Terlalu memaksakan juga bisa mengakibatkan perpisahan.
- Cinta Satu Kelas
-Happy Reading-
Enam bulan berlalu, waktu rasanya begitu cepat berlalu. Tak terasa, hanya tersisa waktu kurang lebih empat bulan Dina akan lulus dari sekolahnya itu. Selama enam bulan itu pula Al dan Dina sudah bisa belajar saling menunjukkan sikap sebagai seorang teman satu sama lain, hal yang awalnya mereka anggap sulit, perlahan bisa mereka biasakan selama enam bulan ini.
Banyak sekali hal yang terus membuat mereka berdua agar lebih dekat lagi. Terutama dari tugas sekolah, biasanya tugas bersama teman sebangku yang sering mereka dapatkan disekolah. Orang tua mereka berdua sama-sama menganggap jika mereka sudah kembali seperti dulu, terlihat dari keakraban mereka saat sedang mengerjakan tugas bersama-sama.
Tapi nyatanya semua itu hanya topeng, tidak ada yang kembali seperti dulu. Hanya kedekatan mereka berdua yang kembali, tapi tidak dengan hubungannya. Bahkan perasaan mereka juga masih terus dipendam hingga sekarang, entah kapan akan terungkap. Yang jelas, kini yang harus mereka lakukan hanya belajar dengan giat agar bisa mengikuti Ujian Nasional dengan baik nantinya.
Di sore hari menjelang malam ini, Al sedang berada di rumah Dina. Mereka berdua sedang mengerjakan tugas membuat power point untuk pelajaran IPS. Sudah tiga puluh menit mereka duduk diruang tamu, namun laptop dan buku yang letakkan di meja belum juga dipegang oleh mereka. Sebab sepuluh menit sebelumnya, Al dan Dina bertengkar karena saling merebutkan siapa yang mau membacakan artikelnya.
Keduanya tidak mau mengetik artikel karena alasannya capek, lelah, dan macam-macam hingga akhirnya mereka diam dan bermain ponsel masing-masing.
Al merasa jenuh, karena dari tadi Dina tetap diam tak angkat bicara. Ia tahu jika Dina ingin membaca karena malas mengetik, tapi kenapa sekarang ia terus mengetikkan jarinya di layar handphonenya? Dasar perempuan, memang selalu ingin dibuat menang dan tidak mau kalah.
"Din," Panggil Al berusaha melanjutkan tugas power point mereka. Namun Dina hanya bergeming dan terus bermain sosial media.
"Dina..." Al menarik lengan baju Dina gemas. Berusaha mencari perhatiannya lalu mengalah.
"Nggak usah narik-narik, caper banget sih lo." Celetuk Dina membenarkan bajunya lalu pindah tempat duduk menjadi di hadapan Al berbataskan meja.
Al geram sendiri. Kenapa perempuan serumit ini? Padahal Al mau mengalah tapi Dina malah pergi dan pindah tempat. Jika seperti ini, siapa yang pantas disebut caper?
"Ish!" Al mendekatkan diri dihadapan Dina, menangkup kedua wajahnya dengan tangannya sendiri. Memandangi Dina yang sedang bermain ponsel dengan tangan yang diangkat tinggi untuk menutupi wajahnya.
Dina sengaja mengangkat tangannya tinggi di atas meja agar bisa menutupi wajahnya yang akan bersemu merah karena dengan tak sengaja ia melihat wajah Al yang sangat lucu. Ingin sekali Dina memuji lelaki itu dengan beribu kata tampan, tapi mengingat keadaan sedang marah, Dina menepis keinginannya tersebut.
"Dina..." Tak ada jawaban
"De-idi-en-ana, Dina!" Panggil Al bercanda.
"Gak lucu." Kata Dina sinis tanpa mau melihat Al.
"Kalo gue nggak lucu, kok lo suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kelas [Completed]
Fiksi RemajaJatuh cinta. Dua kata penuh makna itu sering kali terjadi di masa remaja. Itulah yang dirasakan Dina dan Al, namun mereka berdua terjebak dalam cinta yang rumit. Perasaan yang sama-sama dipendam karena gengsi, dan salah paham malah membuat keduanya...
![Cinta Satu Kelas [Completed]](https://img.wattpad.com/cover/176041370-64-k952345.jpg)