26 • Bimbang •

306 17 0
                                    

Dan benar saja, semenjak kamu pergi dan menghilang, duniaku menjadi sangat kacau.

- Cinta Satu Kelas

-Happy Reading-

Kehilangan. Satu kata penuh makna itu hampir pernah dialami semua manusia di muka bumi ini. Tak asing lagi kata itu bagi orang-orang, termasuk Dina. Dina sudah terbiasa kehilangan orang yang disayang, Alikka, Noval, dan Al contohnya.

Baginya, kehilangan bukanlah hal yang harus ditangisi atau dibawa sedih, justru dengan kehilangan, kita bisa belajar bahwa setiap pertemuan akan ada perpisahan. Dan kehilangan juga mengajarkan kita untuk terus sabar menjalani hidup, karena kehilangan adalah salah satu bentuk cobaan hidup dari Tuhan.

Hampir satu bulan lamanya Dina dan Al berjaga jarak. Sejak kejadian beberapa waktu lalu, tak ada lagi candaan diantara mereka berdua. Jangankan lelucon ringan, berbicara pun bahkan hampir tidak pernah mereka lakukan.

Hingga tibalah sekarang, hari ini adalah hari terakhir siswa-siswi SMA Perwira kelas XII Ujian Nasional. Ujian yang paling menegangkan, karena hasil ujian inilah yang menentukan kelulusan mereka nantinya.

Bahkan disaat penting ini, yang seharusnya mereka lakukan untuk saling menyemangati satu sama lain agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan nantinya, tapi justru malah disia-siakan dan tetap memilih untuk saling diam dan tidak peduli, ralat—berpura-pura tidak peduli.

Kring!!!
Semua murid kelas dua belas mengeluarkan suaranya. Ada yang mengeluh karena belum selesai mengerjakan beberapa soal, ada pula yang menghela napas lega karena masa Ujian Nasional sudah selesai.

Setelah waktu ujian selesai, para murid me-log-out data diri mereka lalu keluar dari ruangan ujian dengan tertib.

Dina beserta kedua sahabatnya—Nailla dan Kenisha—berjalan bersama menuju kantin. Mereka memilih duduk bersama di meja nomor dua dekat pintu depan kantin.

"Gila, gue tadi deg-degan banget. Waktunya udah mau abis, tapi gue masih belum selesai dua nomor." Kata Nailla seraya memijit pelipisnya.

"Untung gue tepat waktu," Sahut Dina sambil memberi kode pada Teh Nani bertujuan memesan es untuknya dan kedua temannya.

"Eh tapi tau nggak sih, tadi si Taufik tidur diruangan. Aduh, gue nggak ngerti sama tuh anak, santuy bener hidupnya." Ucap Kenisha menggeleng heran.

"Seriusan dia tidur?" Kenisha mengangguki pertanyaan Nailla.

"Terus ditegur sama pengawas nggak?" Tanya Dina setelah memesan es pada Teh Nani.

"Awalnya sih enggak, tapi pas Bu Hilda muterin barisan, baru deh keciduk."

"Gila-gila, gimana tuh keciduknya?" Tanya Nailla antusias yang juga diangguki Dina.

"Pokoknya pas Bu Hilda keliling pertama, dia nggak keliatan, terus pas yang kedua kalinya, mungkin Bu Hilda ngerasa aneh karena kepalanya Taufik nggak keliatan, taunya pas disamperin dia lagi tidur. Udah deh, langsung ngomong 'Astaghfirullahaladzim Taufik Ananda!!! Kamu tuh blablabla' ." Nailla dan Dina tertawa melihat ekspresi Kenisha yang sepertinya sangat menjiwai.

"Terus akhirnya gimana?" Tanya Dina setelah merasa lelah terlalu lama tertawa.

"Cuma disuruh fokus doang, gue kira mau disuruh keluar ruangan." Jawab Kenisha.

Nailla tertawa, "Parah lo, Ken."

Setelah lima belas menit mengobrol bersama di kantin ditemani tiga gelas es teh manis, mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena Nailla minta ditemani untuk meminjam buku novel dari perpustakaan. Namun saat melewati tempat dimana mading diletakkan, terlihat banyak orang berbondong-bondong di depan mading. Sepertinya ada sebuah info yang sangat heboh hingga membuat semuanya penasaran.

Cinta Satu Kelas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang