【THE LITTLE MATCH BOY】

302 17 10
                                    

Jisung x Johnny by Liana_DS

.

Ada berbagai cara meredakan kejenuhan yang John pelajari dari teman-teman kerjanya. Jika memiliki waktu, ia akan mencoba berbagai cara tersebut secara bergantian: hiking bersama Yuta, berburu foto estetik dengan Ten, ngopi tampan bareng Jaehyun, hingga merekam cover akustik lagu bersama Taeil dan Doyoung. Setiap bulan dua kegiatan, kadang lebih, jadi ia tidak pernah benar-benar bosan akan daftar kegiatan senggangnya karena toh, ia juga tidak begitu sering melakukan itu semua. Namun, jadwal bersenang-senang ini harus ditinggalkannya karena tantangan dari Ten untuk melakukan hobi aneh Taeyong. Sebenarnya, itu bukan sebuah aktivitas berbahaya, tetapi butuh komitmen lebih besar dan waktu lebih panjang sehingga kegiatan lain mesti ditunda sementara.

"Aku membesarkan anak buat menghilangkan bosan."

Anak marmut atau kelinci, kali, John berusaha berpikir positif ketika pertama mendengar jawaban Taeyong soal kegiatan senggang. Bagaimana mau punya anak kalau belum menikah? Maksud John, seorang pria bisa punya anak tanpa seorang istri sah, tetapi hidup Taeyong kan selurus papan, bahkan setelah digempur bujukan sesat si setan Yuta agar 'menyimpang' sedikit. Lagi pula, kalau dari awal sudah tidak berniat mengikat satu wanita, rasanya mustahil seorang Taeyong malah merawat sang putra saja. Sekalian, lah, sama ibunya!

Segala spekulasi di kepala John terbungkam ketika seorang bocah gendut, berkulit eksotis, dan super aktif diajak Taeyong ke tempat kerja. Secara penampilan, anak itu tidak ada mirip-miripnya dengan sang ayah. Sikap tengil dan tidak sopannya justru persis Yuta. Bedanya, dia lebih menggemaskan.

"Aku Haechan!"

John menjahili si anak di jam istirahat dengan memanggulnya seperti karung beras sambil menuruni tangga ke kafetaria. Haechan awalnya berteriak ketakutan (sumpah suaranya dahsyat, antonim Taeyong), tetapi lama-lama girang juga. Iseng John bertanya apa Haechan betulan anak Taeyong, yang kemudian dijawab sok:

"Anak angkat, dong. Tadi kan Appa sudah menjelaskan bahwa aku diadopsi dari Panti Asuhan Bunga Matahari. Makanya, Uncle John, dengarkan orang bicara."

O, benarkah? John tidak mengingat Taeyong menyebut adopsi sebelumnya. Itu gagasan menarik buat mengisi kelonggaran. Sepedas apa pun mulut si gembul, pengucapan 'uncle'-nya masih imut menurut telinga John—ralat, bukan hanya itu. Segala di balik tingkah puting beliung Haechan sangat manis sehingga mendadak, keputusan Taeyong memelihara si bocah jadi masuk akal. Meskipun bakal menyita perhatian sekali, menumbuhkan sosok manusia mungil di rumah pasti lebih seru dibanding membesarkan kucing atau hamster, kan? Berdasarkan pemikiran ini, Jumat sepulang kerja, John berencana naik bus yang lain dari biasa, berbekal alamat panti asuhan. Sialnya, baru setengah jalan menuju halte, hujan turun seakan ia adalah seember besar air yang ditumpahkan dengan ceroboh ke Bumi. Membuka payung tidak mengamankan John, jadi ia berlari tunggang-langgang mencari naungan sedekatnya dan mengucap syukur ketika menemukan emperan toko yang sudah tutup.

Syukur? Tidak juga.

"Hei, bahaya!"

John melesat ke bawah juluran atap toko, lebih tepatnya ke arah seorang anak dengan sebatang korek di tangan. Anak itu kelihatannya berumur 7 atau 8 tahun; menyalakan api sendiri akan berpotensi menimbulkan cedera berat. Tangan John tepat waktu dan cukup besar untuk menggenggam batang korek beserta kotaknya sekali. Diamankannya kedua benda itu ke saku celana sebelum kembali memperhatikan bocah tadi.

Anak berwajah becek melongo dengan kedua telapak tangan masih mengambang di depan dada. Lewat celah matanya yang sempit, si anak memandangi John bingung.

【THE NCT GALORE】➤ a nct fanfiction challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang