10 - PERTEMANAN

208 8 0
                                    

***

"Permisi.. Absensi." Ucap seorang guru sambil mengetuk pintu kelas itu.

"Sekretaris.. Putri, siapa yang hari ini ga masuk?" Tanya seorang guru yang ada di depan kelas.

"Bam, Kenan kemana?" Tanya Putri yang berdiri dari duduknya dan menghampiri Ibam.

Ibam pun menghela nafasnya, "Ga masuk, izin sakit."

"Izin atau sakit?"

"Izin sakit."

"Ya iya, izin atau sakit?"

Ibam diam sejenak, terlihat berfikir.

"Oh!" Pekik Ibam, "Sakit, sakit."

"Sakitnya dua hari?"

Ibam menghela nafasnya, "Sakit, Jaenab!"

"Jadi yang sakit Jaenab atau Kenan?"

"Kenan." Geram Ibam.

"Terus Jaenab siapa?"

"Emaknya!"

"Oh.. Emaknya Kenan namanya Jaenab.." Putri mengangguk-anggukan kepalanya, "Emaknya Kenan sakit juga?"

Ibam diam dan memutar pandangannya.

"Jadi, Kenan sama emaknya sama-sama sakit Bam?"

Ibam menarik nafasnya, "Put, kamu liat berita tadi pagi ga Put?"

"Dimana? Koran atau TV?"

Ibam memutar pandangannya, "Koran."

"Enggak. Kamu emang masih baca koran?"

"Masih." Ucap Ibam gregetan.

"Aku udah ga baca koran. Dulu sih bapakku emang langganan koran gitu setiap hari, tapi sekarang udah enggak. Jadinya kan waktu itu- berita apa emang Bam?"

Ibam sedikit menahan tawanya, karena sepertinya Putri tidak melanjutkan berceritanya. Karena sedari tadi, ia ditatap datar oleh Ibam.

"Iya, di koran ada berita. Seorang laki-laki menjait mulut temannya sendiri karena temannya banyak nanya." Ucap Ibam sedikit berbisik.

Putri membelalakan matanya mendengar itu, dan langsung bergegas pergi begitu saja.

"Yang ga masuk Azizah Nur bu, izin. Dan Kenan Elvano bu, sakit." Ucap Putri, lalu duduk kembali di kursinya dengan memegangi bibirnya sendiri.

Ibam terkekeh melihat itu.

"Pulang sekolah kerumahnya yok." Ucap Nandi yang cukup mengagetkan Ibam, ia pindah duduk ke sebelah Ibam saat ini.

Ibam pun mengangguk, "Iya, ajak yang lain juga."

***

TINGNUNG!

"Itu masuk aja ke kamarnya ya.." Ucapan Nasya itu terdengar samar dari dalam kamar.

TOK TOK TOK!

"Man.."


JEGLEK!

Pintu kamar terbuka. Kenan yang sedang memegang gitar itu menoleh.

Ada Ibam, Nandi, Luthfi, Jamil, dan juga Arsyad saat ini. Ia datang memasuki kamar Kenan yang besar ini.

"Wihh, dingin." Celetukan Nandi terdengar begitu saja.

"Gimana? Udah enakan, Ken?" Tanya Ibam yang duduk di sisi kasur, begitupun Jamil dan Luthfi.

Sedangkan Arsyad dan Nandi masih berdiri dan tertegun melihat seisi kamar Kenan.

Me a Di? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang