6 - MENENTANG

218 12 1
                                    

TINGNUNG!

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Panggilan kepada Kenan Elvano kelas XI IPS 3, diharap ke ruang basket, sekarang. Sekali lagi. Panggilan kepada Kenan Elvano kelas XI IPS 3, diharap ke ruang basket sekarang. Terima kasih."

TINGNUNG!

Kenan yang sedang menulis itu terdiam sejenak mendengar suara dari speaker sekolah ini.

"Oh iya. Kemarin kan kata pak Sofyan, abis jam istirahat kedua, kamu suruh ke ruang basket Ken." Ucap Ibam di sebelahnya.

Kenan pun mengangguk, "Iya, lupa aku Bam." Kenan menepuk dahinya.

Kenan pun berdiri dan berjalan kedepan, "Bu. Saya izin ke ruang basket ya.." Kenan mengulurkan tangannya, untuk salim.

"Oh kamu Kenan ya?" Tanya bu guru muda ini dan menyalami Kenan, "Ganteng banget.."

Kenan pun hanya tersenyum.

"Saya juga dari Jakarta loh.."

Kenan pun menganggukan kepalanya, "Oh iya bu.. Kalau gitu saya permisi ya.."

"Iya iya, yaudah Kenan. Hati-hati ya jalannya.." Ucap bu guru muda tersebut dengan tersenyum, yang dijawab anggukan dari Kenan, dan pergi meninggalkan kelas.

Seketika suara ricuh kelas ini, terdengar begitu saja.

"Bu Tasya, bisa aja bu.."

"Sikat buuuu...!"

Celetukan murid yang lainnya terdengar begitu saja. Membuat guru muda dan seksi itu tersipu malu.

"Ish kalian nih.. Udah, dilanjutin lagi nyatetnya."

***

TOK TOK!

"Misi.." Kenan membuka pintu ruangan yang besar ini dengan perlahan.

Saat ia melihat kedalam, ternyata di ruangan ini sudah terisi penuh oleh Siswa laki-laki. Dan ada Pak Sofyan pula disana.

Semua mata langsung tertuju pada Kenan.

"Iya masuk Ken.." Jawab pak Sofyan.

Kenan pun berjalan menghampiri pak Sofyan dan salim kepadanya.

"Maaf pak, saya lup-"

"Caper pisan euy, nunggu dipanggil dulu." Celetuk seorang laki-laki, yang dari suaranya, saja, Kenan sudah mengetahui dia siapa.

Siapa lagi kalau bukan Mahesa. Seorang laki-laki yang sepertinya sangat tidak menyukai kehadiran Kenan di sekolah ini.

"Biar apa sih boy?" Sahut temannya pula yang berada di sebelah Mahesa, sepertinya ia adalah Juna.

"Ya apa lagi kalau bukan biar dikenal orang-orang, karena namanya disebut di speaker. Yaelah klasik." Jawab Mahesa.

Kenan melirik menggunakan pancaran matanya, dan menghela nafas, berusaha menahan emosinya saat ini. Sebab, yang dibicarakan Mahesa dan Juna tidaklah benar. Kenan tidak datang ke ruang basket ini, benar-benar pure karena lupa. Sangat manusiawi.

Kenan pun tersenyum tulus kepada pak Sofyan, "Maaf ya pak."

"Iya nak, tidak apa-apa. Silahkan duduk, bergabung dengan yang lain."

Kenan pun berbalik, dan melihat Mahesa yang duduk di tengah barisan itu. Kenan menatapnya dengan tajam. Namun Mahesa menunjukkan wajah santainya, yang terlihat sangat songong.

Kenan pun segera mengalihkan pandangannya dan duduk di kursi depan itu. Merasa muak jika harus melihat wajah Mahesa lama-lama. Kenan sudah memutuskan, untuk sangat membenci laki-laki itu.

Me a Di? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang