34 - PROFESIONAL

150 6 1
                                    

"Ibam Alwafiq..!" Pekik Kenan, yang langsung memeluk Ibam yang sedang duduk di kursinya. Dimana saat menyebut Alwafiq, hurf q nya sangat ditekan oleh Kenan.

Ibam pun tersenyum kecil melihat itu, "Kangen kamu ya sama ku?"

Kenan pun melepaskan pelukannya, dan duduk di kursi kosong sebelah Ibam. Yang dimana, itu tempat duduknya.

"Najis."

Ibam pun menoleh, "Terus aja najisin, terus.."

Kenan pun tersenyum lebar, "Iya iya.. Gimana? Perut masih sakit?" Tanya Kenan, kini.

"Sedikit. Tapi better lah dari kemarin. Oh iya, obat merah yang kamu kasih ke aku kemarin, ampuh banget loh man. Ini lebam di muka ku udah ga ada kan?" Ucap Ibam, menunjukkan wajahnya, "Padahal aku pakai cuma dua kali."

Kenan pun tersenyum, "Iya dong, obat turun temurun itu.."

"Turun temurun dari siapa?"

"Papahku lah, siapa lagi."

Ibam pun tersenyum mendengar itu, "Keren ya papah Abian.. Tapi sekarang jadi papah Ib-"

"Apa?!"

Ibam pun terjingkit kaget mendengar sergahan Kenan itu.

"Sampai bilang papah Ibam. Aku tombak kau ya."

Ibam pun seketika tertawa, "Heh, bahasa aku itu."

Kenan pun hanya terkekeh.

"Kok kamu bisa telat masuk kelas Ken? Dihukum pak Ashwar dong di depan?"

Kenan pun menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa tuh maksudnya? Enggak dihukum?"

Kenan kini mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oh enggak.."

"Eh tolong ini ga bisa berhenti." Ucap Kenan, menunjuk kepalanya.

Ibam pun acuh begitu saja dan mengambil buku pada tas nya, "Dududududu~" Senandung kecil terdengar dari mulut Ibam.

"Kampret!" Ketus Kenan, memukul kecil lengan Ibam.

"Biarin aja, banyak banget tingkahmu Kenan Kenan.."

Kenan pun memutar pandangannya, "Kalau kamu nanti ngelucu, ga aku support ya kamu anjing." Geram Kenan.

Ibam pun terkekeh kecil, "Yah iya! Berhenti dong kepalanya." Pekik Ibam, memegang kepala Kenan.

"Telat!!"

***

Kenan dan Ibam pun perlahan membuka pintu ruang musik dan vokal itu. Hari ini mereka berdua kembali akan latihan musik bersama dengan yang lain.

Kenan memutari pandangannya, ruangan sudah ramai terisi, yang seluruhnya sedang berlatih satu sama lain. Namun pandangan Kenan tertuju pada Zhilla yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan dan menunduk. Ia terlihat murung.


"Lala kenapa?" Tanya Kenan, kepada perempuan yang melintas di hadapannya yang sedang mendorong kursi.

Perempuan itu pun menoleh, "Ga tau tuh Ken. Dari tadi diem aja. Ga mau latihan juga katanya."

"Lagi ada masalah kali. Udah dibujuk belum?" Tanya Ibam, kini.

"Udah Bam. Tapi dia malah marah. Kita juga jadinya bingung.."

Kenan pun diam sambil terus memandangi Zhilla. Ibam yang menyadari arah pandangan Kenan pun langsung menepuk bahu Kenan.

"Aku kesana ya, gabung." Ucap Ibam.

Me a Di? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang