9. Aula Sekolah

2K 159 1
                                    

Mengenalmu adalah cara Tuhan untuk menjadikanku manusia yang memiliki hati yang lembut.

-Di Balik Senyum-

🌻🌻🌻

Seisi kelas begitu serius mendengarkan penjelasan guru matematika di depan, termasuk Sajidah yang sedari tadi memilih diam, tetapi sekarang ia mulai mengerutkan dahinya ketika ada beberapa penjelasan yang kurang dipahami.

"Fa, dapat akar tiga dari mana?" Bisik Sajidah pada Atifah.

"Aku gak ngerti, mangkanya aku diam," Sajidah hanya menghela nafas pelan ketika mendengar penuturan sahabatnya

"Langsung tanyain ke Pak Ihsan aja," kata Atifah memberi saran.

"Kamu aja,"

"Kita bagi tugas, aku yang panggil Pak Ihsan terus kamu yang nanya,"

"Kebalik, aku yang manggil kamu yang nanya," balas Sajidah dengan cepat yang membuat Atifah melirik tajam ke arahnya.

"Aku istikharah dulu untuk menentukan pilihan," kata Atifah yang kembali membuat Sajidah menghela nafas.

"Sajidah, Atifa sudah bicaranya?" tanya Pak Ihsan yang sontak membuat keduanya kalang kabut.

"Anu Pak, eeeh..." ucap atifa panik.

"Anu apa? Apa yang kalian bicarakan?"

"Akar tiga Pak, tadi mau nanya asal akar tiga dari mana tapi..."

"Tapi gak berani," ucap Pak Ihsan memotong kalimat Sajidah.

"Saya masih makan nasi jadi kenapa kalia takut pada saya, lain kali jangan ulangi lagi, kalau ada yang kalian tidak mengerti langsung bertanya saja," sambung guru matematika yang khas dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

"Maaf pak," ucap Sajidah dan Atifah bersamaan.

"Iya, nanti setelah jam pelajaran saya, kalian bersihkan aula, ya. Ini bukan hukuman, tapi permintaan tolong sebab nanti saya dan Pak Akbar akan melakukan penyuluhan ke kelas sepuluh IPA di aula," mendengar apa yang dikatakan Pak Ihsan, Sajidah dan Atifah mengiyakan dengan kompak.

"Oh iya, bagian mana yang belum kalian mengerti?"

"Maaf Pak, semuanya," jawab Atifa dengan menunjukan senyum canggung yang sontak membuat seisi kelas tertawa, termasuk Pak Ihsan.

🌻🌻🌻

Cucuran keringat terus mengalir dari pelipis Sajidah. Sudah hampir 10 menit Sajidah dan Atifa membersihkan aula. Aula memang tidak begitu luas tetapi terik matahari yang begitu menyengat hingga membuat suhu udara terasa cukup panas.

"Sajidah, lama yah Pak Iin bersihin AC-nya," keluh Atifa yang sekarang sudah duduk di lantai dengan wajah yang kusam.

"Sabar Fa, kan bukan di bidangnya Pak Iin, jadi perlu waktu yang cukup lama," balas Sajidah yang juga ikut duduk di samping Atifah.

Mungkin karena terlalu lelah, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang berada di ambang pintu yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam," jawab keduanya kemudian langsung berdiri dan mengarahkan pandangan pada seseorang yang memberi salam.

"Afnan," kata Sajidah.

"Boleh aku masuk?" tanya Afnan.

"Boleh, aula ini bukan milik pribadi kok," Atifah menjawab yang sudah kembali siap untuk membersihkan aula.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang