23. Ibu

1.4K 125 0
                                    

Ibu, malaikat tak bersayap yang Allah hadirkan dalam hidup kita. Dia, seorang wanita yang memiliki kasih sayang yang sangat besar kepada anaknya.


Sajidah Pov

Ku tutup novel yang sedari tadi ku baca. Ku langkahkan kaki untuk segera melihat langit malam yang dihiasi dengan rintik hujan yang membasahi bumi. Kembali ku teringat akan tokoh nenek catarina yang ada di novel ayat-ayat cinta dua. Dia, seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya, dia merindukan anak-anaknya, dia beri kasih sayang namun dibalas dengan ketidakpedulian dari sang anak.

"Ibu"
Lirihku teringat ibu.

Ibu, dia yang melahirkanku, dia yang merawatku dan dia lah guru pertama dalam hidup. Aku masih saat dia yang melindungiku dari hujan, aku masih ingat saat dia yang dengan sabar mengajariku tata cara sholat, aku masih ingat saat dia merawatku saat sakit menghampiriku.

Dulu kecil, saat ibu marah aku selalu mengatakan bahwa ibu jahat. Tapi sekarang, aku sadar bahwa dibalik kemarahan ibu ada cinta yang besar yang ia berikan untuk sang anak.

"Ibu, sajidah merindukan ibu"
Ucapku dengan linang air mata.

Ya, aku sangat merindukan ibu. Aku rindu cintanya, aku rindu marahnya, aku rindu cerewetnya, aku rindu kasih sayangnya.

Lama aku tidak bertemu dengan malaikat tak bersayapku itu. Allah sudah memanggilnya duluan bersamaan dengan ayah. Mereka meninggalkanku, mereka hanya pergi berdua, dan aku yang ditinggalkan di dunia ini. Ya Rabb, hamba merindukan ibu hamba.

"Assalamu'alaikum"
Ucap ghania yang membuatku langsung menghapus linangan air mata dan dengan cepat menggantikannya dengan senyuman.

"Wa'alaikumussalam"

"Kok lama?"
Tanyaku.

"Antrian kak, maklum, hujan-hujan gini kan enaknya makan martabak"
Jawab ghania seraya melepas rok dan khimar yang ia pakai.

"Oh"

"Kak, jelasin dong kenapa kaki itu juga aurat?"

Ku helakan nafas, dengan sigap ku tutup jendela dan langsung duduk tepat di samping ghania.

"Dulu, asma binti abu bakar menemui rosulullah dengan pakaian yang tipis dan rosulullah pun bersabda ' wahai asma, sesungguhnya seorang gadis yang telah haidh tidak boleh baginya menampakan anggota badan kecuali ini dan ini'. Nah saat itu rosulullah menyentuh wajah dan telapak tangan. Jelas dong, kalau kaki juga aurat. Dan aurat wajib ditutupi. Mengertikan?"
Jelasku.

"In syaa Allah paham kok kak, makasih ya kak. Nia baru tahu loh, alhamdulillah dapat ilmu baru"
Ucapnya dengan menunjukan cengiran khasnya.

"Alhamdulillah, oh iya mana martabaknya? Kak jidah juga mau nih"

"Di luar kak, ayo, nanti dihabisin bang ghufron lagi"
Ajak ghania penuh semangat seraya menarik tangan kananku.

"Tuh kan kak, kurang tiga porsi, bang ghufron nih"

"Enak aja, tiga porsi untuk ibu, ayah sama abangmu yang ganteng ini"
Ucap ghufron dengan martabak yang masih memenuhi mulutnya

"Bohong, kurang tiga porsi itu karena satu di lambung, satu di kerongkongan dan satu di mulut"

"Fitnah, tanda-tanda akhir zaman"

"Fitnah apanya? Ada buktinya kok"

"Eh adiknya mamang somai, bang ghufronmu ini baru makan satu porsi sayang"

"Eh mamang somai, sadar diri kalik"

Ah kepala ku sedikit pusing melihat perdebatan mereka. Ku lirik bu'le dan pa'le, dan mereka hanya menggelengkan kepala pelan beriring dengan senyuman.

"Ambil saja, lalu kamu masuk kamar. Pa'le lihat sebentar lagi kamu mau ikut gabung, nah dari pada bu'le mu memarahi kalian bertiga, lebih baik mereka berdua saja"
Bisik pa'le padaku yang ku balas dengan senyuman bersamaan dengan anggukan.

Kini, ku istirahatkan tubuhku di kasur empuk milik ghania. Ku coba untuk menyelami dunia tidurku, namun sayangnya tidak bisa. Ku ubah posisi tidurku menjadi miring ke sisi kanan, dan hasilnya tetap tidak bisa.

"Astaghfirullah"
Gumamku sedikit prustasi. Ku hembuskan nafas panjang, lalu beranjak untuk menenangkan diri dengan mengerjakan sholat sunnah witir.

Ibu

Ya, aku tahu kenapa saat ini mataku belum bisa terlelap. Karena batinku merindukan sosok ibu yang sekian tahun tak ku lihat wajah lembutnya itu.

Ku tadahkan tanganku untuk bermunajat kepada Dia Yang Maha menciptakan langit dan bumi. Ku lantunkan do'a-do'a dan harapan yang tercurah kepada-Nya.

"Ya Rabb. Hamba merindukan malaikat tak bersayap hamba. Sangat sangat merindukannya"
Lirihku sangat pelan. Dan setetes cairan bening keluar dari mataku. Ah, biarlah saat ini aku terlihat cengeng di hadapan Allah, karena hanya Dia-lah yang ku butuhkan saat ini.

Rindu serindu rindunya seorang anak kepada ibunya.

Aku, ingin bercerita banyak padanya. Aku ingin bermanja padanya. Aku ingin berbagi kasih padanya Ya Rabb.

Mungkin, keinginanku tidak untuk di dunia. Namun hamba mohon untuk kabulkan keinginan hamba di syurga-Mu nanti. Aamiin.













Taraa, comeback nih.
Maaf telat :)
Maaf pendek :)
Dan mohon maaf lahir dan batin ♡

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang