19 - Pertemuan

32 3 0
                                    

" Kalau masih komentar saya tambah jadi satu jam lagi mau? " Tanya Bu Tira.

" Tidak Bu " kata Rovan dan Feliks.

" Yaudah sana segera ke lapangan! " Kata Bu Tira.

Mendengar perkataan Bu Tira, Feliks dan Rovan segera menuju lapangan dan berlari mengelilingi lapangan.

" Eh Van bukannya itu Dira sama Amel ya? " Tanya Feliks sambil berlari. Lebih tepatnya mereka hanya joging.

" Kalau dilihat dari belakang sih beneran Amel. Tapi kalau Dira gue gatau " jawab Rovan.

" Lah kalau bukan Dira trus sapa lagi? Kan tadi mereka ke perpustakaannya bareng " kata Feliks.

" Iya juga sih, biarin deh " kata Rovan dan tetap fokus dengan joggingnya.

" Van, lo anggep Amel itu sebagai apa sih? " Tanya Feliks tiba tiba.

" Temen doang. Gak lebih " jawab Rovan.

" Lo nggak ada rasa gitu? " Tanya Feliks.

" Untuk saat ini masih dibilang rahasia " kata Rovan lalu tersenyum.

" Gak jelas banget " kata Feliks sambil menggeleng kan kepalanya. " Besok Jumat ada Futsal lho jangan lupa " kata Feliks mengingatkan.

" Nggak bakalan lupa kalo soal futsal gue gak pernah absen " kata Rovan.

" Lo emang sukanya dateng hari Jumat, hari Kamis lo kemana? Gue sih biasanya langsung ke markas bareng Vanno " kata Feliks.

" Gue sebenernya diajak Vandi buat latihan di lapangan deket rumahnya " kata Rovan santai.

" Latihan apa? " Tanya Feliks. " Kalau seru gue ikutan dong " lanjutnya.

" Dia minta gue buat latihan karate, katanya ' Van temenin gue ya latihan karate di deket rumah biar gue bisa bela diri. Latihannya tiap Kamis ' gitu " jawab Rovan sambil berlari.

" Astaga. Gue kira apaan anjer ngakak " kata Feliks sambil tertawa heboh. Membuat Amel dan Dira menoleh. " Ups "

~Apology~

" Eh itu Rovan sama Feliks kan? Ngapain mereka lari lari sambil ketawa ketawa gitu? " Tanya Dira dengan posisi tetap hormat.

" Gatau tuh. Kayaknya masih ngejalanin hukuman. Apalagi mereka sama sama OSIS masa bisa telat masuk kelas " jawab Amel sambil hormat dengan posisi kepala menghadap belakang melihat Rovan dan Feliks berlari.

" Iya juga sih. Baru tau gue orang kek Rovan bisa jadi wakil OSIS " ucap Dira.

" Sumpah? Demi apa Rovan jadi wakil OSIS? " Tanya Amel terkejut karena Rovan menjadi wakil OSIS.

" Ah lu dibilang gak percaya. Ketuanya Radit anak 2 IPS 3 sama wakilnya Rovan. Trus Feliks jadi sie perlengkapan buat event disekolah gitu " jelas Dira panjang lebar.

" Bukannya kalau OSIS gaboleh pacaran ya? " Tanya Amel.

" Lah kata siapa? Kalau namanya saling cinta bisa apa ? " Kata Dira sambil tertawa.

" Kurang berapa jam lagi nih beginian ? " Tanya Amel bosan.

" Eh bentar Mel. Kurang 15 menit lagi. Bentar lagi selesai dong " kata Dira setelah melihat jam tangannya.

" Okee "

~Apology~


Rovan POV

Bel pulang sekolah telah berbunyi, jam menunjukkan pukul 12.00 AM karena guru guru mengadakan rapat untuk hari Valentine.

Eh iya gue ada janji sama David. Hampir lupa gue. Kalau gue lupa pasti gue dibilang pengecut.

" Eh Van lo kok malah bengong ayo pulang " kata Feliks menepuk bahunya.

" Gue ada janji sama David " kata Rovan. " Lo sama yang lain mau nemenin gue? Kalo terjadi sesuatu gue nanti gimana? Kalau gue dipukuli sama David trus muka tampan dan cool gue ilang gimana? " Tanya Rovan dengan puppy eyesnya.

" Mulai lagi raja drama nya " kata Feliks sambil berdecak sebal. " Iya nanti gue sama anak anak bakal nyusul lo. Dimana sih? "

" Yes!! Di caffe biasanya kata David " jelas Rovan sambil memperlihatkan chatnya di Line.

" Baiklah kalo ada apa apa pake alat yang biasanya Vandi buat ya biar gue tau lo ada masalah ato kagak " kata Feliks.

" Oke gue duluan ya " kata Rovan sambil berjalan ke arah parkiran dan segera menuju caffe yang diminta David.

" Waktunya memulai dan mengakhiri masalah " batin Rovan

Rovan dan sohibnya suka menjadi seorang mata mata dan detektif. Sahabat sahabatnya akan berada di sekitar Rovan saat di Caffe dengan melakukan penyamaran. Yah kebanyakan nonton detektif mah jadi begini.

Sementara Vandi suka merancang alat untuk detektif detektif an ini. Mulai dari jam tangan yang bisa dipakai untuk telepon, bolpoint yang bisa menjadi pelacak. Jadi saat Rovan menekan cetekan pertama ( dilakukan sekali ) pada bolpintnya maka tandanya Rovan dalam masalah ringan. Sementara cetekan kedua ( dilakukan berkali kali ) pada bolpintnya maka dia sedang dalam masalah.

" Kita bakalan nemenin Rovan di Caffe yang katanya bakal ketemuan sama David " kata Feliks pada sohibnya.

" Oke untung gue selalu bawa ini. Tepatnya sih gue taruh ini di loker sekolah " kata Vandi.

" Yaudah yuk kesana gak sabar gue. Gue mau nyoba jadi pelayan disana " kata Reno.

" Oke semua siap kan? Ayo kesana " kata Feliks.

Di sana Vanno dan Feliks akan menjadi pelanggan biasa yang gak tau kalau David disana dan duduk di tempat yang agak jauh tapi bisa untuk memantau Rovan. Sementara Vandi dan Reno menjadi seorang pelayan dan Office Boy.

~Apology~

Di Caffe Alaska...

" Hallo ini gue Rovan. Lo ada dimana sekarang? " Tanya Rovan lewat telepon.

" ... "

" Oh dimeja nomer 6. Oke gue kesana "

" ... "

" Enggak gue nggak ngajak sapa sapa "

" ... "

" Gue gak bawa sohib sumpah. Udah gue mau masuk " kata Rovan sambil memasuki Caffe tersebut dan menuju meja nomor 6. Disana David sedang duduk menunggu Rovan dengan sepiring rokok ditangannya. Rovan menganggap hal itu biasa.

" Hai Rovan akhirnya kita bertemu lagi Haha " kata David sambil tertawa.

" Maksud lo apa nyuruh gue kesini? Langsung ke inti aja " kata Rovan dengan tatapan dingin.

Bersambung...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hallooo...
Jangan lupa di vote ya gaess😂
Makasih udah mau baca❤❤

APOLOGY.🌙 (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang