Kenan membuka pintu kulkas di kantin ini dengan perasaan tidak enaknya. Seluruh murid yang berada di kantin, kini berbisik-bisik membicarakannya. Tentunya, tentang perkelahiannya dengan Jamil dan teman-temannya yang lain di KBPR tadi.
"Ternyata, ganteng-ganteng kayak gitu ya.."
"Iya, jadi dia php-in Adissa loh, yang kelas 11 IPA 2 itu."
"Kasian ya Adissa.."
"Terus Jamil ngebelain Adissa gitu. Ya jelas lah, lagian sahabatnya disakitin gitu aja.."
"Tapi menurutku, seharusnya Jamil ga seharusnya ngomong kayak gitu. Kasian tau Kenan nya juga.."
"Iya juga sih.."
Kenan mengambil sebotol air mineral ini dengan menghela nafasnya. Dan kemudian membayarnya. Berusaha acuh begitu saja mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
Setelah itu, Kenan berusaha berjalan dengan tenang saat ini.
Kenan berjalan ke arah belakang sekolah, sendiri. Tidak ada siapapun disana.
Kenan merasa bingung harus bagaimana sekarang. Sedih iya, merasa bersalah iya, sakit hati pun juga iya. Dan yang paling difikirkan Kenan ialah, Adissa. Bagaimana kabar Adissa sekarang? Yang Kenan tau pasti, Adissa sedang tidak baik-baik saja saat ini, dan itu pun karena dirinya.
Seketika, pandangan Kenan tertuju melihat sebuah triplek kotak yang menempel pada dinding belakang sekolahnya ini. Namun triplek tersebut memiliki warna cat yang sama dengan dindingnya.
Kenan mengernyitkan dahinya. Kenan pun menghampiri triplek tersebut, dan mengetuk-ngetuk pelan untuk memastikan. Ternyata benar, itu adalah sebuah kayu tipis.
"Siapa?"
Kenan terjingkit kaget saat mendengar suara laki-laki, yang sepertinya berasal dari balik triplek tersebut.
Kenan pun menggeser triplek tersebut perlahan.
Ia mengernyitkan dahinya, saat melihat ternyata dinding ini bolong di tengah yang cukup besar dan berbentuk kotak. Serta, ada gorden hitam yang menutupi sisi luarnya.
Kenan perlahan membuka gorden tersebut, dan keluar dinding, dengan menunduk dan melangkahi dinding tersebut.
Saat sudah berhasil melewatinya. Ternyata, kini Kenan berada di sebuah warung, yang tepat berada di luar dinding ini.
"Tutup lagi." Ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba datang, dan menggeser triplek tersebut kembali, beserta gordennya.
Kenan masih terkejut melihat itu. Laki-laki ini kembali duduk di kursi, dan menghisap rokoknya.
Kenan memandangi laki-laki ini, yang juga menggunakan seragam yang sama sepertinya. Dan, Kenan mengenalinya. Laki-laki ini adalah, Naufal.
Ya, Naufal. Teman Mahesa dan juga Juna.
"Sengaja atau kebetulan?" Tanya Naufal.
Kenan masih diam. Ia kembali menoleh ke arah gorden hitam yang menutupi triplek dan dinding sekolah nya itu. Dan kembali memutari warung ini.
Warung ini cukup lengkap dengan beberapa minuman seduh yang digantung, beberapa makanan ringan, roti dan lain-lain. Saat melihat ke arah luar, sepertinya di depan sana adalah perumahan biasa.
Ya, belakang sekolahnya memang sebuah perumahan. Kenan pun mengangguk-anggukan kepalanya, dan kini sudah mulai mengerti dimana dirinya berada.
"Duduk." Ucap Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me a Di? [COMPLETED]
Teen Fiction{Sebuah gabungan antara kisah percintaan, kekeluargaan dan pertemanan yang terlihat sangat kental} Kenan Elvano Pradikta, dimana di hari kelahirannya, bersamaan dengan Abian Pradikta yaitu sang papah meninggalkan dunia ini. Menjadikan Kenan selalu b...