***
Kenan berdecak kesal kemudian menutup buku tulis, dan buku paket matematikanya itu. Ia merasa sangat sulit mengerjakan 25 soal tugas matematika, yang diberikan bu Tasya kemarin. Hanya satu soal saja yang dapat Kenan kerjakan, itu pun hasil akhirnya belum dihitung olehnya. Kenan memilih akan menghitungnya besok di sekolah, menggunakan kalkulator. Karena melihat begitu banyak angka desimal disana, membuat dirinya tidak mood seketika.
Lagi pula, sepertinya bu Tasya tidak akan memarahinya, jika ia tidak mengerjakan tugas ini sekalipun.
Kenan meletakan bukunya di meja sebelah kasur. Dimana pandangannya langsung melihat kertas bebek biru dan pink itu, menggelantung di lampu tidurnya. Kenan memegangnya sejenak, lalu tersenyum.Seketika, Kenan seakan teringat sesuatu. Ia menaiki kasur dan mengambil handphonenya.
OM GILANGTRUT, TRUT, TRUT....
Kenan dapat melihat dirinya sendiri di layar handphone. Ia menunggu sejenak, sambil sedikitnya merapihkan rambutnya.
Seketika, layar handphone yang menunjukkan wajah dirinya itu mengecil di sudut kiri layar. Dan kini, layar besarnya sudah menunjukkan wajah Gilang.
Ya, Gilang. Sahabat dekat Abian Pradikta dulu.
"Hallo om Gilang.." Sapa Kenan, tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Eis, hallo tuan muda.." Sahut Gilang, di sebrang sana.
Seketika Kenan memutar pandangannya.
Gilang terkekeh, "Iya iya, Ken. Ada apa Ken?"
Kenan pun tersenyum, "Masih di kantor om?" Tanya Kenan, yang melihat Gilang sepertinya masih duduk di kursi ruang kerjanya.
"Iya, baru aja selesai meeting, pas banget kamu video call."
Kenan pun melirik, melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.10
"Meeting malem-malem banget om, ada apa?"
"Iya Ken, banyak yang harus di sampaikan kepada beberapa karyawan untuk program kerja selanjutnya."
Kenan pun mengangguk-anggukan kepalanya, "Semua orang kerja keras banget ya, om. Ga mamah, bang Nando, om Aldo, aunty Tari, aunty Kayla, om Tomi, dan juga om Gilang."
Gilang pun tersenyum, "Kita semua ga mau mengecewakan papahmu, Ken.."
Kenan pun mengangguk mengerti.
"Cuma ini yang bisa kita lakuin untuk papahmu. Menjaga dan mengembangkan semua peninggalannya.. Apa lagi, setelah oma dan juga kakek Harianto meninggal dunia, tujuh tahun yang lalu. Begitu banyak peninggalan keluargamu yang harus diurus."
Kenan pun tersenyum, "Tunggu Ken lulus ya, om. Nanti Ken bantu."
Gilang pun terkekeh, "Sudah pasti, tuan Bian junior yang terhormat." Gilang mengacungkan jempolnya.
Kenan pun mengangkat alisnya sambil tersenyum mendengar itu.
"Terus, sekarang udah selesai semua kan om?"
"Udah kok, ini sebentar lagi mau pulang."
Kenan pun membulatkan mulutnya tanpa menjawab.
"Kenapa Ken?"
"Hm, om sibuk ga?"
"Udah ga usah basa-basi. Mau tanya apa tentang papah?" Ucap Gilang, yang lalu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me a Di? [COMPLETED]
Fiksi Remaja{Sebuah gabungan antara kisah percintaan, kekeluargaan dan pertemanan yang terlihat sangat kental} Kenan Elvano Pradikta, dimana di hari kelahirannya, bersamaan dengan Abian Pradikta yaitu sang papah meninggalkan dunia ini. Menjadikan Kenan selalu b...