25. Harapan baru

1.4K 120 0
                                    

Disini aku masih dalam fase mengagumimu, menyimak aktifitasmu dari kejauhan serta mendo'akanmu dalam diam. Entah kapan aku akan memasuki fase menyatakan lalu mendengar semua jawaban perasaanku yang entah terbalaskan atau yang tak diinginkan.

Afnan Pov

"Assalamu'alaikum"
Ucapku seraya membuka knop pintu rumah.

"Wa'alaikumussalam, masuk nak"
Sambut hangat mama, dengan senang hati ku rangkul pundak bidadariku.

"Ayah belum pulang ma?"

"Belum, katanya ada operasi mendadak"

"Mbak ulfa?"

"Di ruang tv"

"Ciee rindu mbak ya?"
Goda mbak ulfa sesampai di ruang tv.

"Rindu? Berat mbak, cukup berat badan mbak saja yang berat"
Balasku santai seraya mengambil alih remot tv.

"Masa? Galau ya?"

"Sok tempe"

"Emang bukan toge"

"Mulai nggak jelas deh mbak"

"Tuh kan, ketahuan galaunya. Buktinya, sholat maghrib di masjid, pulangnya sampai isya. Waduhh, curhat sama Allah ya tadi?"
Argh, mbak ulfa selalu menggodaku. Ya, ku akui kemampuannya dalam membaca hatiku, tapikan tidak perlu dikatakan di depan mama.

"Orang mau ibadah kok dibilang galau, aneh nih mbak"

"Ulfa, afnan, sudah-sudah. Kalian ini, sukanya saling menggoda, tidak pernah berubah dari kecil sampai sekarang"
Ucap mama menengahi perdebatanku dengan mbak ulfa.

"Iya ma"
Ucapku dan mbak ulfa kompak.

"Btw, lulus sma nanti, kamu lanjut kemana dek?"
Tanya mbak ulfa.

"Rencananya sih, universitas islam negeri. Mama sama ayah setuju kok"
Jawabku seraya mengambil dua keping roti dari toples yang dibawa mama dari dapur.

"Wih, jurusan apa tuh?"

"Belum tahu mbak, bingung. Kadang maunya agama, fisika, kedokteran, menajement, masih mengambang"

"Mama saranin sih agama saja"

"Iya ma, ulfa setuju kalau afnan ambil fakultas tarbiyah, jurusan agama gitu. Kan tidak hanya bermanfaat di dunia saja, tapi di akhirat juga"

"Iya sih mbak, tapi masih lama kok. Enam bulanan lagi"

"Dikasih tahu kok ngeyel. Em ma, siomai yang tadi masih ada kan?"

"Masih, bagi dua sama afnan"

"Hehe"
Ucap mbak ulfa dengan langkah kakinya yang mengarah ke dapur. Melihat tingkahnya yang aneh, segera ku ikuti dia untuk mengambil jatah siomaiku.

Kini, ku terduduk di pinggir kasur. Menerawang dinding polos bercat coklat yang ada di hadapanku. Sedikit rasa kecewa ku menyelunup masuk ke hatiku, ya aku tahu dan aku sadar bahwa selama ini aku terlalu berharap pada makhluk-Nya.

Astaghfirullah.

Aku kecewa karena harapanku.

Sajidah daniyah, seorang perempuan yang berhasil membuat aku terkagum padanya. Yang berhasil membuatku memohon pada Allah agar menyatukanku dengannya suatu saat nanti. Semakin hari aku memperhatikannya, semakin pula aku sadar bahwa bukan hanya aku yang menaruh hati padanya.

"Ehem"
Sontak saja suara itu langsung membuyarkan lamunanku. Dan siapa lagi kalau bukan mbak ulfa yang entah sejak kapan sudah berdiri di sisi kananku.

"Ngapain? Galau pakek banget ya?"
Tanya mbak ulfa yang tak aku perdulikan.

"Obat termujarab untuk orang yang lagi jatuh cinta itu adalah menikah"
Ku lirik mbak ulfa sedetik. Maksudnya? Dia lupa atau pikun bahwa adiknya ini masih sekolah.

"Kalau belum menikah ya jaga hati jaga diri dan dekati Allah"

"Mbak"
Gumamku.

"Jangan kebanyakan galau, nanti imannya ngedown"

"Iya mbak"

"Sajidah kan?"

"Hah?"

"Sajidah kan alasan kamu seperti ini?"

Bungkam seribu bahasa. Aku tidak tahu harus menjawab apa sekarang.

"Sebenarnya bukan sajidah, tapi harapan kamu itu yang terlalu tinggi. Sekarang, mohon ampun sama Allah, berharap sama Allah saja"
Ku anggukan kepalaku pelan. Ucapan mbak ulfa membuatku lebih tenang.

"Mbak ke bawah dulu ya, ngantuk"

"Mimpi indah mbak"

"Kembali mimpi indah"

Setelah mbak ulfa kembali ke kamarnya, aku pun mengambil air wudhu dan bersiap diri untuk tidur malam.

Drett...drett...

Suara itu suara notif pesan whatsApp-ku. Astaghfirullah, aku ingat bahwa sedari tadi aku menghidupkan data ponsel. Ah, ternyata galau menyebabkan kepikunan sementara.

Ghufron
Af

Afnan

Yuhuu, af tolong pap catatan mtk dong

Terus juga kirim jawaban latihan mtk halaman 45. Sajidah tadi minta tolong sama gue, tapi karena gue gak mau sombong, jadi biar gue kasih jawaban lo aja.

Conteng dua abu abu mulu, kapan conteng birunya sih

Woii broo

Males banget gue harus spam lo

Afnan

Hi girl 😍

Balas napaa coy

Dahi ku menyergit saat deratan pesan dari ghufron ku baca. Anak ini tidak pernah berubah, dari smp sampai sekarang masih sama. Masih dengan kekonyolannya, masih dengan leluconnya yang garing dan masih dengan tingkahnya yang membuat hari-hari terasa bewarna.

Segera ku penuhi permintaan sahabatku satu itu. Dengan hitungan menit, ghufron pun langsung membalas pesanku. Ku buka gambar yang ghufron kirim dan...

"Hahaha..."
Langsung saja tawa ku pecah saat sebuah foto yang menggambarkan seorang sajidah yang mengenakan khimar coklat dengan ekspresi yang sangat lucu. Mulut yang ia manyunkan, mata yang ia tujukan ke atas dan wajah yang penuh dengan coretan merah yang ku duga adalah lipstik.

Lo lama sih balas chat gue, jadinya gue berkarya sama muka si unyil ini.

Parah lo haha

Udah biarin, tadi kita ngegame. Gue menang dia kalah.

Udah ah, gue mau tidur. Sakit perut gue lihat fotonya si sajidah.

Just read.

Lucu, jika pikiranku kembali memutar saat ku lihat foto sajidah. Alhamdulillah, Allah hilangkan kegelisahanku malam ini.














Assalamu'alaikum
Hiiiiii readerrss
Seeyou next part

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang