Yangyang x Renjun by Liana_DS
.
Fragrant Frost
LDS, 2019
.
Warning: surrealism!
.
Yangyang tahu melewatkan jadwal tidur hingga memasuki musim dingin itu sangat gila, tetapi rasa penasarannya akan Renjun menerabas akal sehat. Dipaksanya kelopak mata tetap membuka hingga salju pertama turun dan bunga prem pertama mekar. Ia meringkuk di bawah naungan ranting-ranting yang tumbuh dari tunas Renjun, menghalau dingin, sementara di sekelilingnya, semak-semak peoni ikut menggigil seperti sang tuan, sesekali mengeluh.
"Ini sudah dua pancaroba, Tuan; kita harusnya tidur setidaknya pada akhir musim panas!"
Bertekad bulat, Yangyang menggeleng meskipun tubuhnya mengerut oleh gigitan suhu rendah.
"Renjun sendirian setiap musim dingin, jadi aku akan menemaninya dan kalian akan menemaniku!"
Kuntum-kuntum merah jambu terang mengomel tak setuju.
"Takdir bunga prem memang bersemi sendiri di tengah salju, Tuan! Hanya dia yang mampu bertahan di cuaca semengerikan ini! Kalau kita ikut-ikutan, kita bisa layu!"
"Tidak. Aku pastikan tidak ada dari kalian yang akan layu."
Yangyang membuka kepalan tangannya ke udara dan menebarkan kabut sewarna peoni ke angkasa, menjaga agar bunga-bunga cantiknya tetap bernapas hingga Renjun membuka mata. Sebenarnya, tenaganya telah mencapai batas. Ia butuh lebih banyak siraman matahari, tetapi Jilin bulan Desember nyaris tak tersentuh kehangatan. Para peoni yang sejenak lega karena berhasil menghirup sari kehidupan mereka dari kabut tadi merapatkan diri pada pangeran mereka yang gemetar.
"Tuan, sudahlah. Tuan Renjun dan para bunga prem tidak akan mekar secepat itu. Mari kita tidur saja ...."
"Ayolah," mohon Yangyang dengan wajah memelas, "tega sekali kalian membiarkan bunga semungil dia melawan dingin sendirian selama beberapa ratus tahun, padahal kita selalu berpesta dengan bunga lain di bawah kelimpahan cahaya?"
Kuntum-kuntum peoni bimbang, berbisik pada satu sama lain, dan di balik tampang sakit kerasnya, diam-diam Yangyang mengulas senyum menang. Cuma beku sebentar lagi saja, tak masalah. Tantangan tidak selalu datang pada bunga-bunga musim semi dan musim panas sepertinya; yang begini pun ia yakin akan lewat. Gagasan tentang tumbuhan berpokok ringkih yang diterpa badai salju seorang diri justru lebih mengusik ketimbang angin berkristal es.
"Astaga, kau—apa yang kaulakukan di sini?"
Satu kuncup prem merekah memecah selapis salju yang menutupinya. Ia disusul berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus bunga sejenis, mengiringi ungkapan keterkejutan lembut dari sosok berjubah putih selutut berbercak merah pucat.
"Renjun," Yangyang semakin lebar menaikkan sudut bibirnya yang membiru, "hai."
Kening Renjun berkernyit khawatir. Ini pertama kalinya Yangyang menemukan ekspresi yang tulus dari paras sang penguasa musim dingin.
"Mengapa kau tidak tidur, dasar gila!" pekik Renjun sembari memanggul badan Yangyang. Ia oleng, tetapi masih memaksakan diri untuk memasukkan Yangyang dalam istananya. "Kalian, tolong jaga para peoni!"
Bunga prem di dahan-dahan melambaikan kelopak mereka sebelum sebisanya melingkupi kembang-kembang yang mahkotanya kebanyakan lebih besar dari mereka. Sama saja dengan tuan mereka. Bunga kecil melindungi bunga besar. Yangyang merasa situasinya sekarang sangat ganjil, tetapi hanya bisa pasrah karena tak sanggup lagi menangkal gempuran salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challenge
FanfictionThe NCT Galore merupakan wadah untuk kalian, NCTzen, yang ingin menulis fanfiction NCT dalam berbagai genre dan pairing! #933 in NCT #3 in XIAOJUN