Hendery x Renjun by hiraethinjun
.
Siapa bilang kalau sudah jadi mantan itu bakal jadi canggung?
Renjun dan Hendery mematahkan omong kosong tersebut. Mereka putus sudah lama. Tapi masih saling tegur sapa, bercanda layaknya seorang sahabat, tidak ad abedanya dengan mereka yang berstatus pacaran dulu.
Siapa bilang kalau sudah jadi mantan bakal jadi musuh?
Renjun dan Hendery tidak begitu. Mereka masih hangout berdua layaknya. Masih sering mengganggu ponsel satu sama lain hingga fajar datang lagi. Mereka masih seperti pasangan yang lainnya.
Banyak yang menyayangkan kandasnya si cowok manis dari Fakultas Seni dan si idola dari Fakultas Komunikasi. Mereka tampak serasi selama dua tahun tanpa ada drama.
Tidak ada perbedaan berarti dari mereka masih berpacaran maupun setelah putus. Hanya status saja yang berubah. Ah, mungkin ini jadi perbedaan besar.
"Oit?" Hendery menatap bingung Renjun yang datang tiba-tiba ke kamar kosnya tanpa memberitahunya. Adik tingkat beda fakultas itu langsung masuk begitu saja tanpa memberi salam atau apapun, menghempaskan tubuh ke atas kasur begitu saja.
"Kak, gak ganti seprai kasur lagi ya? Jorok ih, bau!!" omel Renjun yang langsung berjengit jijik menghindari kasur Hendery.
Yang punya kamar kos hanya mendesah malas. "Lagian dateng ga bilang-bilang, langsung nyelonong masuk aja. Untung aku ada di kosan."
Renjun mencebik lucu. "Kan biasanya aku disuruh masuk aja ke kamar kosan kakak."
"Heh sekarang ga begitu lagi."
Si cowok manis ini bersungut-sungut. "Jangan mentang-mentang kita jadi mantan, Kak Hen jadi gitu. Kan kita putusnya juga mufakat bersama kok."
Yang lebih tua hanya menggeleng pelan, menyerah. Dia memungut pakaian yang berserakan dan bungkus makanan. Setidaknya kamar kosnya harus sedikit lebih rapi agar Renjun tidak mengomel lebih banyak.
"Kamu mau ngapain juga kesini?"
Renjun hanya diam. Duduk di lantai bersandar di tembok, bersungut-sungut tidak jelas sembari sibuk dengan gawainya.
"Mampir dulu bentar. Aku males pulang. Kosan kakak kan paling deket fakultasku. Cuma perlu manjat tembok pembatas kampus-kampung doang kan."
"Kalau kakak ingetin, kosan Haechan juga deket fakultasmu."
"Kencan sama Kak Lucas, katanya."
"Kamu bisa ke kantin."
"Aku lagi masa hemat kak, ke kantin numpang duduk doang mah kucing juga bisa."
"Ke perpus?"
"Ini udah jam 5 sore, Kak, fyi perpus kampus tutup jam 4 sore. Mahasiswa tipsen sama copas tugas ya begini gak tahu perpus jam tutup perpus."
Renjun dengan segala ke savage nya. Entah kenapa Hendery jadi suka Renjun yang begini. Kadar imutnya makin bertambah. Ah, sayang sekali udah mantan ya.
Hendery memilih keluar kamarnya sebentar. Kembali ke kamarnya dengan menenteng dua cup bubble tea yang dibelinya dekat rumah kosan.
"Duh, masih hapal ya aku butuh sajen ini kalu lagi badmood." goda Renjun dnegan mata berbinar melihat apa yang dibeli Hendery. Sedang yang lebih tua itu mendengus keras tidak terima. Tapi dalam hati membenarkan. Dasar tsundere.
"Iya, iya. Kamu tuh kayak cewek. Pake badmood aja kayak cewek PMS, mana butuh sajen."
Dalam hening, Hendery menelisik lagi raut wajah Renjun. Mantan pacarnya ini boleh dibilang primadona walaupun laki-laki. Tapi jangan salah kalau soal tendangan atau pukulan; Renjun amat jago dan sering mengaplikasikan kepada Hendery.
Tapi cowok ini tidak masalah. Asalkan raut wajah Renjun yang merasa bersalah dan hampir menangis itu terlihat imut sekali. Hendery nyaris menciumi bibir itu sepanjang hari kalau saja tidak ingat kesibukan mereka sebagai maahsiswa.
Tapi yah, itu dulu.
Hubungan yang mereka jalani selama setahun setengah mendadak terasa hambar. Obrolan yang selalu menemui titik buntu, waktu yang mereka habiskan menghilang tanpa arti begitu saja.
Mereka tahu ada yang salah, tapi apa? Mungkin memang rasa bosan dan perasaan itu tidak semenggebu kemarin.
Saat itu Hendery mengajak Renjun makan siang sebelum pacarnya ada kelas lagi. Mereka sibuk sekali; acara kampus, kepanitiaan dan tugas dari dosen menumpuk untuk dikerjakan tepat waktu tanpa toleransi.
'Kak, kalo kita begini terus mending putus aja.'
'Oke.' Hendery langsung mengiyakan.
Toh, memang tidak ada yang bisa diselamatkan dari hubungan mereka. Cinta itu tidak ada, yang ada hanya perasaan menggebu ingin memiliki dan debaran itu lagi. Sayangnya mereka tidak merasakan lagi; hilang.
'Tapi akunya mau kita tetep temenan. Jangan sok jadi musuh.'
'Oke.'
Iya, begitulah sejarah putusnya mereka. Menjadikan stereotip masyarakat akan mantan tidaklah seburuk yang dikatakan. Oh, kalau untuk mantan yang brengsek, tentu iya.
Lamunan Hendery pecah begitu bunyi pintu kamar kosanya diketuk cukup keras. Renjun ternyata sudah berbaring diatas kasur dengan komik yang diambilnya acak. Tidak peduli bunyi ketukan pintu. Aku bukan tuan rumah, begitu alasan liciknya.
Hendery membuka pintu, menemukan satu lagi adik tingkatnya berbeda fakultas.
Lee Jeno, Teknil Sipil, yang menjabat sebagai pacar Huang Renjun saat ini.
"Hai Bang!" sapa singkat Jeno, sampai matanya menemukan Renjun yang tengah bermalasan. "Dia ngerepotin Bang Dery ya?"
Hendery tertawa kecil. Sampai Renjun menyadari ada Jeno di depan pintu kamar kos.
"Lho, ngapain ada monyet afrika disini?! Kak Hen yang bilang ya kalo aku kesini?!"
Sudah diduga Hendery, pasti Renjun datang tiba-tiba ke kamar kosnya karena ada masalah dengan si pacar. Tentu saja yang kena imbas Hendery.
"Njun, ayo aku anteirn pulang. Kamu nggak baik ngerepotin Bang Dery."
"Kak Hen mau kok aku repotin!"
Hendery membuka lebar pintu kamar kosnya, "Masuk aja, karungin itu kuda nil, bawa pulang aja Jen."
Sedikit suguhan acara drama oleh Renjun dan Jeno berakhir Renjun cemberut menurut diantar pulang Jeno.
"Balik dulu ya, Bang. Makasih udah ngasih tahu kalo kuda nil nya kabur kesini."
"HEH!!"
Hendery tertawa pelan melihat adegan di depannya. Ia sudah biasa, harusnya sih terbiasa.
Pada saat ia mengantar mereka ke pagar depan, melihat mereka sampai motor Jeno menghilang dari tikungan sana.
Siapa bilang kalau sudah jadi mantan malah makin terlihat mempesona untuk dimiliki kembali?
Hendery tidak membantah hal itu. Dia amat menyetujui. Bagaimana saat ini ia melihat Renjun semakin hari semakin manis. Maaf saja, dia tidak berminat jadi pelakor.
Siapa bilang kalau mantan yang dekat sampai saat ini pasti salah satunya masih menumbuhkan perasaan?
Hendery tidak membantah, amat menyetujui malah. Hubungan percintaan mereka memang kandas sampai tengah jalan. Tapi itu bukan alasan Hendery untuk berhenti mencintai mantan terindahnya.
Ah, peduli 'siapa bilang'. Hendery lupa meminta tagihan bubble tea pada Renjun. Besok saja lah. Ingatkan Hendery untuk satu ini. Soalnya akhir bulan, dia harus irit dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challenge
FanficThe NCT Galore merupakan wadah untuk kalian, NCTzen, yang ingin menulis fanfiction NCT dalam berbagai genre dan pairing! #933 in NCT #3 in XIAOJUN