3.Insiden Ban Bocor

2.9K 211 6
                                    

Kita tidak pernah tahu entah berapa banyak luka yang berusaha seseorang tutupi hanya untuk tersenyum pada kita. Jadi, belajarlah untuk menghargai usaha seseorang dengan membalas senyumnya.

-Di Balik Senyum-

🌻🌻🌻

"Eh pelajaran matematika tadi kalian pada ngerti nggak?" tanya Sajidah di sela-sela obrolan hangat bersama ketiga sahabatnya.

"Kalo aku sih gak ngantuk saja udah syukur alhamdulilah," jawab Atifah dengan cengirannya.

"Yang aku perhatiin ni, Farrah sama Sajidah tuh yang paham banget, soalnya mereka tadi khusuk dengerin Pak Anton ngejelasin di depan," timpal Hanum.

"Hahah...." tawa Sajidah pun pecah sedangkan Farrah hanya menaik turunkan alisnya dengan gaya sombong.

"Ja...jadi kalian percaya kalau aku sama Farrah ngerti? Berhasil dong akting kita, ya nggak Far? Hahah..." ucap Sajidah dengan tawa sedangkan tangan kanannya memegang perut.

"Kalian cuma akting?" tanya Atifah memastikan. Sajidah dan Farrah pun kompak mengangguk, sedangkan Hanum hanya menggelengkan kepalanya.

Langkah kaki mereka terus berlanjut di koridor sekolah. Tawa canda menghiasi persahabatan mereka. Namun langkah kaki Sajidah berhenti, sontak ketiga sahabatnya pun ikut berhenti.

"Kalian ke kantinnya duluan aja, aku mau ke toilet sebentar," pamit Sajidah kemudian bergegas pergi ke arah toilet sekolah.

Setelah Sajidah berurusan dengan toilet, ia melangkahkan kaki ku untuk menyusul ketiga sahabatnya. Kini Sajidah berjalan di koridor kelas 12 IPA, ia hembuskan nafas pelan, takut bila bertemu sepupu yang sangat senang mengganggunya.

"Sajidah!" Sajidah mengenal suara yang memanggil namanya. Baru saja ingin menghindar dari Ghufron tapi dengan terpaksa Sajidah berbalik arah dan melihat di hadapannya berdiri tiga orang yang satu di antaranya tidak ia kenal. Mungkin guru buru atau guru PPL di sini, pikir Sajidah.

Sajidah membalas senyum ketika ketiganya tersenyum ramah, andai hanya ada Ghufron di hadapannya susah pasti ia akan mengoceh panjang

"Sajidah, kenalin guru fisika baru kita, Pak Akbar," kata Ghufron. Sontak saja aku langsung mendekapkan kedua tanganku di depan dada sebagai bentuk salam ke guru barunya, Akbar pun membalas dengan bentuk gerakkan yang serupa.

Ghufron dan Afnan sudah tidak terkejut melihat apa yang Sajidah lakukan. Semenjak memperdalam ilmu agama di ekskul rohis, Sajidah lebih mengerti rambu-rambu agama yang harus ia patuhi.

Salah satu contoh kecil bentuk interaksi antara perempuan dan laki-laki di dalam Islam. Sudah pasti Islam menegaskan keharaman menyentuh langsung kulit lawan jenis yang bukan mahram, sebagaimana dalam sebuah hadits bahwa 'ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.[¹]

"Saya Sajidah, Pak. Murid kelas dua belas bahasa," ucap Sajidah memperkenalkan diri dengan sopan.

"Oh iya Sajidah, salam kenal. Kalian bertiga teman dekat ya?" tanya Akbar yang langsung diiyakan Ghufron. Sajidah yang melihat perilaku sepupunya itu hanya bisa tersenyum. Sejak kepan ia dan Ghufron berteman dekat tanpa ribut sehari, terlebih dengan Afnan.

"Masyaallah, kalau begitu saya ke ruang guru dulu ya, lanjutkan obrolan kalian.  Assalamu'alaikum" pamit Akbar yang menyisakkan ketiga muridnya di koridor sekolah.

"Ngapain kamu manggil aku tadi?" tanya Sajidah pada ghufron tanpa basa-basi.

"Gue heran aja lihat lo pake sweater siang hari gini, mangkanya mau gue tanya sekalian ngenalin lo ke guru baru kita,"

Di Balik Senyum ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang