【NORRSKEN】

619 55 22
                                    

Jisung x Jaemin by skyuu14

.

(♪ bgm recomendation: Karin Borg – Norrsken)


Terkadang aku ingin membawamu berlari hanya untuk menikmati cahaya langit utara tanpa 'mereka'.

...

Semenanjung Skandinavia, sebuah semenanjung yang –katanya identik dengan kebahagiaan dan kesejahteraan. Merujuk pada negara-negara Nordik bagian Eropa Utara, Swedia dalah satunya.

Bahagia? Sejahtera? Jika saja itu sejahtera, mungkin iya. Siapa yang tidak mengakui jika kehidupan di Stockholm –ibukota Swedia, sangatlah sejahtera jika dilihat dari perekonomian yang begitu diagungkan. Hampir tidak adanya industri berat dan pembangkit fosil menjadikannya salah satu metropolis terbersih di dunia. Danau Mälaren yang membentang menuju Laut Baltik; dikelilingi perairan bersih dan keindahan arsitektur bangunan, bagaikan Venesia di bagian utara, menambah nilai plus bagi salah satu Skandinavia ini.

Tetapi bagaimana dengan bahagia? Apakah bahagia milik seseorang itu diukur dari seberapa hebat perkonomian negara kalian diagungkan? Apakah diukur dari seberapa tinggi teknologi yang digunakan dalam perindustrian? Apakah diukur dari seberapa mempesonanya lingkunganmu tinggal? Jika pertanyaannya seperti itu, maka Park Jisung akan menjawab tidak.

Dia adalah Park Jisung, dewasa 20 tahun yang otaknya sedang dipaksa untuk berpikir lebih keras. Memikirkan bagaimana bentuk kebahagiaan yang ia inginkan. Apakah ia sudah bahagia? Berbagai pertanyaan yang sama selalu muncul dalam pikirannya, bagaimana bentuk bahagiaku sebenarnya?

Tudung mantel tebal menyembunyikan telinga sensitif dari dinginnya malam. Tangan terkepal dalam saku hanya untuk mengais sisa kehangatan. Punggung sempit menyangga ransel abu-abu sedang yang berisi lembaran kertas dan pena.

Malam yang larut, sudah lewat pukul satu dini hari. Selepas keluar dari stasiun metro yang sepi, Jisung memaksa kakinya untuk melangkah jauh menyusuri jalanan gang sempit yang diapit bangunan toko bergaya Eropa abad 17-an. Sudah sangat larut, bahkan kereta yang ia tumpangi dua jam lalu adalah kereta terakhir dari jalur 288, Vendel - Örbyhus.

Sunyi, hanya ditemani beberapa lampu jalan dan lampu toko yang sudah tutup sejak beberapa jam yang lalu. Anjing liar yang menggongong menemani langkah kaki yang semakin cepat. Jisung tidak menyukai keadaannya sekarang. Sangat tidak menyukai.

Napasnya berhembus kasar hingga mengeluarkan kepulan udara ketika resah. Udara yang begitu dingin tidak menghentikannya untuk terus berjalan menuju perumahan warga sipil yang ditumbuhi cemara putih –begitu Jisung menyebut deretan pohon yang ada di sepanjang jalan rumahnya. Maksud Jisung adalah, pohon cemara yang tertutup tumpukan salju di seluruh dahan pohon. Bukan semena-mena pohon cemara yang tumbuh berwarna putih.

Sesekali tangannya akan merapatkan mantel kala udara dingin Desember semakin menusuk. Pikirannya melayang ingin segera sampai ke rumah. Ingin membaringkan tubuh letihnya dan memejamkan mata dengan segera.

Semua angannya buyar dalam hitungan detik ketika mengingat seseorang akan memarahinya. Ia yakin, Na Jaemin akan memarahinya sepanjang malam.

"Aish!" Tidak ingin terjebak dengan kesunyian, kaki kanannya menendang sebuah kaleng minuman hingga menabrak dinding kokoh batu bata berwarna gelap; menimbulkan suara 'klang' yang cukup nyaring.

Tangannya yang tersembunyi di balik saku mengepal erat-erat, berharap ia bisa menahan resahnya. Ia bukan laki-laki dewasa seperti saudaranya yang akan menginjak 23 tahun. Ia hanya remaja yang baru saja menginjak dewasanya beberapa waktu lalu.

【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang