" Hati hati dong " kata laki laki yang menangkap Amel dari belakang.
" Rovan?? " tanya Amel tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka saling tatap dengan posisi yang sama.
Mereka berdua terkejut karena tiba tiba saling bertemu.
" Eh, lo itu yang ada di Ruang Guru itu ya kan? Ngapain lo kemari? " Tanya Rovan.
" Ehh habis jalan jalan. Mau ke rental peminjaman kaset " kata Amel menyeimbangkan tubuhnya.
" Yaudah lain kali ati ati " kata Rovan.
Tiba tiba, Amel kesakitan saat kakinya dibuat untuk jalan. Kakinya keseleo.
" Mel. Kaki lo keseleo. Gue anter pulang aja ya? " kata Rovan memegang pergelangan kaki Amel.
" Ehh, gapapa bentar lagi baikan kayaknya " kata Amel sambil mencoba berdiri namun kakinya tak kuat untuk digunakan berdiri.
" Tuh kan jatoh. Untung gue ada disini. Udah jan bawel sini gue gendong " kata Rovan memberikan punggungnya. Dengan kaku Amel mau digendong Rovan.
" Ya ampunnn!!! " Seru Rovan
" Lo kenapa? Gue berat ya. Apa ketek gue bau?" tanya Amel sambil mengendus ketiaknya.
" Nggak gitu. Enteng banget kek gak bawa beban. Udah yuk " kata Rovan sambil berjalan ke parkiran.
" Bisa naik motor kan? " Tanya Rovan menurunkan Amel.
" Bisa. Tapi lo naik dulu biar gue pegangan ke pundak lo " kata Amel. Rovan segera menaiki motornya.
" Udah ? " Tanya Rovan setelah Amel naik ke motor.
" Udah. Rumah gue di Jalan Bangau nomer 16 " kata Amel.
" Buset dah. Kali ini gue jadi ojek haha " kekeh Rovan sambil memberikan helm pada Amel.
" Maksudnya minta dibayar mas? " Tanya Amel sambil memakai helm dari Rovan.
" Bayar aja sama cinta lo ke gue " kekeh Rovan. Entah kenapa itu bikin pipi Amel merah.
Diperjalanan....
" Mel, lo ada orang yang lo suka gak ? " Tanya Rovan ditengah perjalanan.
" Nggak ada. Nggak mood buat buka hati gue " kata Amel cuek.
" Amel... lo tau gak sih gue suka sama lo. " Batin Rovan.
" Van... sejak gue ketemu lo. Lo itu kayak matahari yang nyinari hati gue yang semula gelap karena masa lalu " Batin Amel.
Begitulah mereka. Saling mencintai namun tidak berani untuk saling mengungkapkan.
Saat didepan rumah Amel...
" Makasih banyak Van, udah nganter pulang. Nggak masuk dulu ? " Tanya Amel.
" Nggak. PR gue banyak. Gue pulang dulu ya. Malam Amel " kata Rovan dengan alasannya dan melajukan motornya.
Amel lupa kalau kakinya keseleo. Saat hendak berjalan, dia terjatoh dan membuat suara hingga Inno keluar dari rumah.
" He lo ngapain disitu? Kurang kerjaan banget lo yak " kata Inno sambil membantu Amel berdiri.
" Yeh adeknya jatoh malah di omelin " gerutu Amel. " Tadi Amel keseleo. Trus dianter Rovan pulang " kata Amel.
" Bodo amat lo mau pulang sama sapa. Penting sekarang lo kompres kaki lo " kata Inno saat sudah di Ruang Keluarga.
" Iye bang. Ambilin esnya dong tolong " rengek Amel.
" Asli. Lo kalo sakit mendadak kek bayi " cibir Inno.
" Bukannya wajah Amel itu comel kek bayi trus mulus kan kek bayi " kata Amel sambil memegang kedua pipinya sambil berkedip berkali kali.
" Sok imut lo " kekeh Inno dan kena sambaran bantal dari Amel.
" Ampun neng " kata Inno sambil mengembalikan bantal yang dilempar Amel.
" Mama udah tidur? " Tanya Amel.
" Udah, lo kompres kaki lo, sama nonton ya temenin gue lagi pengen nonton " kata Inno sambil ngeluyur ke kulkas.
" Oh iya bang, tadi Amel belum sempat kembalikan kaset nya, maaf ya bang " kata Amel.
" Gapapa kali, untung tadi gue pinjem dua kaset "
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote & comentnya. Makasihhhh😄
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY.🌙 (REVISI)
Teen Fiction"Aku menyukaimu sejak awal." Amel menyodorkan sekuntum mawar merah tanpa duri pada Rovan. "Aku harap kamu mau menerimanya diantara semua hadiah valentine yang kamu dapat dari orang lain." ucap Amel sambil tersenyum canggung. Rovan mengulurkan tangan...