Namanya Dina Astria. Anak pertama dari dua bersaudara yang berumur 15 tahun. Hobi bermain ice skating, bersifat labil dan moodnya yang sering naik turun. Dina memiliki adik perempuan bernama Desty Astria.
Di tahun ajaran baru Dina memasuki kelas 1 SMA. Dina masuk ke salah satu sekolah SMA favorit di Jakarta, yaitu SMA Perwira, yang terkenal dengan ketampanan dan kecantikan dari para siswa siswi disana, maka jangan heran jika SMA tersebut jadi incaran banyak orang. Yang pastinya sekolah itu paling diincar oleh anak-anak kalangan atas yang mengincar para cogan. Walaupun begitu, bukan berarti Dina memilih sekolah itu hanya karena ingin mencari cogan, tapi memang karena sekolah itu yang ia inginkan sejak SMP.
Hari ini adalah hari pertama Dina masuk sekolah dan disekolahnya mengadakan acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Dina hanya diam tanpa berkenalan dengan siapapun. Ia tidak mengenal sama sekali teman barunya, ini resiko yang ia tanggung jika memilih sekolah yang jaraknya jauh dari rumah. Bukan karena kuper, hanya saja sendiri lebih menyenangkan menurutnya.
Hari ini akan dimulai masa orientasi sekolah atau yang biasa disebut MOS. Dina mendapatkan kelompok H, yang akan dipimpin oleh dua senior yang bernama Kak Clara dan Kak Vino yang notabenenya kakak kelasnya.
Setiap kelompok akan diberi tantangan oleh masing-masing senior yang memegang kendali atas kelompok mereka. Dina menggelengkan kepalanya saat tantangan pertama yang diberikan oleh Kak Clara, berjemur dilapangan selama dua jam tanpa bergerak.
Bayangkan saja, apa seniornya ini mau membuat mati para peserta MOS? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada salah satu dari mereka?
Dengan terpaksa Dina menuruti perintah dari kakak seniornya itu. Dina merebahkan badannya di bawah terik matahari yang hari ini tidak bisa diajak kerja sama. Siang ini sangat panas, bisa-bisa ia jadi arang setelah berjemur.
Setelah dua jam lamanya berjemur, Dina merasa kepalanya pusing, tapi rasa pusingnya ia tahan karena harus mengikuti intruksi selanjutnya. Kali ini ada satu tantangan terakhir untuk hari ini. Dan kali ini tantangan dari Kak Vino, berlari mengelilingi lapangan sebanyak dua putaran. Huh, setidaknya ini lebih ringan dari pada tantangan pertama. Mereka mulai memutari lapangan, di putaran pertama Dina masih semangat, tapi di putaran kedua, Dina merasa dadanya sesak. Kepalanya pusing, badannya lemas.
Ia melihat keadaan sekelilingnya dengan mata yang hampir tertutup. Banyak orang yang berada di hadapannya, mungkin hampir semua teman sekelompoknya. Kecuali seorang laki-laki yang berada di dekat ring basket yang terlihat oleh Dina. Dina mengerjapkan matanya berulang kali berusaha menetralkan penglihatannya.
"Lo kenapa? Pusing?" Tanya seseorang yang Dina yakini adalah Kak Clara
"Enggak apa-apa kak, cuma pusing biasa." Jawab Dina memegangi pelipisnya. Tubuhnya seperti ingin pingsan, tapi batinnya menyuruhnya agar tetap bertahan sampai keadaan normal. Namun ia tidak bisa menahan rasa pusing yang hebat di kepalanya. Perlahan tubuh Dina jatuh terkulai lemas.
Tapi Dina tidak sampai tergeletak di tanah, sepasang tangan menahan tubuh Dina. Dia laki-laki. Laki-laki itu langsung mengangkat Dina dengan ala bridal style.
"Ada orang pingsan tuh ditolongin, bukan diliatin!" Tukas laki-laki itu sambil berbalik arah menuju uks
"Heh mau kemana lo?" Teriak Clara pada laki-laki itu.
Laki-laki itu berhenti lalu berbalik arah lagi, "Mau nolongin cewek ini dari manusia nggak bertanggung jawab." Kata laki-laki itu langsung melenggang pergi ke uks
"Yang lain lanjutkan berlari atau saya tambah tiga putaran!" Gertak Kak Vino pada semua orang yang sedang melihat kejadian itu. Mereka langsung melanjutkan larinya daripada harus ditambah hukuman.
• C S K •
Dina mengerjapkan matanya berusaha membiasakan cahaya yang menusuk penglihatannya. Ruangan putih berbau obat-obatan, ia sedang berada dirumah sakit? Tidak, ini ruangan kecil, ini bukan rumah sakit. Uks! Dia pasti sedang di dalam uks.
"Lo udah bangun?" Dina terkejut dengan suara yang muncul dari sebelah brankarnya. Seorang laki-laki yang sedang memegang ponsel berwarna hitam.
"Siapa lo? Kok lo ada disini? Wah lo macem-macem sama gue ya? Gue teriak nih, TOL─"
Laki-laki itu membekap mulut Dina yang siap berteriak, "Gue disini nolongin lo, kalo nggak ada gue mungkin sekarang lo udah jadi ikan asin di lapangan."
Dina melepaskan bekapan tangan laki-laki itu, "Nggak usah bekap-bekap segala juga. Btw lo nggak dimarahin sama senior?" Laki-laki itu hanya membalasnya dengan deheman. Dina menengok ke sebelah kiri yang terdapat nakas berisi segelas air putih, ia meminum air itu lalu menengok ke sebelah kanannya. Ia terkejut karena tidak mendapati laki-laki tadi yang ada disampingnya, ralat; samping brankarnya.
"Kemana tuh cowo? Udah ngilang aja. Gue kok jadi merinding gini ya, jangan-jangan yang tadi bukan orang lagi."
• C S K •
Gimana prolognya? Ancur ya? Heuheu maafkan aku, aku amatiran parah kalo diwattpad. Baru pertama kali nulis di dunia oren soalnya, maklumin aja ya:')
Jangan lupa votement-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kelas [Completed]
Teen FictionJatuh cinta. Dua kata penuh makna itu sering kali terjadi di masa remaja. Itulah yang dirasakan Dina dan Al, namun mereka berdua terjebak dalam cinta yang rumit. Perasaan yang sama-sama dipendam karena gengsi, dan salah paham malah membuat keduanya...