40 - TAKDIR YANG MEMBAWAKU

264 8 1
                                    

<<

Bandung, 19 Juli 2041
01.45 WIB

Malam ini Kenan baru saja selesai meeting dari kantor. Sebenarnya meeting selesai pukul 21.00. Namun, Kenan pulang larut malam karena akhir-akhir ini ia sedang sibuk menyuruh anak buahnya untuk mencari seseorang.

Kenan menyetir mobil sambil meminum kopi di kemasan kalengnya. Di tengah malam ini, Kenan sudah sangat lelah dan mengantuk, apa lagi jalanan saat ini sudah sepi, membuat Kenan melajukan mobilnya dengan kencang.

Kenan pun ingin meletakkan kopinya pada dashboard dan mengambil handphonenya. Namun ternyata kegiatan itu cukup menyulitkan, menjadikan kopi yang ia pegang itu tumpah, dan mengenai handphone nya itu sendiri.

Kenan pun berdecak kesal. Akhirnya ia memutuskan untuk menepikan mobilnya sejenak, dan mengelap handphonenya menggunakan tisu.

Namun tiba-tiba, ada segerombolan pemotor yang menghampirinya.

TOK TOK TOK TOK!!

Beberapa orang pemotor itu menghadangnya, dan mengetuk kaca jendela Kenan dengan keras. Mereka semua tidak melepas helm, jaket, dan sarung tangannya.

Kenan menoleh, mereka terlihat mengarahkan Kenan untuk segera turun. Kenan memutar pandangannya, beberapa dari mereka ternyata ada yang membawa senjata tajam. Sepertinya pemotor ini memiliki maksud jahat.

Kenan pun dengan santai membuka penutup kaleng kopinya, dan diam-diam memasukkan handphonenya ke dalam sana, walau kopi tersebut sebenarnya belum habis dan masih cukup banyak.

"TURUN!!" Ucap salah satu dari mereka yang terus mengetuk kaca jendela mobil Kenan.

Kenan pun turun dengan membawa sekaleng kopi miliknya itu. Ketika ia baru saja turun, tubuhnya langsung dikunci merapat pada mobil.

"Punya apa aja kau??" Ucap yang menekan tubuh Kenan pada mobil.

Kenan pun memilih diam tanpa menjawab.

"Cek!" Pekiknya lantang, bersamaan dengan teman-temannya memasuki mobil Kenan dan mengacak-acaknya.

"Ada macbook, handphone 2 sama dompet bos." Ucap teman-temannya dari dalam mobil.

"Ambil semua!"

Kenan pun memilih diam tanpa berkutik sedikitpun. Karena saat ini, di hadapannya sudah ada 1 pisau di depan lehernya, dan 1 pistol yang ditempelkan di ujung pelipisnya. Kenan memang pandai berkelahi, tapi jangan dilupakan, ia pun juga cerdas. Dia akan bertindak sesuai porsinya. Mereka beramai-ramai, dan membawa senjata tajam. Sedangkan Kenan hanya sendiri, yang hanya bermodalkan tangan kosong dan sekaleng kopi. Tidak mungkin jika Kenan harus melawannya.

Seseorang yang menyodorkan pisau itu pun meletakkan pisaunya di atas mobil. Ia membalik tubuh Kenan, dan mengecek saku celana Kenan, ia kembali menemukan dompet milik Kenan.

"Banyak juga dompet kau." Gumamnya, lalu mengantongi dompet tersebut pada jaket kulitnya. "Udah semua?" Lanjut, tanyanya.

"Udah bos!" Jawab teman-temannya, yang sudah membawa tas plastik besar berisikan barang-barang milik Kenan itu.

"Ayo."

Mereka semua pun bersiap menaiki motornya masing-masing, namun yang memegang pistol masih terus mewaspadai Kenan.

Setelah temannya datang dengan motornya, ia pun menaikinya, terakhir. Perlahan mereka pergi satu persatu meninggalkan Kenan.

"Mobilnya ga sekalian??" Teriak Kenan, yang diacuhkan begitu saja.

Me a Di? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang