1.Sajidah Daniyah

5.9K 258 3
                                    

"Sebagaimana Allah mencukupi rezeki setiap manusia di hari kemarin, begitu pula kecukupan yang Allah beri untuk hari ini dan esok hari."

-Di Balik Senyum-

🌻🌻🌻

"Sajidah!"

"Sajidah daniyah. Woi!" panggil seorang siswa yang membuat siswi bernama Sajidah itu keluar dari dunia lamunannya.

"Astaghfirullah!"

"Ghufran, kamu itu seneng banget bikin aku jantungan," ucap sajidah yang tampak kesal.

"Gue udah manggil lo baik-baik dari tadi Sajidah... Lo aja yang ngelamunnya kejauhan,"

"Ngeles,"

"Sajidah tersayang, lo tu harusnya bersyukur gue sadarin dari dunia lamunan lo itu, gue tuh siswa terganteng di SMA ini loh," kata Ghufron dengan sangat percaya diri.

"PD banget sih jadi orang. Udah ah, aku mau balik ke kelas," imbuh Sajidah yang enggan meladeni bualan Ghufron.

"Eh onta, itu masih hujan loh ya. Oh, atau lo ngasih kode biar gue mau bagi satu payung berdua sama lo?" tanya Ghufron yang sengaja memancing keributan dengan gadis di depannya.

"Heran aku sama kamu, ada ya orang yang kepercayaan dirinya di atas rata-rata," ucap Sajidah dengan melipat kedua tangan di depan dada.

"Ada dong, contohnya gue," jawab Ghufron yang membuat Sajidah menghembus nafas pelan.

"Jadi tetep ga mau nih satu payung berdua?" tanya Ghufron lalu menaikan kedua alisnya beberapa detik.

"Enggak, nanti dikira temen-temen aku dipayungin sama sarimin," jawab Sajidah dengan santai.

"Siapa Sarimin?"

"Itu yang sering pergi ke pasar pakai payung,"

"Eh, itu mulut atau petasan tahun baru," ucap Ghufron yang sadar tentang siapa sosok Sarimin yang dimaksud Sajidah.

"Udah deh aku malas debat. Aku mau ke kelas, bentar lagi bel pulang, lagi pula aku bosan lama-lama di sini," ucap Sajidah dengan menatap hujan diiringi senyum manis lalu berlalu pergi meninggalkan Ghufron yang menyoroti Sajidah dengan tatapan yang tulus.

"Sajidah nanti gue diomelin bude! Woi!" jerit Ghufron setelah sadar Sajidah memilih berjalan di tengah jatuhan air hujan.

"Yang diomelin kan kamu, kok aku yang repot. Hahah..." jawab Sajidah yang dua detik kemudian berlari dengan pelan.

"Dasar pecel lele! Woi!" jerit Ghufron sekali lagi yang diikuti dengan omelan yang keluar dari mulutnya.

Sekarang Sajidah berada tepat di depan kelasnya yang masih ditemani guyuran air hujan. Kelas yang tertera papan kecil di atas pintunya, tertulis XII Bahasa. Kelas yang biasanya menjadi penengah jika ada konflik kecil antar IPA dan IPS.

Sajidah menatap hujan dengan begitu khidmat, senyumnya lagi-lagi mengembang untuk yang kesekian kalinya. Ia pandang sekali lagi kelas yang berada tepat di depan dan tanpa ragu  melangkahkan kaki untuk memasuki kelas itu. Namun, belum sampai kaki Sajidah memasuki ruangan kelas, gendang telinganya menangkap suara yang terdengar sangat nyaring.

"Sajidah!" ucap siswi dengan kulit sawo matang yang kini sudah berdiri di ambang pintu kelas, sedangkan sajidah hanya tersenyum simpul menanggapi gadis itu.

"Kamu kemana sih? Aku, Hanum sama Farrah nyariin kamu!" kata gadis itu.

"Jangan marah dong, masa' sahabatku  yang cantik ini cemberut, nanti bedak kamu luntur loh. Maaf yaaa," pujuk Sajidah seraya mengedipkan pelan matanya beberapa kali.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang