32. Dua cinta

1.6K 111 10
                                    

Untukmu yang aku cintai. Berbahagiahlah, jangan ada tangisan di wajah teduhmu itu. Disini, aku masih mencintaimu. Untukmu, semoga Allah melindungimu.

Alif Pov

Sajidah daniyah, seorang gadis berumur 18 tahun yang mampu menaklukan hatiku. Gadis yang unik, ia mampu bertahan di  tengah terpaan badai yang kuat. Jidah ia memanggil dirinya sendiri, gadis yang dibesarkan tanpa kehadiran orang tua yang ia rindukan, bahkan bu'de yang membesarkannya pun telah meninggalkan dunia ini.

Benih rasa di hati ini telah muncul saat pertama kali ia memperkenalkan dirinya pada ku dengan senyum manisnya itu. Senyum yang ku ketahui menyimpan banyak luka. Dia, gadis yang kuat.

"Bohong jika kamu tidak mencintai siapa pun, bagaimana bisa seseorang pandai menulis rangkaian kata cinta yang indah namun sama sekali tidak pernah merasakan apa itu cinta. Beruntung orang yang kamu cintai itu"
Gumamku diiringi hembusan angin yang bertiup dari arah utara.

"Mungkin kamu benar, saya dan kamu memiliki kebahagian masing-masing, tapi tidak untuk bersama. Hanya saja saya tidak menyetujui jika kamu berpikir bahwa saya langit dan kamu bumi, itu salah besar. Saya disini hanya punuk merundukan bulan, hanya melihat dari kejauhan. Bulan yang bersinar terang di langit gelap. Sajidah, semoga kamu bahagia selalu"

"Aamiin"
Ucap umi yang entah sejak kapan sudah ada di belakangku.

"Umi?"

"Kenapa?"
Tanyanya seraya melangkah pelan ke arah ku.

"Umi kenapa disini?"

"Harusnya umi yang tanya, kenapa kamu sendirian di balkon?"

"Oh, gak papa kok mi"

"Hem bohong ya, tadi nak zakia sudah cerita kok"

"Kak zakia cerita sama umi?  Sama bang akbar juga dong?"
Kagetku.

"Enggak, cuma sama umi. Bilangnya sih biar umi bisa nguatin anak umi yang lagi rapuh"

"Alif nggak sebaper itu kalik mi"

"Iya-iya, tapi kamu harus ingat. Jodoh nggak kemana, toh kita tidak tahu entah itu jodoh atau bahkan maut yang jemput"

"Iya-iya miiiii. Ke bawah yuk mi, nanti abi ngambek karena ditinggalin umi"

"Hahaha...kamu ini ada-ada saja"
Ucap umi seraya mencubit gemas pipi kananku.

🌸🌸🌸

Afnan Pov

Mm...maaf mas

Mm...maaf mas

Mm...maaf mas

Kalimat itu terus saja menghantui pikiranku. Seorang gadis berkaos merah serta rok panjang dan khimar hitamnya yang mengucapkan itu pada ku saat tanpa sengaja menabrak ku tadi sore. Ia yang tampak berlari terburu-buru tanpa melihat siapa yang ia tabrak, tanpa ingin tahu apa jawaban dari permintaan maaf itu.

Ya, meski dia tidak mengenaliku tapi aku mengenalinya. Mengenali suaranya, mengenali wajahnya meski sekilas, mengenali tinggi badannya, meski ia sendiri pun tak mengenali hatiku yang tulus mencintainya.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang