21.

1.5K 136 0
                                    

Entah mana yang dulu bertengger di depan rumah kita. Mungkin janur kuning atau juga bendera kuning. Dan itu semua hanya Allah ta'ala lah yang mengetahuinya.

Sajidah Pov

"Udah sholatnya?"
Tanya atifa padaku.

"Sudah fa"

"Yasudah, ayo ke bawah. Setelah itu kita makan siang sama-sama"

"Kamu duluan saja fa, tahu sendirilah berapa lama aku harus pakai khimar segi empat ini"

"Oke, tapi jangan lama-lama"
Ku balas ucapan atifa dengan anggukan pelan serta senyum khasku.

Hari ini, aku dan ketiga sahabatku berkumpul bersama di rumahnya atifa. Meskipun aku dan farrah sedikit terlambat karena perbincanganku tentang judul artikel tadi, dan syukurnya atifa dan hanum tidak mengeluarkan jurus merajuk mereka.

Hari ini hari persahabatan kita guys.

Hari persahabatan?
Aku hanya menggeleng pelan saat perkataan atifa tadi terulang di pikiranku. Ah, anehnya sahabatku satu itu.

"Astaghfirullah"
Lirihku saat aku sadar bukan saatnya untuk melamun. Takutnya atifa sudah memanyunkan mulutnya saat aku turun nanti. Segera ku keluar kamar dan menuju ruang makan rumahnya atifa. Katanya sih, kedua orangtua atifa sedang berkunjung ke rumah waknya atifa, jadi hari ini atifa bebas mau masak apa. Ya walaupun sejujurnya, aku sedikit ragu tentang rasa masakannya itu.

"Ngelamun dulu ya habis sholat?"
Tanya hanum yang ku balas dengan cengiran kuda.

"Taraaaaa... Nih masakan perdana aku untuk kalian, aku kasih nama sop kerang terang menderang bikin laper hilang anti baper"
Ucap atifa sumringah.

"Subhanallah, itu nama masakan atau dongeng mbak?"
Cerewet hanum.

"Sttt, tugas kalian hanya menilai rasa masakan bukan nama masakan"

"Jangan mulai debat unfaedah deh, ayo dong buruan, aku udah lapar nih"
Ucap farrah menengahi mereka. Aku hanya tertawa dan langsung saja aku ditatap mereka dengan tatapan horor.

"Alhamdulillah"
Gumamku menyudahi suapan terakhirku.

"Gimana, enak tidak?"
Tanya atifa yang sudah lebih dulu menghabiskan makanannya.

"Enak kok, bahkan aku sempat ragu kalau sop kerang ini masakan kamu. Hehe sorry"
Komentarku seraya merapikan meja makan.

"Iya fa, enak. Beruntung nih aku bisa ngerasain masakan perdana kamu yang top ini"

"Sajidah sama farrah paling handal bikin aku terbang"
Balas atifa yang tampak sangat bahagia.

"Em dengan berat hati, aku puji masakan kamu deh. Masakannya enak"
Ucap hanum yang sudah membawa piring kotor ke tempat pencucian piring.

"Ya ya makasih deh, meskipun tampak tidak ikhlas"

"Keikhlasan itu hanya Allah yang tahu"

"Ngeles terusssss"

"Udah ah, dari kelas sepuluh sampai sekarang berantem mulu. Nggak bosan?"
Ucapku.

"Nggak!"

"Nggak"
Balas atifa dan hanum bersamaan. Ya Allah, kalau seperti ini mereka bisa berubah menjadi singa betina.

Ya, itulah keseharianku dan ketiga sahabatku kalau sudah berkumpul. Bercerita, berdebat, saling menertawai, saling membully, saling menyemangati dan itulah sebagian warna dari hidupku.

Kini, aku dan ketiga sahabatku bercerita tentang keanehan dari kami berempat. Tawa canda ikut serta dalam obrolan hangat kami. Siang ini langit tampat bersahabat, tidak terlalu panas.  Ditambah lagi ruang keluarga atifa yang disulap menjadi ruang yang sangat menyenangkan. Dinding ruangan yang berwarna biru langit, sofa yang berbentuk animasi tayo, serta karpet yang berwarna abu-abu dengan corak awan berwarna biru.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang