22. Bazar

1.4K 126 3
                                    

Engkau muslimah yang agung, engkau yang teguh dengan hatimu, engkau yang indah dengan balutan gamismu, engkau yang berharga dengan rasa malu yang berlapis keimanan.

Sajidah Pov

Ku lihat pantulan diriku di depan cermin. Gamis abu-abu dengan khimar hitam cukup membuatku sedikit percaya diri. Kalau dipikir-pikir, untuk apa aku tidak percaya diri? Bukankah aku lengkap anggota badan? Dan ghufron sering memujiku cantik walau galak dan cerewet? Ah, rasa sombong mulai datang, dengan cepat aku beristighfar. Aku rasa, tidak sepantasnya aku bersikap sombong. Astaghfirullah.

"Jid, kok lama?"
Pekik ghufron dari luar kamar.

"Iya nih kak, dari tadi berdiri di depan cermin terus. Kakak itu cantik kok"
Sambung ghania yang berbaring di kasur yang sedari tadi sibuk dengan novel bacaannya.

"Iya-iya, kakak pergi dulu ya"

"Siap, fii amanillah kakak"

Ku buka knop pintu, terlihat ada ghufron yang sedang asik berbincang-bincang dengan pa'le.

"Kalian mau kemana?"
Tanya bu'le dari arah dapur.

"Tidak tahu bu'le, tadi sepulang sekolah ghufron maksa jidah untuk ikut"

"Masa' iya ghufron harus sendirian buk? Kan nggak enak dilihat, nanti diculik tante-tante ghufronnya"
Jawab ghufron yang dibalas bu'le dengan gelengan pelan.

"Ghanianya tidak ikut?"
Tanya pa'le.

"Nia nggak mau, katanya sibuk, sibuk mencari kesibukan"

"Nia dengar loh bang"
Pekik ghania dari kamar yang membuat pa'le hanya menggelengkan kepala pelan.

"Kita mau kemana sih ghufronnn?"

"Bazar"
Mendengar jawaban ghufron membuatku ber'oh' ria.

"Yasudah, sana pergi. Pulang sebelum maghrib, jangan malam"
Titah bu'le.

Segera ku tunjukan senyum persetujuan dan ghufron mengancungkan jempol kanannya.

Kini tanganku sibuk memilih buku yang akan ku beli. Satu persatu ku baca judul serta sinopsis buku, namun belum juga hatiku terpikat pada deretan buku yang tersusun rapi. Sedikit membingungkan.

"Jid, udah tujuh menit loh"
Desak ghufron yang sedari tadi menemaniku.

"Sabar ghufron"
Ucapku dengan mata yang melirik ke arah novel berjudul ayat-ayat cinta 2. Ku baca sinopsis dan langsung saja ku bawa novel ini ke kasir.

Sesampai di parkiran ghufron masih mengoceh tentang bosannya dia menugguku. Sesekali ku balas ocehannya, namun kefokusanku lebih tertuju pada novel yang baru saja ku beli.

"Setelah ini kita langsung ke bazar"
Ucap ghufron.

"Oke"

"Tahu gini mending gue lewat jalan tikus, jadi nggak perlu singgah di gramedia yang bikin kepala gue pusing lihat buku-buku yang numpuk gitu"
Oceh ghufron yang sibuk mengendarai motornya.

"Anak ipa kok pusing lihat buku"

"Gue masuk ipa karena gue nggak mau kenakalan gue meningkat, lagi pula gue ngantuk kalau belajar sejarah. Dan lo harus tahu kalau nggak semua anak ipa pintar menghitung"

"Kalau gitu masuk bahasa"

"Apalagi itu, ngelihat buku aja gue udah pusing, apalagi harus berteman sama buku"

"Buku itu gudangnya ilmu ghufron"

"Gue tahu, tapi gue lebih suka buku yang desainnya nggak membosankan"

"Masuk lagi gih ke tk, buku tk kan penuh dengan gambar dan warna"
Ucapku dan dibalas ghufron dengan helaan nafas panjang. Ya, kali ini aku berhasil membuatnya kesal.

Ke bazar? Entah apa yang akan dibelinya disana.

♡♡♡

Pandanganku menyapu luas hamparan bintang di angkasa, senyumku mengembang sempurna saat indahnya malam hari menyentuh sampai hatiku. Ya Allah, ciptaanmu sungguj indah.

Bosan dengan posisiku saat ini, segera ku tutup jendela kamar dan merebahkan tubuhku ke sofa milik ghania. Lebih nyaman rasanya.

Ku raih novel yang baru saja ku beli, aku pun langasung teringat cerita dari novel ayat-ayat cinta 1 yang difilmkan. Kak zakia yang menceritakan alur film ayat-ayat cinta 1 kepadaku. Saat itu aku dan kak zakia berniat mengunjungi alina di pesantren, dan untuk mengisi waktu sunyi di mobil, aku pun meminta kak zakia menceritakannya padaku.

Aisha, wanita yang rela dimadu demi perasaan perempuan lain. Aku tahu, tidak ada seorangpun kaum hawa yang ingin dimadu, tapi bila takdir berkata lain, apa boleh buat. Hanya keikhlasan yang menemani hari-hari bersama suami dan istri kedua sang suami.

Fahri, ia begitu mencintai aisha, begitu pula sebaliknya. Namun cinta yang utuh itu harus terbagi untuk seorang perempuan non muslim yang ku ingat bernama maria. Aisha, wanita penyabar, berhati ikhlas dan kuat. Meski hanya dunia fiktif belaka, namun jujur aku termotivasi oleh cerita ayat-ayat cinta 1.

"Novel baru ya kak?"
Tanya ghania yang keberadaannya mengagetkanku.

"Iya nia, mumpung diskon hehe"

"Judulnya apa kak?"

"Ayat ayat cinta dua"

"Wih,,, kalau sudah baca, ceritakan lagi ke nia ya kak?"

"Siap, in syaa Allah"

Setelah mendengar ucapanku ghania tampak membuka lemari bajunya. Ia pakai rok hitam dan khimar pink senada dengan piama yang ia pakai.

"Mau kemana nih?"
Tanyaku.

"Mau beli martabak disuruh ibu, katanya nanti nonton tvnya sambil makan martabak"

"Oh, sama siapa?"

"Bang ghufron, dia udah nungguin di depan"
Jawab ghania yang sudah bersiap membuka pintu kamar.

"Pakai kaos kaki nia, kaki itu juga aurat"
Cegahku cepat.

"Hah? Kaki juga aurat kak?"

"Iya sayang, besok kakak jelasin ke nia tapi sekarang pakai kaos kaki dulu baru beli martabak"
Segera ghania mengikuti titahku dan langsung pamit padaku serta pa'le dan bu'le




Pendek partnya? Maaf ya
See u

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang