***
Waktu baru menunjukan pukul 2 siang. Namun sekolah sudah terlihat sepi. Ya, karena setiap hari kamis dan jumat, bel pulang sekolah berbunyi pukul 13.30.
Kenan berjalan ke lapangan futsal sambil meletakan buku nya di dalam tas. Ia mengangkat wajahnya saat menyadari ada Faris, sang ketua futsal itu, dan 2 anak futsal lainnya di lapangan. Mereka masih menggunakan celana pramukanya, namun sudah melepas seragamnya, yang kini hanya menggunakan kaos dalamannya itu.
Mereka sedang asik mendribble bola satu sama lain.
"Dari tadi a?" Tanya Kenan yang lalu bertos dengan Faris.
"Iya, cuma santai aja. Dari tadi juga masih rame." Jawab Faris.
"Baru keluar kelas Ken?" Sahut salah seorang yang sambil men-jugling bola itu.
"Enggak sih. Cuma tadi ada tugas tambahan dari pak Sofyan."
Ia pun membulatkan mulutnya.
"Ayo sekarang aja Ken.." Ucap Faris.
Kenan pun meletakan tasnya bersama dengan tas yang lain dipinggir lapangan.
Sama seperti semalam. Faris mengambil cornes lalu menyusunnya.
Kenan menelan ludahnya melihat cornes ini tersusun dari ujung lapangan, ke ujung lapangan lagi. Ada 10 cornes disana. Dua kali lipat dari yang diajarkan Raja kepadanya.
Seperti biasa, Kenan memainkan bibir atasnya sambil menunggu semuanya siap. Dan berusaha mengontrol ketakutannya saat ini.
Setelah semuanya selesai. Faris berjalan ke arah Kenan. Dari ujung lapangan, seorang laki-laki menendang bola yang diberhentikan dengan paha oleh Faris. Kemudian Faris mendribble bola dan melewati sepuluh cornes ini dengan zig-zag, lalu menendangnya memasuki gawang. Tidak ada cornes yang jatuh satupun.
Kenan tertegun melihat itu.
"Ken!" Teriak Faris dari ujung lapangan, dan menendang bolanya kepada Kenan.
Kenan terkejut, dan alhasil bolanya terlempar begitu saja mengolongi kakinya, dan menggelinding ke koridor kelas.
Faris sempat mengernyitkan dahinya melihat itu.
"Sorry a." Ucap Kenan menggaruk kepalanya.
"Iya gapapa. Hil, tolong ambilin Hil." Teriak Faris.
Faris kemudian berjalan ke arah Kenan.
"Ken, ada empat tahap seleksi ya, kamu bisa tiga tahap aja, kamu udah lolos masuk ekskul futsal." Ucap Faris merangkul Kenan.
Kenan diam sambil memperhatikan Faris.
"Yang pertama ini, kamu dribble zig-zag melewati sepuluh cornes ini, terus masukin bolanya ke gawang. Tiga kali aja. Yang dimana minimal dua kali ga boleh ada yang jatuh cornesnya. Kalau udah, berarti tahap pertama kamu lulus." Jelas Faris.
Kenan mengangguk pelan.
"Yang kedua, tahap berhentiin bola. Nanti abis tahap pertama selesai. Hilmi sama Edwin nendang bola ke kamu dari arah berlawanan satu persatu, kamu berhentiin pake kaki kanan dan kaki kiri sesuai arah datangnya bola. Terserah mau pake paha, kaki dalem, bebas, yang penting berhentiin. Abis itu masukin bola ke gawang. Sama, tiga kali juga."
Kenan mulai menggaruk kepalanya.
"Yang ketiga, tahap masukin bola ke gawang pake kepala. Nanti Hilmi sama Edwin ngasih umpan bola lambung, ke kamu, kamu sundul masukin ke gawang. Sama, tiga kali juga."
Kenan menelan ludahnya.
"Nah tahap terakhir, paling gampang. Kamu bertiga sama Hilmi dan Edwin, lawan aku. Ngumpulin tiga poin. Jangan sampe berhasil kerebut atau kena aku. Kalian bertiga oper-operan aja, biasa. Ngerti?" Jelas Faris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me a Di? [COMPLETED]
Teen Fiction{Sebuah gabungan antara kisah percintaan, kekeluargaan dan pertemanan yang terlihat sangat kental} Kenan Elvano Pradikta, dimana di hari kelahirannya, bersamaan dengan Abian Pradikta yaitu sang papah meninggalkan dunia ini. Menjadikan Kenan selalu b...