Seorang gadis sedang membenarkan seragamnya di depan cermin kamarnya. Amelia Puan Rose, biasa dipanggil Amel. Hari ini ia akan menjalani semester 1 di kelas 3 SMA. Memiliki kakak laki laki, bernama Vincentius Inno Marvel. Biasa dipanggil Amel dengan sebutan Bang Inno.
"AMELLL! TURUN GAK LO!!! JAM BERAPA INIII!!!!" seru Inno dari bawah. Dari suaranya sudah bisa ditebak, abangnya itu sedang emosi karena adeknya bersiap cukup lama.
"Whattt thee- masa gue ngaca bentar udah jam setengah tujuh???" ucap Amel sambil menyambar tasnya dan menutup pintu kamar. Lalu menuruni tangga dengan tergesa-gesa lalu menuju ruang makan dimana abangnya berada.
"Lo ngapain aja sih, monyet? Lama bener dandan, heran gue." omel Inno menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya keheranan akan sikap adeknya..
"Namanya juga cewe sih bang." ucap Mamanya sambil tersenyum dari dapur. Karena Mama sudah angkat bicara, Inno mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Ia berjalan mengambil tas ranselnya dan berjalan keluar rumah.
Sudah sedari tadi pagi Inno mengeluarkan motornya dari garasi. Ia menyalakan mesin motornya dari jam 6 lebih 10 dan menunggu Amel diatas motornya. Karena Amel tak kunjung memunculkan batang hidungnya, Inno meninggalkan motornya dan kembali masuk kedalam rumah untuk mengomeli adeknya.
"Mamaaa, aku berangkattt!!" kata Amel, ditangannya kini sudah memegang sepotong roti dengan selai strawberry. Setelah mencium tangan Mamanya, Amel bergegas menyusul langkah abangnya keluar rumah dengan memakan sedikit demi sedikit rotinya.
"Ngahyo bhangg cahbuuut!!!" seru Amel dengan mulutnya yang masih penuh karena sedang mengunyah roti dan menaiki motor abangnya. Tangannya yang bebas memegang sisi jaket abangnya.
"Yehh bawel, siapa tadi yang kelamaan dandan?" kata Inno sambil menjalankan motornya meninggalkan halaman rumahnya.
"Abang udah sarapan belum?" tanya Amel setelah menelan rotinya dan meminum sebotol susu yang dibawanya didalam tas.
"Udah adek, kenapa?" beginilah Amel. Ketika Inno sedang marah, ia akan mengalihkan topik pembicaraan ke topik lainnya. "Lah monyet, gua kan lagi marah bego." sadar abangnya.
"Siapa bego? Abanggg." ujar Amel sambil mengacungkan jari telunjuknya ke udara, begitulah gaya bicara Amel pada abangnya.
"Oh gituu, awas kau yaa." ingat Inno sambil mengencangkan telapak tangan kanannya di gas motor, mulai ngebut menuju ke arah sekolah.
"BANG! LO GILA??? INIMAH NAMANYA NGAJAK GUA MATI." seru Amel sambil refleks memeluk perut abangnya untuk berpegangan dari cara abangnya mengebut.
"Diem monyet, diliat orang tuh." ucap abangnya santai.
Karena jarak sekolah dan rumah mereka bisa dibilang agak tidak terlalu jauh, Inno juga sudah hafal daerah mana yang harus di lewatinya supaya terhindar dari macet. Maka dari itu ia berani ngebut untuk segera sampai sekolah.
Hari ini adalah hari pertama Amel dan Inno masuk sekolah baru. Karena Papa mendapat surat penetapan kerja di Jogja, beliau memutuskan untuk membawa keluarga kecilnya ikut pindah ke Jogja. Walaupun jarak rumah dan tempat kerjanya sedikit jauh, hanya rumah inilah satu-satunya yang bisa dibilang dekat. Pagi tadi, sebelum Inno dan Amel bangun tidur, beliau sudah berangkat kerja terlebih dahulu agar tidak terlambat. Maka dari itu tidak sempat sarapan bersama kedua anaknya.
Setelah pertengkaran kecil di perjalanan tadi, akhirnya motor Inno memasuki area parkiran sekolah. Bisa dilihat adeknya turun dari motor sambil terhuyung-huyung saking pusingnya karena kecepatan motor Inno. Semenara Inno sudah berjalan cepat mengikuti gerombolan siswa masuk ke lapangan untuk masuk ke kelas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY.🌙 (REVISI)
Teen Fiction"Aku menyukaimu sejak awal." Amel menyodorkan sekuntum mawar merah tanpa duri pada Rovan. "Aku harap kamu mau menerimanya diantara semua hadiah valentine yang kamu dapat dari orang lain." ucap Amel sambil tersenyum canggung. Rovan mengulurkan tangan...