19. Nikmat yang nyata

1.6K 130 0
                                    

Setiap orang dalam hidupmu punya perannya masing-masing, Allah datangkan mereka agar dirimu tahu tentang arti kehidupan sebenarnya.

Sajidah Pov

Pandanganku menatap setiap tetes hujan yang turun ke permukaan bumi. Aroma khas hujan memenuhi indra penciumanku. Alunan rintik hujan yang bermain dengan begitu indahnya. Sesekali suara gemuruh langit sedikit mengganggu ketenanganku dalam menikmati rahmat yang Allah turunkan saat ini.

"Allahumma shoyyiban nafi'an"
Lirihku pelan seraya menggosokan kedua telapak tanganku.

Pikiranku kembali teringat beberapa tahun lalu saat aku dan alina masih bebas untuk bermain bersama hujan. Menari di bawah rintiknya hujan, tertawa lepas bersama tanpa beban, menyuarakan kegembiraan, kekesalan, kesedihan, kebahagian dengan sekencang kencangnya seakan berlomba dengan suara derasnya air hujan. Masa kecil yang indah. Mengingat itu semua, sukses membuatku mengembangkan senyum dengan sempurna.

"Al, kamu apa kabar? Aku rindu"
Lirihku pelan sekali lagi.

"Alhamdulillah aku baik-baik saja, tapi sayangnya aku tidak merinndukanmu"
Ucap seseorang mengagetkanku.

"Ghufron, ih!"
Kesalku. Pasalnya, tanpa aku sadari ghufron sudah berdiri tepat di samping kananku.

"Loh, salahnya apa?"

"Ya salah dong, gimana kalau tiba-tiba aku jantungan hah?"

"Lo mah lebay jid, gue udah capek-capek nyusun kalimat dari lo ke kamu, gue ke aku. Eh perjuangan gue nggak lo hargain, parah lo"

"Kamu lebay"

"Idih, enak aja. Lo tuh yang nggak peka sama gue,  ya dari pada ngelamun ngelihatin hujan, mending lihat gue yang super kece gini"

"Kece apanya? Kalau kuaci mah iya"

"Lucu, hahaha"
Ucap ghufron dengan tawa mengejek dan ekspresi yang membuatku semakin kesal.

Enggan terus berdebat yang tidak penting dengan ghufron, kembali ku menatap hujan yang membuatku lupa akan rasa kesal pada ghufron.

"Jid"
Panggil ghufron dengan nada serius.

"Apa?"
Balasku tanpa memalingkan pandangan.

"Lo suka banget ya sama hujan?"

"Aku rasa kamu tahu jawabannya"

"Oke, tapi kenapa lo suka benget sama hujan?"

"Karena hujan adalah rahmat yang Allah turunkan dari langit. Hujan hadir dengan menceritakan berbagai cerita yang telah berlalu, ia alirkan segala kedukaan yang terpendam, ia bawa pelangi untuk menumbuhkan senyum kehangatan. Hujan itu istimewa, terlalu sulit untuk aku jelaskan"

"Gue paham sekarang"

"Paham apanya?"

"Kepo"
Kata ghufron yang sontak membuatku memalingkan wajah menghadap kepadanya. Dengan kesal, segera ku langkahkan kaki untuk kembali ke kelas tercintaku.

"Eh, mau kemana?"
Panggil ghufron setengah menjerit.

"Kelas"

"Pulang sekolah nanti tunggu gue di parkiran"

"Iya aku tahu, hari ini jadwal piket kamu"
Pungkasku dengan cepat.

"Anak pintar"

Ku lanjutkan langkahku dengan santai, melewati satu persatu kelas.

"Assalamu'alaikum pak akbar"
Ucapku saat melihat pak akbar berada di ambang pintu kelas sepuluh.

"Wa'alaikumussalam warrohmatullah, dari mana sajidah?"
Balas pak akbar dengan ramah.

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang