Johnny x Renjun by Ikkika_chan
.
"Ayah."
Renjun berteriak kecil ketika membran timpaninya menangkap suara pantopel yang mengetuk lantai, lantas berlari kecil menuju sang Ayah yang sedang melepaskan jas kerjanya sambil melonggarkan dasinya yang sesak. "Tadi Yuta-san bilang jangan sendirian di rumah," adunya sambil mencebikkan bibir dan membawa tas kerja sang ayah yang berat. "Katanya 'Nanti Seo Johnny akan berubah menjadi hantu'," lanjutnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal luar biasa.
Seo Johnny, sang ayah hanya bisa meresponnya dengan kekehan kecil sambil mengusap helaian emas milik Renjun yang lembut lalu duduk di atas sofa, menatap jam dinding yang tergantung di atas televisi. Pekerjaannya menyita kinerja otak hingga lima puluh persen sehingga membuatnya ingin cepat sampai rumah, apalagi mendapati pesan dari Yuta yang memberitahunya bahwa Renjun merengek tidak ingin sendirian di rumah. Akhirnya dia tahu alasan mengapa Renjun ingin Johnny cepat pulang, dih.
"Apa kau percaya pada Yuta?" tanya Seo Johnny sambil merangkul bahu anaknya yang ringkih itu dan menciumi helaian beraroma kamomil anaknya dalam-dalam. "Dia senang membual, kautahu 'kan?"
Seo Renjun mendongak hingga helai rambutnya mengelus dagu Johnny dengan lembut, ia bergumam pelan soal jangan membiarkan Yuta bermain ke rumah ketika ayah tidak ada dan semacamnya lalu berkata, "Dia selalu berkata tentang kotak musik tua milik ayah yang memutarkan musik Tili-tili Bom."
Johnny membeku. Bola matanya membulat sempurna begitu judul lagu yang sudah lama tak didengarnya kembali mengusik indera pendengarannya melewati bibir manis Renjun tanpa hambatan. Namun, ia mencoba untuk bersikap biasa dan menyunggingkan senyum ganjil.
"Katanya jangan membukanya di malam hari sendirian, karena nanti ada seseorang yang akan masuk ke kamarku dan menakut-nakutiku." Renjun bersungut-sungut sambil memainkan armani ayahnya dengan gerakan perlahan. Johnny menatap tangan anaknya yang lebih pucat dari saat pagi tadi lalu kembali menatap roman remaja dua puluh tahun yang melanjutkan keluhannya dengan suara mendayu, "Aku membukanya dan tidak ada yang terjadi. Hanya ada melodi tili-tili bom yang aneh dan membuatku merinding."
Johnny bergumam pelan lalu melepas pantopel dan kaus kaki hitamnya sebelum menaruhnya di bawah meja. "Buatkan aku kopi." Kata Johnny sambil melirik koridor menuju kamarnya yang bersebelahan dengan televisi seberang sofa lalu menatap dapurnya yang berada di belakang sofa dengan alis terangkat ketika mendapati lampu yang tergantung di atas meja makan berkedip-kedip sebelum kembali menatap Seo Renjun. "Lampu dapur rusak?"
"Rusak?"
"Ya, rusak 'kan?" tanya pria berusia tiga puluh sembilan itu ragu. "Berkedip-kedip, sepertinya harus ganti bohlam."
"Aneh, bohlam itu kata paman penjualnya tahan lama." gumam Renjun lagi.
Johnny mengangguk setuju, lantaran kata penjual lampu di seberang jalan apartemen mereka ketika keduanya hendak membeli lampu kecil mengatakan bahwa bohlam itu tahan sampai sepuluh tahun masa pakai, dengan menggebu-gebu dan berapi-api, namun baru lima tahun sudah berkedip-kedip menakutkan begitu.
"Jadi ayah ingin espresso atau café crème?" tanya Renjun ketika ia sudah berdiri dan menaruh tas ayahnya di atas meja.
Entah Renjun yang benar-benar ketakutan karena cerita omong kosong Yuta tentang kotak musik yang selalu disimpannya di balik lemari kamarnya itu hingga ia melupakan kopi kegemaran Johnny atau Johnny yang mulai amnesia karena merasa espresso ataupun café crème bukanlah kopi yang biasa dibuat untuknya dan harusnya Renjun tahu itu, Johnny merasa ada yang janggal dari tingkah laku Renjun (kecuali dibagian rengekan lucunya yang tidak berubah walau dia sudah melewati pubertas)
"Seperti biasa, Americano." ucap Johnny, mengabaikan bulu romannya yang berdiri sejak ia mengetuk pintu unit apartemen mereka. "Jangan pakai gula."
Lalu tanpa mengucapkan apapun, Renjun berlalu cepat ke dapur meninggalkan Johnny bersama hawa dingin yang menusuk indera perasanya padahal pemanas ruangan selalu menyala di malam hari kecuali Renjun lupa menyalakannya. Johnny memutuskan untuk tidak mengacuhkan rasa takutnya yang mendadak muncul dengan mengambil remot televisi dan menyalakannya untuk menonton acara berita tengah malam, lalu memikirkan Renjun yang akan ujian akhir semester esok hari membuatnya khawatir kalau-kalau anak itu tidak bisa mengerjakan ujiannya karena kurang tidur.
Apakah cerita Yuta semenakutkan itu sampai Renjun mau repot-repot menunggunya pulang hingga selarut ini?
"Oh, ayah."
Johnny mengalihkan pandangannya dari televisi yang menyala ke koridor di sebelahnya, ada Renjun di sana tengah mengusap matanya yang setengah tertutup dan rambut acak-acakan mencoba berjalan dengan langkah gontai menghampiri Ayahnya.
"Baru pulang? Kenapa tidak memencet bel? Aku ketiduran." kata Renjun sengau sambil mendudukkan pantatnya di sebelah sang ayah. "Ujian akhir sialan itu membuatku nyaris lupa kalau Ayah lembur dan pasti mau Cappucino buatanku 'kan?"
Setelahnya, ia mendengar suara bel berteriak kencang bersamaan dengan detik jarum jam yang memuakkan memekakkan indera pendengarannya. Lalu suara Renjun yang berat dan tatatapnnya yang tajam menyerang membran timpani dan optiknya secara bersamaan.
"Siapa kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challenge
FanfictionThe NCT Galore merupakan wadah untuk kalian, NCTzen, yang ingin menulis fanfiction NCT dalam berbagai genre dan pairing! #933 in NCT #3 in XIAOJUN