25 • Pembohong •

280 15 3
                                    

Sifatmu masih sama seperti dulu, berjanji lalu mengingkari. Asal tahu, aku benci seorang pembohong.

-Dina Astria

-Happy Reading-

Dina terus merenung karena memikirkan kejadian yang ia alami kemarin saat makan bersama Al. Entahlah, kejadian itu terasa sangat membingungkan. Dina takut Al akan meninggalkannya lagi, seperti dulu.

Kenapa semuanya seperti terus berulang, berjanji manis lalu pergi. Walaupun kemarin Al bukan pergi meninggalkan untuk selamanya, tetap saja itu aneh. Tiba-tiba pergi dan hanya meninggalkan jawaban yang membuat hatinya bergemuruh, saat Dina menanyakan Al yang tiba-tiba saja ingin pergi dan menyuruhnya pulang dengan ojek online, Al hanya menjawab "Mau jemput orang."

Oke, mungkin itu bisa Dina maklumi. Mungkin Al juga punya privasi sendiri, dan Dina tidak harus tau privasi itu. Tapi bagaimana dengan sekarang? Al malah menambah kesal dirinya karena hal yang sama, berbicara tidak jelas. Tapi apakah sulit jika menjelaskan sedikit masalahnya agar Dina tidak salah paham?

"Gila nggak sih tuh guru, masa cuma telat masuk kelas lima menit aja hukumannya banyak banget. Lari di lapangan, suruh bikin power point juga, emangnya power point buat apa lagi coba? Udah tua aja masih rewel." Kata Al mengucapkan sumpah serapahnya setelah keluar dari kelas.

Dina terkekeh mendengar tutur Al, "Sabarin aja, lagian sih lo gue ajak ke kelas malah nggak mau. Sekarang yang salah siapa?"

"Salah Pakde Sutama!" Jawab Al.

"Lah kok malah Pakde Sutama dibawa-bawa?" Tanya Dina.

"Gara-gara dia bikin mie ayam seenak itu, gue jadi ketagihan makan mie ayam terus jadi telat masuk kelas karena keenakan makan." Ucap Al mengacak rambutnya kesal karena Dina yang terus tertawa.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Al tak sengaja menangkap sosok perempuan di sebrang jalan depan sekolah. Senyumnya mengembang kala melihat sosok tersebut, lalu berjalan lebih cepat dan meninggalkan Dina membuat gadis yang ditinggal itu berlari mengejar Al.

"Al, tunggu gue!" Teriak Dina kesulitan berlari karena tasnya yang sedikit berat. Dina mengatur napasnya lelah kala ia sudah berhasil mengejar Al hingga sampai di hadapan perempuan tersebut.

Perempuan tersebut menoleh pada Al, matanya langsung berbinar melihat Al, "Hai!"

"Halo, babe!" Balas Al merentangkan tangannya lalu memeluk perempuan itu.

Babe? Dina tersenyum kecut, mungkin ini pacar baru Al. Tapi kata-kata yang diucapkan Al saat itu—ah bodohnya Dina. Mungkin saja Al hanya bercanda dengan perkataannya tempo hari. Mustahil bagi seorang laki-laki seperti Al masih mencintai Dina yang tak ada apa-apanya dibanding perempuan yang sedang dipeluk Al itu.

Dress selutut, high heels, juga polesan make up membuat perempuan itu tampak glamor. Berbeda dengan Dina yang tiap harinya hanya memakai kaos pendek yang sedikit kebesaran disanding dengan celana pendek juga cepolan rambut asal. Sudah tentu semua laki-laki menginginkan tipe seperti wanita itu.

"Sudah pulang?" Tanya perempuan itu saat Al melepaskan pelukannya.

"Kalo belum pulang, terus yang didepan kamu sekarang siapa?" Jawab Al membuat perempuan itu terkekeh.

"Masih ingat rencana kemarin?" Tanya perempuan itu lagi.

Al tersenyum lalu mengelus rambut perempuan dihadapannya, "Tentu, sayang. Ayo!"

Dina tersadar dari lamunannya lalu segera menahan tangan Al, "Eh Al!" Al menoleh kebelakang lalu mengerutkan keningnya.

"Lho? Lo belum pulang? Ngapain disini?" Tanya Al.

Cinta Satu Kelas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang