" Jadi saya disini mau menjelaskan tentang ekstrakurikuler yang harus kamu ikuti, Amel. " jelas Bu Ratna, beliau mengambil sebuah kertas dan duduk dengan kedua anak itu sudah ada dihadapan nya.
" Lah kalo saya kan udah tau Bu, kenapa di panggil kesini juga? " tanya Rovan saat Bu Ratna selesai berbicara dan memberikan selembar kertas pada Amel.
" Kamu ini beda masalah. Masalahnya kamu gak niat ikut ekstrakurikuler, kalau memang sudah ambil futsal ya teruskan. Jangan bolong - bolong, nilai ekstrakurikuler tuh menambah nilai raport mu loh. " jelas Bu Ratna.
Bu Ratna memberikan selembar kertas yang sama pada Rovan. " Ini terakhir ya saya ngurusin kamu, awas aja masih bolong ekstrakurikulermu. Itu di isi, kalau kamu memang sudah tidak suka ikut futsal, ikut ekstrakurikuler lainnya. "
" Sebenarnya masih suka futsal Bu, tapi capek kalo abis futsal itu. Mana tiap hari itu - itu aja, jadi bosen sayanya. " ucap Rovan sambil menerima selembar kertas dari Bu Ratna.
" Alasan, emang kamunya aja yang malesan. Kalo gamau yang bikin capek ikut ngedrama sana, kamu lebih pantes tuh karena banyak drama. " jawab Bu Ratna, di ikuti Amel yang sudah tertawa di sebelah Rovan.
" Dih, gausa ketawa deh. " ujar Rovan melihat Amel tertawa disampingnya. " Gak ada akhlak emang cewe ini. " batin Rovan.
" Bu, saya dimarahi gegara ketawa doang. Dari tadi dia marah - marah Bu tiap ketemu saya. " Amel mengadu sambil menunjuk Rovan dengan kertasnya.
" Eh enak aja kamu ngadu ke Bu Ratna. Ngga Bu, dia bohong jangan percaya. Saya anaknya baik kok Bu ga kaya yang di bilang dia. " ucap Rovan.
" Dikira saya gatau kamu tukang marah gajelas? Emang ya kamu, anak baru bukannya diajak kenalan apa gimana malah marah - marah. " ucap Bu Ratna.
Amel menahan tawanya, membuat Rovan mengeluarkan ' bombastic side eyes nya. '
" Udah sana kalian berdua isi kertasnya di sana bareng anak lainnya. Jangan lupa nanti setelah mengisi kumpulan di meja saya. Saya mau makan aja mie pesanan saya tadi. " Bu Ratna bangun dari duduknya sambil memijat dahinya, dan meninggalkan ruangan tersebut.
Amel bangun dari duduknya dan pergi mengisi lembaran kertas tadi di meja lain. Karena di meja itu memiliki alat tulis lengkap mulai dari pensil.
Rovan mengikuti gadis itu dan mengambil tempat disampingnya. " Ngapain ikut duduk sini? " tanya Amel sambil melirik Rovan yang duduk disampingnya.
" Terserah dong mau duduk dimana aja. " jawab laki - laki itu sambil mengambil pulpen yang dipegang Amel.
" Eh si anjir main nyomot aja, itu pulpen gue! " seru Amel sambil mengulurkan tangannya untuk merebut kembali pulpennya.
" Kamu ambil pulpen juga dari kotak alat tulis itu kan? Pulpen semua orang dong namanya. " kata Rovan sambil mengulurkan tangannya ke atas agar Amel tidak bisa mengambilnya.
" Punya gue, enak aja bilang kea gitu. Cek tuh ada namanya di pulpen, nama gue! " Amel tidak menyebutkan namanya. Memang itu tujuan Rovan, ia tidak tahu nama gadis disampingnya ini.
Rovan memunggungi Amel dan melihat pulpen merah muda yang katanya milik Amel. " Heh kembaliin, kurang ajar bener lo. " Amel menarik lengan kain Rovan agar kembali menghadapnya. Namun tenaganya sangat kecil.
" Amel? Cakep juga namanya. " batin Rovan dalam hati. Ia membalikkan badannya dan mengembalikan pulpen itu ke Amel.
" Nyerah kan, makanya kalo mau nyomot liat - liat dulu ya. " ucap Amel sambil membuka tutup pulpen nya. Bodohnya, ia tadi sudah membuka tutup pulpen sebelum Rovan mengambilnya. Jadi bisa di pastikan saat ini ia menulis dengan keadaan pulpen terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY.🌙 (REVISI)
Teen Fiction"Aku menyukaimu sejak awal." Amel menyodorkan sekuntum mawar merah tanpa duri pada Rovan. "Aku harap kamu mau menerimanya diantara semua hadiah valentine yang kamu dapat dari orang lain." ucap Amel sambil tersenyum canggung. Rovan mengulurkan tangan...