13.Sakit

1.7K 139 2
                                    

Ilmu yang paling utama adalah ilmu hal tingkah laku dan amal yang paling utama adalah menjaga tingkah laku.
~Syaikh Ahmad az-Zarnuji~


Author Pov

Lantunan ayat suci terdengar begitu merdu hingga menyentuh hati yang terdalam. Sesekali cairan bening jatuh dari mata sayu seorang sajidah. Baginya, membaca kalam Allah adalah bacaan terindah yang ia baca. Baginya, mendekatkan diri dan mencurahkan keluh kesah hati kepada Allah adalah hal yang terbaik ketika ujian hidup menimpa seorang hamba.

Tidak ingin khusyukannya hilang karena isak tangis, sajidah pun mengakhiri bacaannya. Namun bukannya berhenti menangis, sajidah justru semakin larut dalam isakannya.

"Ya Allah"
Lirih sajidah sangat pelan.

Kini, ia menangis tanpa suara. Membiarkan cairan bening itu mengalir tanpa harus dihentikan. Ia hanya ingin menangis saat ini.

Ya, mungkin menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi, menangis adalah hal yang bisa membuat beban di dada terasa lebih ringan.

Tok...tok..
"Sajidah, keluar nak. Ini ada teman kamu"
Seru bu'de jamilah. Sontak saja sajidah menghentikan tangisannya, menghapus sisa-sisa cairan bening yang mengalir. Ia lirik arloji yang menempel di dinding kamarnya, waktu menunjukan pukul 16.00 sore, entah siapa yang akan berkunjung sesore ini, pikir sajidah. Dengan masih menggunakan mukena, sajidah langkahkan kaki untuk menemui tamunya.

"Loh, kalian"
Kaget sajidah. Pasalnya tamu yang disebutkan bu'de jamilah tadi tidak lain ialah ghufron, afnan, dan ketiga sahabatnya.

"Al, ini ada acara apa?"
Tanya sajidah pada alina yang datang dari arah dapur seraya membawakan minuman.

"Mereka mau jengukin kamu"
Jawab alina seraya duduk di kursi.

"Ayo duduk jidaaaah"
Ucap atifa yang diiyakan sajidah.

"Ya Allah, aku cuma sakit biasa. Palingan besok pagi juga udah masuk kok. Sepi ya sekolah tanpa aku? Ayo ngakuuuu"
Goda sajidah dengan senyum jailnya.

Lihatlah, sajidah pandai sekali dalam menutupi kesedihannya. Baru tadi ia menangis, kini ia sudah ceria seperti biasanya.

"Iya nih, jadi tidak ada tempat contekan"
Balas atifa.

"Dan kelas sepi karena tidak ada sholawatan mu yang emm gimana ya, bagus tidak, jelek juga tidak"
Sambung hanum.

"Gini amat punya sahabat kalau kelewat jujur"
Ucap sajidah yang direspon ketiga sahabatnya dengan gelak tawa.

"Btw, kamu sakit apa jid?"
Tanya afnan yang sedari tadi hanya diam.

"Kemarin aku jatuh. Maunya hari ini aku sekolah, tapi bu'de tidak boleh"

"Oh yang di rumah sakit itu, luka jatuhnya parah ya?"

"Mbak ulfa ya yang bilang?"

"Iya"

Sajidah hanya menganggukan kepala.
"Sebenarnya aku ke rumah sakit karena ikut bu'de. Nah, waktu aku ketemu mbak ulfa, bu'de sedang di dalam ruang inap pasien karena mau mengantarkan londry baju keluarga pasien"

"Kirain ada yang sakit"

"Tidak kok, lagian aku jatuh sesudah pulang dari rumah sakit"
Afnan hanya ber'oh' ria. Paling tidak kekhawatiran pada gadis yang dicintainya sudah berkurang.

"Oh iya, kalian pulang sekolah langsung kesini?"
Tanya sajidah. Kompak saja kelima tamunya menganggukan kepala.

"Afnan sama ketiga sahabat lo yang khawatir, gue nggak kok"
Ucap ghufron.

"Masa'? Terus siapa yang chat aku di wa tadi pagi, nanyain kabar"

"Gue khilaf, harusnya gue nanya gimana kabar jalan yang lo jatuhin tapi ya gue typo jadinya nama lo yang gue ketik"

"Ngeles terusss bangggg"

"Tuh kan, berantem lagi. Gitu aja terus"
Ucap farrah mencoba untuk menengahi. Sedangkan keduanya hanya merespon dengan cengiran kuda.

"Bu'de jamilah mana jid?"
Tanya hanum.

"Sedang istirahat di kamarnya num"
Hanum hanya menganggukan kepalanya.

"Btw, aku mau pesan kue untuk besok ahad. Kurang lebih jenisnya sama seperti pesanan afnan dulu dan jumlah kuenya 150 saja. Bisa tidak?"

"Alhamdulillah, in syaa Allah bisa kok num"
Balas sajidah sumringah dengan senyumnya.

"Semoga senyum itu tetap bertahan lama"
Batin afnan.

"Alhamdulillah, besok di sekolah kita bicarakan lagi soalnya hari ini sudah sore. Nanti umi aku khawatir"
Sajidah mengangguk semangat dan masih dengan senyum yang sama.

"Memangnya ada acara apa num?"
Tanya atifa.

"Keluarga jauh aku mau datang dari kampung, sedangkan umi sibuk sama masakan lauk pauknya"
Mendengar penjelasan hanum, atifa hanya ber'oh' ria.

"Yasudah, sajidah, alina kami pulang dulu ya "
Pamit farrah.

"Gue sama afnan juga"
Sambung ghufron.

"Iya"

"Iya bang, iya kak"
Balas sajidah dan alina bersamaan.

"Titip salam kami semua untuk bu'de. Tidak enak kalau harus mengganggu istirahatnya"
Ucap ghufron yang diiyakan sajidah dan alina.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Setelah kepergian afnan, ghufron dan ketiga sahabatnya. Sajidah mengamati alina yang sedari tadi banyak diam. Sajidah mengerutkan dahinya, bingung atas perubahan sikap alina.

"Al"

"Eh iya, ada apa jid?"
Kaget alina.

"Tuh kan melamun, kamu kenapa ada masalah?"

"Tidak kok. Oh iya ini titipan dari teman-teman kamu tadi"
Ucap alina seraya menyerahkan sebuah amplop putih.

"Loh ini apa? Kenapa kamu terima al?"

"Aku sudah bilang kalau tidak usah repot-repot begini, tapi mereka tetap memaksa. Ya mau tidak mau aku terima"
Sajidah menghembuskan nafas panjang. Ia merasa tidak enak kepada teman-temannya.

"Al, aku lihat akhir-akhir ini kamu berubah jadi lebih baik"
Ucap sajidah jujur.

"Oh ya?"

"Iya, dimulai dari kosa kata kamu yang tidak lagi memakai kata 'lo gue', khimar kamu yang syar'i, dan jangan kamu pikir aku tidak tahu tentang shalat malam mu"

"Aku hanya ingin berubah menjadi manusia yang berguna. Aku sadar kalau selama ini aku jauh dari kata taat, dan kini aku hanya ingin berjalan di jalan yang di ridhoi-Nya. Aku ingin menjadi alasan masuknya orang tua ku ke surga-Nya"

Mendengar penjelasan alina, berulang kali sajidah mengucapkan syukur kepada Allah. Bahagia rasanya jika melihat seseorang yang berusaha meraih cinta Yang Maha Cipta.

"Semoga hijrahmu istiqamah al"

"Aamiin ya Allah"

Sedangkan di dalam kamar, jamilah mendengar semua percakapan anak dan keponakannya itu. Tetesan air mata mengiringi ucapan syukur. Namun sayangnya ada hal lain yang membuatnya sedih.

"Semoga kalian selalu dalam perlindungan Allah, nak"
Lirih jamilah.







See you next part💛

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang