24 • Still •

334 19 2
                                    

Aku mohon berhentilah seolah mendekat jika akhirnya kamu akan menjauh. Percayalah, ini sakit.

- Dina Astria
Gadis yang baru saja terbang,
lalu dijatuhkan.

-Happy Reading-

Satu persatu nama murid dipanggil oleh Pak Iman yang sedang membagikan hasil ulangan Indonesia satu minggu yang lalu. Al terus berdoa dengan perasaan yang takut jika nilainya dibawah kkm nantinya, berbeda dengan Dina yang bersikap biasa saja sejak tadi.

"Please gue takut nilai gue dibawah kkm..." Kata itu terus diucapkan Al dan membuat Dina pusing sendiri. Baru kali ini Al peduli dengan nilainya, padahal dulu jika ditanya soal pr saja Al langsung pura-pura tidak tahu apa itu pr. Benar-benar sudah berubah.

"Lo bisa diem nggak sih, berisik tau!" Omel Dina karena sudah geram sejak tadi.

"Ish lo nggak tau apa kalo gue panik?" Tanya Al heran.

"Nggak. Lagian lo lebay banget sih segala panik, biasanya juga bodo amatan." Jawab Dina tanpa menoleh ke arah Al.

"Heh curut, bukan masalah panik, kalo nilai gue dibawah kkm nanti gue dihukum sama bunda."

"Ya elah, katanya badboy, tapi kok takut dihukum bunda."

"Lo nggak tau hukumannya apa, gak sanggup gue nerima hukumannya."

"Apa sih yang lo takutin dari hukuman bunda sampai segininya?" Dina menoleh ke arah Al.

"Motor sama mobil gue bakal disita."

"Ya ampun lebay banget sih lo, heran gue. Cuma disita motor sama mobil doang, lagian juga enakkan dirumah tuh, lo rebahan, main hp, stalking doi lo." Al menaikkan alisnya bingung, stalking doi? Ia berfikir dalam hati, tak perlu stalking doi lewat sosial media, karena nyatanya ia bisa langsung stalking setiap harinya. Teman sebangkunya yang sangat cerewet itu, yang selalu ingin ia stalking kehidupannya, selama dua tahun ini.

"Enak tau rebahan, dari pada lo keluyuran mulu naik motor, naik mobil, pulang malem, apa itu? Mau jadi apa kaya gitu? Jagoan?" Lanjut Dina menasihati.

"Bukan masalah nggak bisa keluyuran."

"Terus apa?"

"Nanti kalo motor sama mobil gue disita, siapa yang nganter lo pulang?" Dina menatap Al sebentar, lalu tertawa. Al mengerutkan alisnya bingung, apa ada yang salah dari kata-katanya?

"Nggak ada yang lucu tau." Kata Al menatap Dina heran.

"Dina, Al, tuh dipanggil." Panggil Aisya dari belakang Dina namun Dina menghiraukannya, "Ntar dulu! Skip dulu aja."

"Oke."

"Sumpah lo nggak jelas banget, baru tiga kali lo nganter gue pulang tapi lo ngerasa kaya udah jadi supir pribadi gue yang takut nggak bisa nganter majikan, nggak waras lo." Ujar Dina pada Al sambil tertawa.

Al berdecak, "Ya kan maunya gue nganter lo setiap hari, gue mau jadi supir lo, lo nya aja yang sok modus terus sama tukang ojol."

Dina tertawa lagi, lebih kencang dari sebelumnya. Namun tak ada yang mendengar karena kebisingan kelas.

"Lo gimana sih, gue modus apanya coba, pake helm samaan? Apaan banget deh lo, itu kan emang udah peraturan dari sananya. Lagian gue nggak kemana-mana kali, lo nya aja yang cemburuan." Kata Dina tak sadar.

"Emang gue cemburu, nggak boleh?" Jawab Al santai membuat tawa Dina kian terdiam.

Kata-kata Al terus berputar di pikiran Dina. Apa benar yang diucapkan Al tadi? Jika Al cemburu, berarti Al masih mempunyai perasaan yang sama pada Dina, lalu?

Cinta Satu Kelas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang