika!" omelnya yang hanya diangguki pasrah oleh Alen. Dari pada memperpanjang masalah, dia lebih baik diam dan menurut. Walaupun di omeli, dia merasa lega ketika orang yang dia sayang, yang ia cap sebagai sahabat ini memaafkannya. Alen harap, semuanya akan baik-baik saja.
❤💙💚💜💛
"Sini masuk dulu, kita minum dulu, gue tau lo sekarang lagi haus."
"Entah kenapa siang ini gue kayak berasa di Afrika. Indonesia panas bangettttt," ucap Erga sambil menaruh helmnya dan mengibas-kibaskan kerah bajunya berharap ada angin yang masuk ke dalam bajunya. Sedangkan Alen berjalan menuju pintu masuk.
"Ya udah sana ke Indomaret, pasti adem gak kayak Indonesia." jawab Alen cuek. Erga mencerna omongan itu. Ada benernya juga sih pikir Erga.
Alen membuka pintu, namun sebelum itu dia baru menyadari satu hal. Ada mobil yang terparkir di halamannya. Itu bukan mobil mamanya, tetapi mobil orang lain. Alen seperti tidak asing melihat mobil itu.
Segera ia melepas sepatunya dan masuk ke rumah, mengabaikan Erga yang sedari memanggil namanya berulang kali.
"Alen pulang!" teriaknya dan masuk kerumah, dan pada saat ia memasuki ruang tamu, mendapati pria yang ia kenali.
Ada apa Pak Haris datang ke sini?
"Pak Haris?"
"Alenia kamu sudah pulang ya?"
❤💙💚💜💛
Di dalam kamar bernuansa biru langit itu, Erga hanya memandangi foto mendiang Papa Alen–Levin. Pria yang tegas dengan segala kebaikannya.
Sedangkan Alen menggambar sketsa mendiang papanya itu di sebuah kertas HVS dan tidak lama gambaranya itu selesai.
Dia menatap lama sketsanya itu dan tersenyum manis dan memejamkan matanya, mengingat kebersamaan yang dulu dia rasakan bersama sang Papa.
"Rindu?"
Alen hanya mengangguk sambil membuka matanya. Erga dapat melihat jelas mata cantik itu kini tengah berkaca-kaca.
Walaupun dirinya hanyalah anak tiri, namun kedua orang ruanya, terlebih Levin sangat memanjakan dan menyayangi Alen seperti anak kandung.
Kedua orang tuanya juga menghargainya dengan cara merahasiakan jika dirinya adalah anak adopsi. Mereka tidak ingin Alen di kucilkan karena dirinya hanyalah anak tiri yang ditinggalkan oleh ibu bapaknya, mereka ingin agar Alen selalu percaya diri dengan kondisinya, dan ingin selalu menyenangkan hati Alen dari masa lalunya.
Dan kejadian menyedihkan terjadi karena dirinya pun harus kehilangan Levin. Papanya mengalami kecelakaan tragis hingga nyawanya pun tidak bisa tertolong. Bukan hanya dirinya saja yang kehilangan, tapi semua orang.
Dan hari ini, Alen kembali bersedih setelah sekian lama. Dia mengingat sekarang Levin akan tergantikan. Ya, tidak lama Haris akan menjadi papa barunya. Mamanya akan menikah lagi.
❤💙💚💜💛
Erga sudah pulang sedari tadi. Setelah Erga berpamitan, Alya langsung saja menemui anak perempuannya itu. Alya melihat tatapan Alen kosong melihat keluar jendela sambil sesekali menyesap minuman bersodanya.
"Alenia..." panggil Alya lembut. Serasa dipanggil, cewek itu menoleh ke arah mamanya dan menatap mata hazel itu dalam-dalam.
"Apa kamu setuju Alen, jika mama menikah lagi?" tubuh Alen kembali menegang. Dia tidak suka pembicaraan ini.
"Alen gak setuju mama menikah lagi." cewek itu berkata dengan ucapan dingin.
"Posisi Papa Levin bakalan tergantikan di hati mama, dan Alen gak mau itu terjadi," ia mengelus kepala anaknya sayang. Alya menghela nafasnya lalu tersenyum kecil.
"Kamu tau, posisi bisa saja bergeser, tapi hal itu akan selalu teringat sebagai kenangan dan pelajaran. Menjadikan kenangan manis yang menghiasi hati masa lalu, dan menjadi pelajaran, bahwa perpisahan bukan akhir dari segalanya."
Alen menahan isakan halusnya yang mulai terdengar. Namun walaupun begitu, dia mendapatkan setitik pencerahan ketika mendengarkan ucapan mamanya yang mengalun indah, yang menurut Alen ada benarnya juga.
"Maafkan mama Alen. Mungkin hal ini membuatmu terluka. Memang mama belum bisa menjadi mama yang baik dan id--"
"Ma, mama tau? Mama itu perempuan hebat yang aku punya, dan aku bangga itu, begitu pun dengan papa," kini ia memeluk Alya dengan erat, seakan tidak ingin kehilangan mamamya itu. "Alen rindu papa..." sedetik kemudian, cewek itu kembali menangis. Alya yang mendengar tangisan sedih itu pun hanya bisa tersenyum pedih.
"Sudah jangan menangis. Air mata tidak bisa membawanya kembali,"
dan dia pun tersenyum kepada mamanya, menunjukan wajah tegar seperti yang Alya lakukan saat ini."Semuanya nanti akan mama jelaskan, semuanya Alenia," ucapan itu membuat Alen berpikir, sebenarnya ada apa dengan mamanya, kini tanda tanya besar muncul di kepalanya.
❤💙💚💜💛
Tsafita Zulfa
6 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ERGALEN [END✔]
Novela JuvenilIni hanyalah kisah klise, tentang persahabatan cewek dan cowok yang mengundang segala warna di antara keduanya. Kisah dua orang sahabat yang memendam rasa, tetapi tidak berani mengambil kesempatan. Ini tentang Erga dan Alen, hingga semuanya terasa b...