34. Sunset

3.2K 201 55
                                    

Ikhlasnya diriku belum sebanding dengan ikhlasnya nabi Ayyub saat diuji dengan penyakitnya. Sabarnya diriku belum sesabar Maryam saat difitnah sebagai seorang pezina karena ia mengandung nabi Isa tanpa seorang suami padahal ia adalah muslimah yang sangat menjaga kesucian dalam ketaatan kepada Allah. Lalu dengan ujianku saat ini, masih kah aku berkeluh kesah?

Sajidah Pov

Deburan ombak menyapu bibir pantai yang dihiasi dengan pasir putihnya. Laut biru yang luas memenuhi pandanganku saat ini. Angin kencang pun seakan ikut berpa dengan ombak yang kian bergelombang, hingga dapat menyibakan ujung khimar navy ku.

Bibir ku membentuk senyum yang sempurna, mata ku memandang takjub ciptaan Allah yang indah tiada tandingannya. Ku pejamkan mata ku beberapa menit untuk menyatu dengan alam, menyatu dalam indahnya deburan ombak dan tiupan angin yang kencang.

Perlahan aku mulai memasuki dunia ku. Memutar mundur tentang kejadian yang telah terjadi. Wajah mereka satu persatu mulai terbayangkan. Tawa mereka, senyuman mereka hingga tangisan mereka dapat terekam jelas dalam pikiranku. Satu kejadian berputar secara cepat, saat mereka yang penuh kekhawatiran hanya karena ku. Rasa salah ku pun membuncah, setetes dua tetes air mata turun membasahi pipi ku saat mata ini masih nyaman untuk terpejam.

Semuanya kembali berputar mundur, memutar kejadian sejak aku kecil hingga usia ku sudah menginjak angka 18 tahun.  Kejadian demi kejadian terlewati, semuanya masih sangat jelas dan membuat air mata ku menetes tanpa izin dariku.

Jidah kalau sudah besar jadi anak yang baik ya.

Jidah mau bu jadi orang baik.

Kalau ayah sih maunya anak ayah jadi anak yang shalehah.

Aaaa jidah bingung, jadi anak baik atau anak yang shalehah?

Kalau menurut ibu  pilih dua-duanya ya? Bisa kan?

Emm bisa buuuu

Jadi anak yang kuat juga ya? Jidah mau kan?

Mau yah, mau.

"Ibu, ayah"
Lirih ku pelan. Apa aku gagal menjadi manusia yang kuat? Aku lemah? Ibu, ayah maafkan sajidah.

Ku tenangkan diriku dengan memperbanyak istighfar. Ku hapus sisa-sisa air mata yang ada di wajahku. Kembali ku menatap hamparan pasir dan lautan biru yang ada di hadapanku. Hingga pandanganku teralih ke kaki ku yang hanya berbalut sepasang kaos kaki bewarna navy yang bersandar di sebuah kursi roda.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang