5.Bertemu Di Apotek

2.2K 178 1
                                    

Gula itu terasa manis karena kita pernah merasakan asinnya garam.

-Di Balik Senyum-

🌻🌻🌻

AFNAN'S POV

Waktu menunjukan pukul 05:30 pagi. Setelah aku murajaah hafalan dan membaca zikir pagi, dengan segera aku melipat sajadah abu-abu dan meletakkannya di sofa, begitu pun aku yang ikut merebahkan tubuh ke sofa yang sama. Entah kenapa akhir-akhir ini pikiran ku terus tertuju ke seseorang yang sangat khas dengan senyumannya.

Dia, seorang gadis yang ramah dan ceria. Gadis pemilik senyum manis dan sorot mata yang sendu. Jika aku boleh jujur, banyak hal baik yang membuatku kagum padanya, tapi sulit untuk aku jelaskan.

Aku kembali teringat saat kemarin aku mendengar lantunan tartil saat aku berjalan melewati musholla sekolah. Suara yang merdu, indah dan syahdu. Aku pun juga tahu, suara yang keluar dari tenggorokannya terdengar bergetar dengan jelas. Ya, dia menahan tangisnya. Tidak tahu pasti alasan di balik dia menangis, aku hanya berdoa semoga Tuhan selalu melindunginya dari semua kesakitan dan kesulitan.

"Sajidah," lirihku tanpa sengaja menyebut namanya.

Pandanganku beralih pada kalender yang berada di nakas. Ku tajamkan penglihatan hingga ku dapati 12 hari lagi mama berulang tahun. Senyumku mengembang sempurna, di hari kelahiran malaikatku aku ingin membuat sesuatu yang istimewa untuknya.

"Mbak Ulfa pasti setuju," gumamku setelah menyusun semua rencana dan suprise di dalam kepala.

"Dua belas hari dari sekarang gue harus menyiapkan semuanya. Istimewa tapi tetap sederhana,"

Aku mulai memikirkan apa yang akan aku beri untuk mama. Mencoba untuk mencari via internet semua daftar yang akan ku persiapkan.

Belum sempat aku membuka satu tab browser, pintu kamarku terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita dengan dress coklatnya.

"Dek, siap-siap ya, temani Mba ke toko buku," titah Mba ulfa yang membuatku menghela nafas panjang.

"Ini masih pagi loh Mba,"

"Soalnya mama minta tolong untuk belanja kebutuhan dapur, setelah dari pasar baru langsung kita cus ke toko buku," ucap Mba Ulfa yang sudah membuka lemari pakaian untuk memilih baju yang akan ku pakai.

"Mba," panggilku sementara Mba Ulfa hanya berdehem.

Aku merubah posisiku menjadi duduk dan Mba Ulfa turut duduk di sampingku dengan membawa kaos putih dan jaket jeans coklat, biar ku tebak Mba Ulfa memintaku untuk memakai pakaian yang ia pilih.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah datar. Sepertinya pagi ini mood Mbaku tidak seindah cuaca di luar sana.

"Dua belas hari lagi..."

"Mama ulang tahun," potong Mba Ulfa.

"Afnan punya rencana,"

"Kamu kan tahu mama gak suka ngerayain ulang tahunnya," mendengar kalimat yang Mba Ulfa katakan membuatku teringat bahwa seumur hidupnya mama tidak ingin mengadakan acara ulang tahunnya seperti orang-orang di luar sana pada umumnya. 

"Rencana mama besok, mau syukuran kecil-kecilan di rumah, sebagai ungkapan rasa syukur, acaranya agak intimate tapi tetap ada undangan untuk orang-orang tertentu. Kurang lebih seperti tahun-tahun sebelumnya, cuma kali ini lebih rame,"

Aku mengangguk mengerti penjelasan singkat Mba Ulfa. Jujur saja, aku belajar hidup sederhana dari mama, walau keluarga kami bisa dibilang menengah ke atas tapi mama tidak sekalipun menunjukkan kemewahannya, mama lebih suka hidup sederhana menyesuaikan kebutuhan.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang