04 - Perpustakaan

66 8 0
                                    

Ketika semua murid mulai berjalan untuk menuju ke gerbang sekolah, hanya Amel satu - satunya murid yang berjalan berlawanan arah. Memangnya abangnya itu ga perlu ambil buku paket? Tentu saja tidak.

" Abang nyebelin. Bukunya udah ambil duluan ga ngajak gue. Sekarang asik main futsal bareng temen barunya, trus gue pulang naik ojek. enak bener?? " sepanjang jalan menuju perpustakaan, yang dilakukan Amel hanyalah ngedumel. Mirip seperti anak kecil kalau lagi marah.

Sesampainya di perpustakaan, Amel tidak menemukan keberadaan Bu Ratna. Beberapa murid yang merupakan anggota perpustakaan mengatakan bahwa Bu Ratna masih ada urusan lain yang mengharuskannya di lantai bawah. Amel harus menunggu Bu Ratna, ia menghabiskan waktu untuk berkeliling perpustakaan tersebut.

" Kira - kira gue nanti pulang jam berapa kalo masih nunggu Bu Ratna? " gumam Amel sambil berjalan melihat rak buku yang hanya berisi deretan komik.

Amel sangat menyukai buku komik, terutama dengan komik genre horror/misteri. Tiba - tiba ia terdiam pada salah satu komik di rak paling atas. Sambil mendongak melihat arah buku, tangan kanannya menjulur ke atas untuk menggapai buku tersebut sedang tangan kirinya berpegangan pada salah satu rak di depannya. Kedua kakinya mulai berjinjit untuk menggapai buku tersebut.

" Susah banget, mana buku favorite gue lagi. " ucap Amel sambil masih mencoba meraih bukunya. Hingga ada suara seorang laki - laki yang berjalan melewatinya dari belakang sambil berkata, " Naik kursi kecil. "

Amel tidak tau siapa itu dan seperti apa orang yang menyuruhnya menaiki kursi kecil. Ia menoleh kearah kanan dan kiri, tetapi tidak menemukan adanya orang disana. Bukannya mengambil kursi kecil, Amel malah bergidik lalu berlari menuju meja peminjaman/pengembalian buku.

" Ada apa Mel? " tanya Bu Ratna yang sepertinya baru sampai di perpustakaan. Beliau segera duduk di kursinya lalu menaruh tasnya di bawah sebelah kaki kursi. Mulai mengetik sesuatu pada komputer didepannya.

" Bu Ratna, sepertinya tadi saya baru ketemu sama hantu. " ucap Amel sambil menggosok-gosok kedua lengannya dengan telapak tangan. Mendengar hal itu Bu Ratna seketika tertawa.

" Hahaha, ya ampun Amel. Kamu jangan aneh-aneh deh, ga ada hantu jam segini tuh. " ucap Bu Ratna. Terdengar suara mesin pencetak kertas kecil berbunyi, tanda kertas yang akan di cetak mulai bekerja.

" Tapi serius Bu, itu tadi tiba - tiba ada yang lewat tapi ga ada fisiknya. Masa ga serem sih? " tanya Amel sambil mengalihkan pandangan matanya ke mesin pencetak kertas.

" Engga, Ibu ga percaya sama hal begituan. Kamu ambil kertas ini lalu cari ke belakang tempat buku paket berada. Ambil sesuai dengan yang ada di kertas ini. " ucap Bu Ratna sambil memberikan sebuah kertas yang di cetak tadi.

" Kalau sudah dapat bukunya, bawa kesini untuk saya catat nomor buku paketmu biar saya data di komputer. " tambah Bu Ratna. Amel mendengar itu hanya menjawab dengan anggukan kepala dan kalimat ' baik, siap Bu '

Perpustakaan sore itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa saja yang ada disana. Sekitar 8 sampai 10 murid, karena perpustakaan itu bisa dikatakan besar dan bisa jadi ada yang bersembunyi di balik rak - rak tinggi.

" Untung buku paket buat semester satu ini cuma tujuh aja. " ucap Amel ketika sampai di rak buku tempat buku paket berada.

" Kamu masih beruntung, murid disini dulu langsung diberikan empat belas paket setiap ganti semester dan itu sudah lengkap sampai semester dua. "

Sontak Amel menoleh ke arah suara yang ada di sebelahnya. Suara itu mirip sekali dengan yang tadi saat Amel tengah berusaha mengambil buku komik di rak paling tinggi. Di sebelahnya sekarang ada seorang laki - laki, mengenakan seragam sekolah lengkap lalu memakai hoodie abu - abu. Amel sedikit kepo karena wajahnya tidak terlihat karena ia memakai tudung hoodie itu di kepalanya.

APOLOGY.🌙 (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang