10. Pertemuan Tidak Terduga

1.8K 162 0
                                    

Seindah apa pun senyum seseorang, dia tetaplah manusia yang butuh ruang untuk segala duka dan lara.

-Di Balik Senyum-

🌻🌻🌻

SAJIDAH'S POV

Hembusan angin yang bertiup menyibakkan ujung khimar putih ku. Pandanganku menangkap langit biru yang membentang luas di angkasa. Senyumku mengembang sempurna. Disinilah tempat favoritku selama aku bersekolah di SMA Harapan Bangsa, sebuah bangunan yang tidak terlalu ramai, sunyi, sejuk tanpa lalu lalang penghuni sekolah, apalagi kalau bukan perpustakaan sekolah yang berada di lantai dua.

"Sajidah," panggil seseorang sedikit mengagetkanku.

"Afnan," ucapku padanya sedikit melirik ke raganya lalu memilih untuk tetap fokus memandangi lanskap semesta.

"Kenapa di sini? Gak masuk?"

"Aku cuma menemani Alina, katanya dia mau pinjam beberapa buku fisika di perpustakaan,"

"Kamu juga ikut ke rumah Pak Akbar?"

"Sebenarnya aku gak ada kepentingan untuk datang, tapi Alina minta aku untuk ikut," mendengar jawabanku, Afnan hanya mengangguk mengerti.

Hening. Aku dan Afnan memilih diam membiarkan hiruk pikuk dari setiap sudut sekolah yang mengisi ruang diantara kami.

"Menurut kamu cinta itu apa?" tanyanya secara tiba-tiba.

"Setiap orang punya makna cintanya masing-masing, dan bagi aku cinta tidak terdefinisi hanya sebatas kata," jawabku singkat.

"Hanya sebatas kata?" tanya Afnan yang terlihat sedikit kebingungan.

"Iya, kata orang, diksi dan retorika adalah luka jika tanpa aksi dan akan menjadi bahaya jika mencintai bukan berasal dari kata kerja," 

Ekor mataku lagi-lagi menangkap Afnan yang tersenyum simpul. Entah karena alasan apa yang membuatnya tersenyum.

"Kenapa kamu nanya gitu?" tanyaku yang sedari tadi menyimpan rasa penasaran kepada Afnan.

"Gapapa, aku anaknya emang suka ngobrolin hal-hal yang random sama orang lain, seru aja menurut aku," aku hanya ber'oh' ria sembari menganggukkan kepala dengan pelan.

"Afnan! Eh ada Sajidah juga," sapa Nadia dengan keringat mengucur di pelipisnya.

"Ada apa Nad kok keringatan gitu?" tanya Afnan.

"Aku cari-cari kamu dari tadi, kata Dhanis kamu di perpustakaan, kaki aku udah pegel dari tadi keliling sekolah cuma untuk nyariin kamu," gerutu Nadia pada Afnan.

"Maaf, lagi pula kenapa kamu nyari aku? Uang kas baik-baik aja, kan? Atau ada sumbangan kelas yang belum aku bayar?"

"Ya enggaklah, gak semua urusan aku urus itu berhubungan sama uang, Afnan,"

"Terus kenapa?"

"Kamu dipanggil Pak Akbar di ruang guru,"

"Oh, oke. Makasih infonya, duluan ya Sajidah, assalamu'alaikum," ucap Afnan lalu bergegas melangkahkan kakinya menuruni anak tangga untuk menemui Pak Akbar.

"Wa'alaikumussalam" balasku.

"Sajidah, kayaknya Afnan suka sama kamu," kata Nadia yang membuat Sajidah mengernyitkan dahinya.

"Jangan ngawur Nad, mana mungkin itu," balasku menggeleng kepala pelan.

"Aku serius," Nadia kembali meyakinkan kepadaku.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang