Jaemin x Doyoung by chioneexo
.
Keheningan malam lambat laun mengantar Jaemin pada tidurnya, melupakan waktu-waktu saat matanya tak bisa terpejam karena migrain.
Berbanding terbalik dengan Kim Do Young, pemuda itu tengah menulis jurnal harian lantaran sudah dua hari ini ia tak mengisinya. Lampu belajar berpendar cerah di hadapan si pemuda, lengkap dengan dengung nyamuk yang sesekali mampir hinggap di sana.
24 Januari.
Aku tidak bisa memberitahu ini pada Jaemin, tidak sekarang. Seminggu ini aku bersumpah melihatnya menangis kesakitan karena sakit kepala, lalu kubawa dia ke klinik terdekat untuk check-up. Lega rasanya waktu itu aku menyuruh Jaemin keluar untuk memesan obat sementara dokter sibuk menjelaskan kondisi adikku, kalian tidak akan bisa membayangkan bagaimana perasaanku kala itu. Siapa yang tidak kaget mengetahui ia mengidap tumor? Seingatku, keluarga kami selalu mendulangnya dengan makanan sehat, ia minum susu setiap pagi, tubuhnya bahkan lebih atletis daripada aku. Tapi, ayolah, tumor? Tuhan sedang bercanda, begitulah pikirku waktu itu.
Sayang sekali, dua hari kemudian, Jaemin mengeluh belakang lehernya serasa terjepit, kaku sekali, kusuruh dia berolahraga ringan, seperti peregangan dan sejenisnya. Tidak ada hasil yang signifikan kecuali ia merasa lelah dan pada akhirnya bisa tidur siang. Sorenya, rasa terjepit itu datang lagi, Jaemin menangis dan mengadu padaku, dia bilang kepala kirinya sakit sekali, itu disusul dengan wajah pucat dan adegan muntah yang berlangsung selama satu jam. Ibu mengusulkan untuk opname, ayah juga, tapi aku tidak, kubilang pada mereka bahwa Jaemin mungkin belum siap, sebulan lalu ia masih bermimpi masuk universitas di Jepang dan sekarang jika kuberitahu soal tumor, ia akan langsung mengubur mimpi itu dalam-dalam. Aku belum bertanya apakah tumornya bisa diangkat atau tidak, tapi besok akan kubawa lagi ia ke klinik dan membiarkan dokter memberitahunya.
Malam ini dia juga mengeluh sakit, untunglah dia bisa tidur setelah aku menemaninya dan memijit bagian belakang kepalanya. Wajahnya pucat sekali, ia sedikit demam dan aku menempelkan plester penurun demam di dahinya. Jaemin mungkin sudah menduga aku berbohong soal penyakitnya, dia pandai menebak kalau aku sedang tidak jujur. Aku tahu ini berat, tapi aku juga tidak ingin kehilangan harapan. Jaemin adik lelakiku satu-satunya, memikirkan hidup tanpa dia saja sudah membuatku gila.
Kurasa cukup sekian, tidak ada yang bisa kutulis lagi, ini sudah larut, semoga besok sesi pengobatan Jaemin berjalan lancar.
p.s: pertimbangkan untuk mengajak ayah dan ibu, mereka perlu informasi yang rinci soal penyakit Jaemin. Jangan lupa menyalin resep dokter, itu penting!
Doyoung menutup jurnalnya, memasukkan benda bersampul cokelat tersebut ke dalam laci. Ia menarik selimut Jaemin dan ikut bergelung di sana, dirapikannya rambut Jaemin yang entah sejak kapan jadi agak berminyak. Doyoung memeluk sang adik erat-erat, pikirannya mendadak diliputi kegelisahan. Ia tidak tahu kapan lagi bisa berada sedekat ini dengan Jaemin.
"Kau harus sembuh ya. Kakakmu ini akan merasa sangat jahat jika tidak bisa menyelamatkanmu." Doyoung mengelus kepala Jaemin sekali lagi sebelum berbalik dan mematikan lampu nakas.
Tanpa Doyoung tahu, Jaemin sebenarnya masih setengah terjaga, ia menangis dalam diam sambil merasakan denyut-denyut tak nyaman terus merongrongnya seperti bilah belati. Matanya panas, lehernya masih sakit, ia ketakutan setengah mati sambil menebak-nebak penyakit apa yang sedang dibicarakan Doyoung.
fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challenge
FanfictionThe NCT Galore merupakan wadah untuk kalian, NCTzen, yang ingin menulis fanfiction NCT dalam berbagai genre dan pairing! #933 in NCT #3 in XIAOJUN