2.Senyuman

3.4K 226 2
                                    

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu”

(Sahih, HR Tirmidzi no 1956)


🌻🌻🌻

Sajidah dengan cekatan menghitung hasil penjualan kue hari ini. Lembaran demi lembaran uang ia susun dengan rapi. Matanya berbinar ketika hasil penjualan hari ini lebih dari hari biasanya.

"Seratus tujuh belas ribu," ucap Sajidah semangat.

"Alhamdulillah," sambungnya dengan senyum mengembang.

"Uang kas, sumbangan kelompok, jajan sehari-hari, nabung, hmm lima puluh ribu aja deh aku ambil, sisanya untuk bantu-bantu bude,"

Sajidah membuka pintu kamar dengan pelan. Bude ada di dapur dan Alina mungkin di kamar, pikir sajidah. Sajidah melangkahkan kaki mendekati bude yang terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

"Bude," panggil  Sajidah dengan senyum lebar hingga menunjukan deretan gigi putihnya.

"Kenapa?" tanya Jamilah-bude Sajidah dengan lembut dengan kedua matanya menatap Sajidah sementara pergerakan tangannya berhenti dari aktifitas cuci-mencuci baju.

"Bude masih nyuci baju malam-malam begini?" tanya balik Sajidah.

"Iya, orang yang punya baju mau ambil bajunya besok pagi," jawab Jamilah seraya melanjutkan aktifitas mencucinya. Ya, jamilah mengambil jasa cuci setrika untuk menghidupi keluarga kecilnya. Suaminya sudah meninggal 10 tahun yang lalu, ia memiliki seorang anak perempuan dan keponakan perempuan-Sajidah yang ikut tinggal bersamanya.

"Sini bude biar Sajidah bantuin," kata Sajidah yang sudah mengambil posisi mencuci baju.

"Nggak usah, bude aja," ucap Bude dengan memindahkan ember cucian baju ke samping kanannya sementara Sajidah ada di samping kirinya.

"Ayolah bude, Sajidah juga gak ad kerjaan. Ya, ya?" melihat keponakannya yang berusaha membujuk, akhirnya Jamilah hanya menarik nafas panjang.

"Kamu setrika baju milik keluarga Bu Maida aja. Tinggal sedikit, beberapa helai aja. Soalnya nanti mau dijemput," titah Bude.

"Malam ini mau dijemput?" tanya Sajidah memastikan.

"Iya,"

"Bu Maida yang ibunya Mbak Ulfa itu kan?" tanya Sajidah memastikan sekali lagi.

"Iya sayang," mendengar perintah Bude, Sajidah mengangguk patuh.

"Oh iya bude, ini hasil penjualan kue Sajidah hari ini, tadi Sajidah ambil lima puluh ribu, maaf ya Bude," ucap Sajidah seraya menyodorkan beberapa lembar uang ke Budenya.

"Kan sudah Bude bilang, biar Bude aja yang kerja, kamu sama alina tinggal belajar aja, gak perlu mikirin yang aneh-aneh," imbuh Bude yang merasa tidak enak hati karena merasa merepotkan keponakannya sendiri.

"Bude, siapa bilang Sajidah itu kerja? Sajidah cuma buat kue sesuai hobi, karena gak sanggup makan semua kue jadi dititipin aja ke warung Buk Salma,"

"Ngeles kamu itu," kata Bude sedangkan Sajidah hanya tersenyum kuda.

"Bude gak tega lihat kamu bangun jam 2, nanti ganggu belajar kamu. Kan udah Bude bilang, kalo kamu masih mau jual kue uangnya untuk kamu aja semuanya,  jangan untuk Bude," sambung Bude dengan lembut sembari menatap Sajidah dengan tatapan yang begitu tulus.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang