Beruntungnya dia, bisa dicintaimu. Sedangkan aku yang hanya terus bertepuk sebelah tangan.
- Alikka
-Happy Reading-
Dua minggu berlalu semenjak hari dimana Dina dan Al meresmikan hubungan mereka, selama itu pula berbagai masalah menimpa mereka walaupun hubungan mereka masih berumur sebiji jagung. Namun mereka mampu menyelesaikannya bersama-sama.
Bukan hanya bahagia yang Dina rasakan, namun sedih juga ia rasakan. Sedih karena sudah seminggu terakhir Alikka menjauhkan diri dari teman-temannya terutama Dina. Alikka juga tidak masuk sekolah berturut-turut dalam lima hari ini. Alikka hilang tanpa kabar entah kemana, tak ada satupun yang tau keberadaannya. Dina sangat merasa kehilangan, ia berfikir hilangnya Alikka ada sangkut pautnya dengan dirinya juga Al. Dina selalu menanyakan keberadaan Alikka pada Al, karena Dina tahu pasti Al mengetahui keberadaan Dina, hanya saja Al tidak memberi tahukan pada orang lain. Hanya Dina.
"Al, lo udah nanya ke Alikka dia kenapa? Gue khawatir banget." Tanya Dina pada Al yang sedang mengotak-ngatik ponselnya. Kini mereka sedang berada di kafe milik Al. Al sengaja mengajak Dina untuk bersantai di kafe Al'star agar Dina tidak terlalu bosan jika terus berada dirumah
"Aku sendiri nggak tau dia dimana. Kemarin aku sempat kerumahnya tapi nggak ada orang sama sekali." Jawab Al. Beberapa hari ini Al memang sering berbicara dengan panggilan aku-kamu pada Dina. Tapi tidak sering, hanya beberapa kali.
Dina teringat bagaimna ia sempat curiga kepada Alikka saat Alikka dan Al pergi bersama waktu acara yang dibuat oleh orang tua Luthfi. Bahkan kadang saat mereka berempat sedang membahas Al dan Dina, Alikka terlihat enggan ikut memberikan komentar. Dan itu yang membuat Dina menduga bahwa Alikka suka pada Al
"Al," Panggil Dina
"Hm?"
"Apa hilangnya Alikka gara-gara gue ya?"
Al langsung mengalihkan pandangannya kepada Dina. Al menatap Dina intens, apa Dina sudah mengetahui rahasia Alikka? Rahasia yang Alikka simpan dibalik topengnya? Sepertinya Al harus memastikan Dina terlebih dahulu
"Kenapa gitu?" Tanya Al balik
Dina berfikir sejenak, "Jujur, gue sempet nethink waktu lo berangkat bareng dia ke acara itu, gue pikir dia suka sama lo, makannya gue mutusin buat ngejauh dari lo,"
"Dan, hilangnya Alikka bertepatan setelah kita jadian, bisa aja nggak sih dia cemburu?" Lanjut Dina. Al diam, ternyata Dina bisa berfikir seperti itu. Gadisnya ini memang luar biasa, setidaknya Al bisa sedikit lebih lega karena Dina tidak mudah untuk dimanfaatkan orang lain.
Tapi Al masih bingung, haruskan ia mengatakan kebenarannya sekarang? Tapi resikonya sangat besar menurutnya, bisa-bisa persahabatan Dina dan teman-temannya hancur karena Al. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat, biar waktu yang menjelaskannya.
Al menghela napas pelan, "Lo nggak boleh nethink gitu, mungkin aja dia ada masalah yang kebetulan bertepatan sama jadiannya kita, udah nggak usah dipikirin terus. Mending pikirin aku aja, ya?" Goda Al
"Dih bosen banget mikirin kamu mulu." Jawab Dina memangku wajahnya dengan sebelah tangan
"Cie berarti kamu mikirin aku terus dong?" Tanya Al mencolek hidung Dina. Dina diam, merutuki kata-kata yang ia katakan barusan.
"Kok diem? Berarti bener dong?"
"Nggak tau. Udah ah gue mau makan!" Dina mengalihkan pembicaraan
Al tertawa, "Paling bisa ya kalo ngalihin pembicaraan. Mau makan apa?" Tanya Al
"Nasi goreng seafood ada?" Tanya Dina balik
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kelas [Completed]
Teen FictionJatuh cinta. Dua kata penuh makna itu sering kali terjadi di masa remaja. Itulah yang dirasakan Dina dan Al, namun mereka berdua terjebak dalam cinta yang rumit. Perasaan yang sama-sama dipendam karena gengsi, dan salah paham malah membuat keduanya...